Tidak ada rumah tangga yang berjalan mulus, semua memiliki cerita dan ujiannya masing-masing. Semuanya sedang berjuang, bertahan atau jutsru harus melepaskan.
Seperti perjalanan rumah tangga Melati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Bayangan anak-anak terus melintas di dalam kepala Melati sehingga dia berusaha keras harus bisa lepas dari situasi yang membahayakan dirinya. Namun dia masih memikirkan untuk tidak melukai Ibu atau Viola yang sedang hamil besar. Tujuannya hanya satu yaitu keluar dengan selamat dari bahaya ini.
Keadaan mengharuskan Melati untuk memilih melawan supaya bisa selamat demi anak-anak yang masih sangat membutuhkannya. Melati pun menggigit lengan Ibu sebelum Viola semakin mendekat ke arahnya.
"Awww..." Ibu menjerit kencang lalu memegangi lengannya yang terasa sakit.
Tangan Melati pun lepas dari pegangan Ibu. Dia melangkah mundur turun dari tempat tidur karena Viola yang terus berjalan semakin dekat. Karena tidak memperhatikan belakang, Melati jatuh tersungkur ke bawah dari tempat tidur yang cukup tinggi dibarengi dua bantal jatuh meniban tubuhnya.
"Kamu tidak bisa ke mana-mana lagi, Mel." Viola mengarahkan jarum suntik kepada Melati, bagian apapun akan sama hasilnya melenyapkan Melati.
Posisi Melati memang sudah tidak bisa ke mana-mana tapi dia masih terus berpikir untuk menyingkirkan jarum suntik itu dari Viola.
"Cepat lakukan, Viola!. Mumpung tidak ada yang melihat kita!."
Perintah Ibu terdengar begitu menusuk hati sampai terdalam Melati. Dia tidak mempercayai wanita yang sudah dianggapnya sebagai Ibu ternyata sangat menginginkan kematiannya.
Viola mengayunkan tangan ke arah bagian tubuh Melati yang mudah dijangkaunya namun rupanya Melati masih bisa melawan dengan menarik bantal yang ujungnya terinjak oleh Viola.
Kalau pun Viola jatuh masih bisa mengenai pinggiran tempat tidur yang masih terlindungi bed cover. Jadi tidak membahayakan Viola dan kandungannya. Perkiraannya tepat seratus persen tapi Melati tidak memikirkan apa yang bisa dilakukan seorang Viola saat dalam keadaan terdesak.
Viola memang tidak apa-apa walau ada dalam posisi sudah jatuh, tapi tangan yang memegangi jarum suntik berada di dekat dengan lengan Ibu. Viola tersenyum ke arah Melati sebelum dia dengan santainya menyuntikkan jarum suntik pada lengan Ibu dengan sangat mudahnya.
Jarum suntik itu tertancap sempurna di lengan Ibu.
"Ibu!," jerit Melati sambil bangkit berdiri.
"Awww..." suara Ibu melengking tinggi, wajahnya memerah menatap Viola yang tega berbalik arah menusuknya. Air matanya pun menetes.
Melati naik ke atas kasur guna menolong Ibu namun Viola menghalanginya. Alhasil mereka pun saling dorong dengan masing-masing kekuatan. Melati tidak lagi memikirkan Viola dan kandungannya.
Tentu saja Viola kalah tenaga, Viola jatuh namun tidak sendiri karena Melati pun ikut jatuh meniban paha Viola.
"Maafkan aku, Ibu, ini terpaksa aku lakukan karena Melati." Sambil telentang Viola tersenyum mengejek ke arah Ibu. Dari posisinya jatuh dapat melihat rencana selanjutnya yang akan berhasil dan memakan korban. Bukan satu melainkan dua sekaligus.
Jeritan Ibu yang disusul Melati menarik perhatian penghuni rumah. Mereka segera berlarian menuju sumber suara.
Namun yang lebih dulu datang pasti Yunita sesuai rencana karena Yunita akan menjadi saksi untuk menguntungkan Viola. Yunita mendekati Ibu lalu melempar suntikan itu dan jatuh tepat di depan Melati. Niat hati mau menjauhkan jarum suntik itu karena jujur saja Melati sangat takut.
Melati pun mengambil jarum suntik itu untuk diamankan namun Viola menjerit histeris seolah Melati akan melukainya di saat Sakura, Lili dan Mas Kalingga datang bersamaan.
"Mama...Melati..." Sakura, Lili dan Mas Kalingga memanggil nama wanita itu bersamaan.
Melati bangkit dan Viola langsung memegangi perutnya. Memperlihatkan jika dia terluka karena Melati.
