THE MAFIA BRIDE 2

Setelah pernikahan selesai, Jiro dan Zoya langsung berangkat ke Indonesia. Ryu sengaja memilih BALI sebagai tempat mereka untuk bulan madu. Sebelum Ryu menentukan Indonesia sebagai tempat mereka bukan madu. Terlebih dahulu, Ryu menghubungi Samuel dan Keenan yang berada di Indonesia untuk menemani mereka. Karena bagi Jiro, untuk pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di Indonesia sebagai tanah kelahiran Siena dan juga Jiro.

Sementara Siena duduk termenung di balkon kamar. Memutar musik yang biasa dulu ia dab Kenzi putar.

All Of You - John Legend

Di mana Kenzi sangat tidak ingin kehilangan dan jauh dari Siena. Selalu memeluknya erat, tawa candanya begitu mengiris setiap detik.

Perjuangan Kenzi untuk mendapatkan cintanya, pertaruhkan nyawa dan rela keluar dari organisasi meski berat resiko yang harus di terima. Darah dan air mata mewarnai setiap lika liku perjalanan hidup. Kini berakhir sudah hanya kenangan yang tak mampu Siena enyahkan sekaligus ia inginkan.

Alunan musik terus mengalun, Siena hanyut dalam kenangan meski itu sangat menyakitkan. Luka di bahunya lebih sakit apa yang ia rasakan. Pria yang selama ini mengerti banyak hal tentang Siena berbalik arah menyerangnya.

"Sedikitpun kau tidak berusaha untuk keluar dari tipu daya mereka," gumam Siena perih.

"Mana kenziku, mana Kenzi yang dulu selalu berjuang demi keluarganya? mana?" Siena terisak merasakan luka yang semakin dalam.

"MANA KENZI! MANAAA!!" Jerit Siena menangkup wajahnya sendiri.

Di ambang pintu kamar, Angela berdiri memperhatikan Siena. Gadis itu mulai curiga dengan keadaan Ibunya. Apalagi tadi pas di pernikahan kakaknya, ia menemukan darah di bahu Siena.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Bu?" ucap Angela pelan. Selama ini, ia sering mendapati Ibunya diam diam keluar dari rumah. Awalnya ia menganggap kalau Siena ada urusan biasa, tapi sejak ia menemukan sesuatu yang ganjal. Rasa penasaran Angela semakin besar. Perlahan ia masuk ke dalam kamar dan mencari tas sedang yang sering Siena bawa.

"Maafkan aku Ibu.." ucap Angela pelan.

Lalu ia mencari di mana Siena meletakkan tas itu, tak lama ia melihat tas berukuran sedang di bawah meja. Perlahan Angela jongkok dan membuka isi tas itu. Betapa terkejutnya gadis itu nelihat banyak senjata api berukuran keci hingga sedang, dan sebuah topeng.

"Topeng?" Angela mengambil topeng itu dan memperhatikannya.

"Topeng ini, sama yang di gunakan oleh wanita yang selama ini jadi berita viral di media online? bahkan Polisi sedang mencari wanita yang menggunakan topeng ini?" ucap Angela dalam hati.

"Uhukk!

Mendengar Siena terbatuk kecil, Angela buru buru memasukkan lagi topeng itu ke dalam tas. Lalu ia segera pergi dari kamar Siena.

Sepanjang jalan ke kamarnya, Angela terus memikirkan Ibunya. " Aku yakin, Om Avram dan Aranza mengetahui sesuatu tentang Ibu, aku harus menemui Aranza besok pagi. Selagi sekolah libur."

***

Keesokan paginya, Angela berpamitan untuk menemui Aranza. Siena tidak melarangnya karena tidak menaruh curiga kalau putrinya mulai mencurigainya.

Sesampainya di rumah Aranza, Angela langsung bicara ke inti permasalahan.

"Mana mungkin kau mencurigai ibumu sendiri sebagai penjahat?" tanya Aranza.

"Kalau dia bukan penjahat, kenapa Ibuku menyimpan banyak senjata api dan topeng yang selalu di kenakan wanita yang sedang di incar polisi?" tanya Angela balik.

Aranza menarik napas dalam dalam, ia memperhatikan raut wajah kecewa di hadapannya.

"Jika kau mau tahu, sebaiknya kau ikut aku." Aranza berdiri, lalu menarik tangan Angela untuk mengikuti langkahnya menuju kamar kerja Avram. Kebetulan pria itu tidak ada di rumah.

"Ayahmu masih hidup, Angeka." Aranza menjelaskan apa yang dia tahu.

"Apa? tidak mungkin. Ibuku bilang Ayahku sudah tiada." Angela tertawa kecil, ia menganggap apa yang di katakan Aranza suatu kebohongan.

"Apa kau pernah melihat foto Ayahmu?" tanya Aranza.

"Iya, aku pernah melihatnya saat Kakak menunjukkan koran koran lama yang memuat pemberitaan tentang Ayah." Angela menjelaskan.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, kau ikut aku" Aranza kembali menarik tangan Angela keluar dari rumah. Lalu mereka masuk ke dalam mobil.

"Kita mau kemana? apa yang ingin kau tunjukkan?" tanya Angela bingung.

"Ke rumah, di mana dulu keluargamu tinggal. Menurut Papa, rumah itu dulu rata dengan tanah. Tapi sekarang sudah di bangun lagi oleh seseorang."

"Maksudmu Ayahku? benarkah dia masih hidup?" Ada perasaan senang ketika Aranza meyakinkan kalau Kenzi masih hidup. Namun ada yang mengganjal di hati Angela. Jika Kenzi masih hidup, mengapa Siena tidak jujur?

"Tapi Ibuku bilang, Ayah sudah mati." Angela kembali ragu.

"Kau akan mengerti, mengapa Ibumu tidak jujur."

Angela terdiam, ia mencoba untuk percaya pada Aranza. Tak butuh waktu lama, Aranza dan Angela telah sampai di depan gerbang rumah Kenzi.

Aranza menepikan mobilnya lalu mengajak Angela untuk keluar dari mobil. Mereka berdua berdiri di depan gerbang, hingga penjaga pintu menegur mereka.

"Kalian siapa? dan ada perlu apa?" tanya pria itu.

Aranza maju memperkenalkan diri.

"Namaku Aranza, kami datang kesini untuk bertemu tuan Kenzi. Karena kami membutuhkan bantuannya." Aranza berusaha mengelabui penjaga gerbang supaya di izinkan masuk.

"Apakah kau sudah ada janji?" tanya pria itu lagi membuat Angela kesal ingin sekali memukulnya. Namun Aranza mencegahnya.

"Sudah Tuan, izinkan kami masuk." Aranza membungkuk hormat.

Sesaat pria itu diam hanya memperhayikan dua orang yang masih terlihat sangat muda. Detik berikutnya, penjaga itu membuka pintu gerbang dan mempersilahkan untuk keduanya masuk.

Angela dan Aranza berdiri di halaman menatap pintu rumah Kenzi. Angela merasakan sensasi yang berbeda, jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya terasa bergetar. Entah apa yang ia rasakan saat ini, melihat rumah tempat keluarganya berkumpul dulu. Ia berharap Kenzi keluar dan memeluknya erat.