Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Brengsek!" Rebel bergegas memasuki rumah dengan langkah terburu-buru. Amarah begitu jelas terlihat di wajahnya. "Aku tidak menerima penghinaan ini!"
Rebel menendang meja hingga terbalik, duduk di kursi. Detak jarum jam terkesan menertawakannya saat ini. "Selain kehilangan orang-orang itu, aku juga kehilangan Xylo dan sebagian besar pasukan Larson. Sisa pasukannya yang terluka dan tertangkap tidak mengetahui apapun soal pengkhianatan Larson."
Rebel mendengus kesal, mengendalikan nafas agar menjadi tenang. Ia tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, mendongak langit-langit ruangan. "Aku memang sudah mencurigai kemunculan Larson yang tiba-tiba, terlebih setelah mendengar kabar jika dia berhasil meloloskan diri dari penjagaan pasukan Alexander. Ya, Alexander pasti meminta Larson untuk menjadi mata-mata karena aku bergabung ke dalam persekutuan Hector dan Hugh yang bertujuan untuk menghancurkannya. Dia benar-benar licik.”
Rebel berdiri, mengambil ponsel dari dalam saku celana. "Aku tidak memiliki pilihan lain selain meminta bantuan Hector dan Hugh. Mereka harus mengetahui jika Alexander sudah bergerak lebih dahulu."
Rebel menghubungi Hector, menunggu dengan tidak sabaran. "Brengsek! Kenapa di saat penting seperti sekarang orang-orang sialan itu tidak bisa dihubungi."
"Brengsek!" Rebel melempar ponsel, menatap para pengawalnya yang berada tidak jauh darinya. Pikirannya terus bergerak cepat menyimpulkan banyak hal. "Cortez mengaku lolos dari pasukan Alexander. Aku menduga jika dia juga mengkhianatiku. Walaupun dia tidak berkhianat, aku yakin Alexander pasti sengaja membiarkannya lepas untuk tahu di mana keberadaanku."
"Persiapkan keberangkatanku ke Vistoria sekarang juga, dan tetap teruskan pencarian Xylo dan pasukan Larson yang tersisa. Aku akan bertemu dengan Hector dan Hugh untuk melaporkan hal ini pada mereka."
"Baik, Tuan."
Rebel menjatuhkan tubuh ke kursi, memijat kepala yang pusing. Seorang bawahannya melaporkan mengenai peristiwa yang terjadi di hutan. "Sebagian pasukan berhasil menemukan lorong rahasia di hutan?"
"Benar, Tuan. Sampai saat ini, anggota pasukan masih berada di lorong dan sekitaran gua. Pasukan pemeriksa gua dan lorong terdiri dari pasukan Anda, Larson, dan Cortez. Menurut keterangan anggota kita, Larson adalah orang yang mengusulkan rencana tersebut."
Rebel berdecak. "Perintahkan mereka untuk mundur sementara waktu. Pasukan musuh masih cukup kuat untuk saat ini. Kita akan melanjutkan pertarungan setelah aku bertemu dengan Hector dan Hugh. Mereka pasti akan langsung bergerak jika mengetahui Alexander berada di balik musuh yang aku hadapi di hutan."
Bawahan lain mendekat seraya memberikan beberapa lembar foto. "Tuan Rebel, kami menemukan foto-foto ini di bawah kamar Larvin."
Rebel terkejut, mengamati dua sosok anak kecil dalam foto. "Larvin memiliki saudara kembar. Mereka tampak sangat mirip. Aku baru mengetahui informasi ini."
Rebel tersenyum, mengamati lembaran foto untuk kesekian kali. "Apa kalian mendapatkan informasi di mana keberadaan saudara kembar Larvin sekarang?"
"Tidak, Tuan."
Rebel bersandar di kursi. "Selama ini Larvin tidak pernah sekalipun membahas mengenai saudara kembarnya padaku. Bahkan, setelah aku dan dia menghentikan konflik berkepanjangan antara kami berdua. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi saat ini."
Rebel memijat kepalanya yang berdenyut kencang. "Jika Larson berada dalam tekanan Alexander, kemungkinan Alexander menyandera Larvin sehingga Larson mau tidak mau menuruti keinginannya. Kemungkinan lain adalah Larvin berada di tempat saudara kembarnya saat ini. Larson sengaja menempatkan Larvin disana agar dia terhindar dari bahaya. Tapi, jika Larvin berada di tempat saudaranya, itu berarti Larvin berhasil lolos dari kejaran pasukan Alexander, dan hanya Larson saja yang berhasil tertangkap. Lalu, apa yang menyebabkan Larson mau mengikuti keinginan Alexander jika Larvin sudah berada di tempat yang aman? Apa dia dan Larvin memang sengaja mengkhianatiku dengan bekerja sama dengan Alexander?”
Rebel memejamkan mata erat-erat. Otaknya dipaksa keras untuk berpikir. "Dalam keterangan Larson saat itu, dia mengatakan jika dia dan Larvin berhasil melarikan diri dari penjagaan pasukan Alexander, tapi keterangan itu palsu karena Larvin yang ada di kediamannya dan aku temui adalah orang palsu. Menurut informasi dari Hector dan Hugh, Alexander memiliki kemampuan untuk bersandiwara dan mengubah pasukannya menjadi orang lain."
"Kemungkinan hanya ada dua saat ini. Larson terpaksa berkhianat karena Alexander menyandera Larvin, atau Larson dan Larvin sengaja melakukan pengkhianatan. Lalu, dimana posisi saudara kembar Larvin?"