"Mas..." Melati bangkit lalu mendekati Mas Kalingga dan anak-anaknya.
"Ibu, Mas... Ibu," Melati menunjuk ke arah Ibu yang sudah tidak sadarkan diri.
"Entah apa yang disuntikkan Melati pada Ibu mertuanya hingga tidak sadarkan diri. Dia juga menyerang Viola, menyakiti Viola dan kandungannya." Lantang Yunita yang berada di sana.
"Ibu!," Mas Kalingga panik lalu berlari ke arah Ibu.
Melati menatap Ibu dan Mas Kalingga bergantian. Namun pria itu mengabaikannya. Apalagi dengan tangan gemetar dan mata berkaca-kaca pria terus memanggil Ibu.
"Tolong bangun, Bu!."
Melati menangis namun tidak ada yang mendekat. Anak-anaknya masih berada di posisi semula. Melati pun menatap jarum suntik lalu menjatuhkannya.
"Kamu telah melenyapkan nyawa Ibu mertuamu, Mel." Yunita mulai memprovokasi setelah membantu Viola bangun.
"Kamu iri pada Viola karena dia mengandung anak laki-laki yang akan menjadi pewaris Kalingga. Kamu iri juga karena Ibu mertuamu lebih sayang dan peduli pada Viola. Kamu juga takut suatu saat nanti Kalingga berpaling darimu, makanya kamu melenyapkan Ibu dan Viola serta keturunannya." Terus saja Yunita memprovokasi. Karena memang untuk itu dia berada di sana.
"Aku tidak melakukan apapun, Viola yang sudah melenyapkan Ibu." Lirihnya.
"Kamu tidak bisa menyangkal atau memutarbalikkan fakta karena semua buktinya sudah ada pada dirimu."
Viola mendekati Mas Kalingga, mengecek nadi Ibu dan dia bisa memastikan kalau Ibu sudah tidak bernyawa lagi. Air mata palsunya menetes deras demi menarik simpati Mas Kalingga.
" Ibu sudah tidak ada, Mas."
Mas Kalingga mengangguk lalu menangis tapi pelan.
"Karena aku Ibu menjadi korban," sambil mengencangkan suara tangisnya.
"Aku yang salah, Mas, karena Ibu mau melindungiku dan bayi kita jadinya Ibu meninggal." Lanjutnya lagi kali ini menaruh kepalanya pada lengan Mas Kalingga. Tanpa diduganya pria itu justru membawa Viola ke dalam pelukannya.
"Ini bukan salahmu," namun tatapannya begitu dingin kepada Melati seolah Mas Kalingga percaya kalau semua itu benar karena perbuatan Melati.
Melati berjalan mendekat tapi Yunita menahannya.
"Jangan biarkan Melati mendekati Viola, takutnya dia masih mencari kesempatan."
Melati menggeleng pelan. "Sumpah demi Tuhan, aku tidak melakukan apapun."
Tapi tetap saja tidak ada yang mendekat padanya. Padahal Melati sangat membutuhkannya. Anak-anak pun hanya diam menatapnya.
Viola sudah meminta orang rumah sakit untuk mengurus jenazah Ibu. Mas Kalingga mau Ibunya di makamkan di sebelah almarhum Bapak.
Ayah yang mengetahui kabar meninggalnya Ibu, langsung datang menemui Mas Kalingga. Menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Mas Kalingga. Ayah pun menyemangati anak laki-lakinya. Dan Ayah juga telah mengetahui penyebab kematian Ibu, dari orang-orang yang datang melayat. Siapa lagi yang menyebarkan kalau bukan Yunita.
"Mel," Ayah menghampiri putrinya yang sejak tadi sendiri tanpa ada yang menemani.
Melati langsung berhambur ke dalam pelukan sang Ayah. Melati tahu masih ada tempat untuknya bersandar dan membagi semuanya.
"Aku tidak bersalah, Yah."
"Ayah tahu, Mel."
"Mas Kalingga dan anak-anak tidak mempercayaiku, Yah."
"Bukan tidak memercayaimu, mungkin saja mereka masih syok atas kepergian Ibu. Nanti juga mereka akan datang padamu."
Melati mengangguk sambil menangis di dalam pelukan Ayah.
Kemudian Viola datang menghampiri Ayah dan Melati.
"Surat perceraianmu dan Mas Kalingga sudah ditandatangani Mas Kalingga. Jadi kalian sudah resmi bercerai, anak-anak akan ikut bersama Mas Kalingga dan aku yang akan mengurus mereka."
Tak sanggup mendengar kabar buruk itu Melati pun pingsan di dalam pelukan Ayah.
Bersambung