"Brengsek!" Rebel terdiam agak lama. Kepalanya seperti akan meledak menjadi potongan kecil. "Tidak, ada kemungkinan lain yang bisa saja terjadi. Saudara kembar Larvin kemungkinan memiliki hubungan dengan Alexander sehingga mau tidak mau Larson dan Larvin mengikuti kemauan Alexander. Aku mendengar jika Larson bekerja sama dengan dua orang dari Havreland untuk menghancurkan Alexander. Akan tetapi, kesepakatan itu batal."
Rebel menghembus napas panjang, menatap seorang bawahannya yang mendekat. "Bagaimana dengan persiapan keberangkatanku?"
"Semuanya sudah siap, Tuan."
"Pastikan keberangkatanku ke Vistoria aman dari pengawasan pasukan Alexander. Aku tidak ingin terjadi masalah apa pun di perjalanan. Aku sudah cukup muak dengan peristiwa yang terjadi sekarang."
"Aku mengerti, Tuan." Rebel memasukkan lembaran foto Larvin dan Larvino ke dalam saku celana, mengikuti para pengawalnya ke luar dari rumah. Ia memasuki mobil, meninggalkan kediaman.
Rebel mendapatkan panggilan dari Hector.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba menghubungiku?" tanya Hector di seberang telepon. Wajahnya tampak penasaran.
"Aku sedang berada dalam perjalanan untuk menemuimu sekarang. Aku memiliki informasi penting."
"Katakan sekarang."
"Aku akan mengatakannya ketika kita bertemu di Vistoria. Pastikan keamanan kedatanganku ke Vistoria. Aku tidak ingin terjadi apapun padaku." Rebel menutup panggilan, menatap sisi jalan di mana para bawahannya, tertawa terbahak-bahak. "Kau akan gelisah karena dilanda rasa penasaran, Hector."
"Brengsek!" Hector mendengus kesal, berjalan menuju jendela, menatap jalanan kota Royaltown yang tampak ramai. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Rebel? Dia bahkan harus mendatangiku di Vistoria hanya untuk memberikan sebuah kabar."
Hector duduk di sofa, menghembus nafas panjang.
"Sampai saat ini aku belum mendapatkan kabar dari Pedro. Aku tidak memaafkan Rebel jika terjadi sesuatu pada Pedro. Dia adalah salah satu pion terkuat yang aku miliki sekarang."
Di tempat berbeda, Stryker tengah mendengarkan laporan dari salah satu bawahannya di telepon. "Jadi, pertempuran sudah dimulai. Pedro, aku berharap besar padamu. Aku tidak ingin pekerjaan bawahanku terhalang di dalam gua. Aku harus mendapatkan barang-barang yang aku ingin di sana. Kau harus memastikan mengusir orang-orang itu selamanya.”
Sementara itu, Donald dan pasukannya nyaris keluar dari hutan Daintree. Sayangnya, mereka terhalang dengan pertarungan antara pasukannya dengan pasukan musuh.
"Pasukan bantuan akan segera tiba. Aku dan pasukan hanya harus menahan mereka." Donald mengamati pertarungan di depan. Beberapa pasukan musuh dan pasukannya sudah tumbang dengan keadaan terluka. "Pasukan musuh tampaknya berbeda dengan pasukan musuh yang dulu dihadapi pasukan keluargaku dan pasukan Alexander. Meski begitu, kemampuan pasukan kami masih berada di atas pasukan musuh."
Pedro semakin yakin jika pasukan yang sedang dihadapinya sekarang adalah pasukan Xander dan keluarga Hillborn setelah melihat Donald, Arron, dan beberapa pasukan Xander dan anggota keluarga Hillborn yang ia kenali.
"Kita bergerak sekarang," ujar Pedro seraya memberi tanda pada pasukannya.
Pedro dan pasukannya muncul dari arah kiri dan kanan, bergerak cepat menyerang pasukan Xander dan keluarga Hillborn.
"Jangan menangis dan mati di tempat ini," ujar Pedro seraya melompat turun dari motor, bergerak cepat menuju Arron yang tengah berada di bawah pohon bersama pasukannya.
"Brengsek!" Shane berdecak, segera memberi tanda pasukan bermotor yang berada di depan dan belakangnya.
Pedro bergerak cepat, melesatkan tembakan yang mengarah pada tangan dan betis pasukan Xander dan keluarga Hillborn. Ia bertarung dengan lawan dalam gerakan sangat cepat hingga beberapa di antara mereka terdorong mundur dan bertumbangan.
Pedro bersembunyi ke belakang pohon ketika lawan menembakkan peluru, bergerak cepat seraya melakukan serangan balasan. Gerakannya sangat cepat dan efisien sehingga membuat lawan mundur.
Pedro bergerak seraya memberi tanda pada pasukan Xander. Shane dan pasukannya datang dari samping dan belakang sehingga pasukan Xander dan keluarga Hillborn terdesak mundur untuk sementara waktu.
Pedro menaiki pohon dengan sangat cepat, melesatkan tembakan pada Arron yang berlari menjauh.
"Ah!" Arron ambruk ketika betisnya terkena tembakan, menatap seseorang yang berdiri di dahan sebuah pohon. Ia terkejut ketika melihat gerakan tangan Pedro. "Dia ... adalah Tuan Miguel. Dia mengirimkan pesan padaku untuk pergi dari hutan ini sekaligus memintaku untuk menyampaikan pesan pada Tuan Xander.”
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.