NovelToon NovelToon
Dikhianati Keluarga, Dicintai Mafia

Dikhianati Keluarga, Dicintai Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Irene Brilian Ornadi adalah putri sulung sekaligus pewaris keluarga konglomerat Ornadi Corp, perusahaan multi-nasional. Irene dididik menjadi wanita tangguh, mandiri, dan cerdas.

Ayahnya, Reza Ornadi, menikah lagi dengan wanita ambisius bernama Vania Kartika. Dari pernikahan itu, lahirlah Cassandra, adik tiri Irene yang manis di depan semua orang, namun menyimpan ambisi gelap untuk merebut segalanya dari kakaknya, dengan bantuan ibunya yang lihai memanipulasi. Irene difitnah dan akhirnya diusir dari rumah dan perusahaan.

Irene hancur sekaligus patah hati, terlebih saat mengetahui bahwa pria yang diam-diam dicintainya, bodyguard pribadinya yang tampan dan cekatan bernama Reno ternyata jatuh cinta pada Cassandra. Pengkhianatan bertubi-tubi membuat Irene memilih menghilang.

Dalam pelariannya, Irene justru bertemu seorang pria dingin, arogan, namun karismatik bernama Alexio Dirgantara seorang bos mafia pemilik kasino terbesar di Asia Tenggara.

Ikuti perjalanan Irene menuju takdirnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Strategi Menembus Ornadi Corp

Ruang rapat bawah tanah markas Valtherion Syndicate kali ini tampak lebih hening dari biasanya. Layar besar di dinding tengah menyala lembut, menampilkan grafik saham yang terus menurun. Di tengah ruangan, Alexio duduk dengan kedua tangan bersedekap, matanya tajam menatap Irene yang berdiri di ujung meja.

"Kerjasama dengan Ornadi Corp... gagal," ujar Irene dengan nada datar, namun matanya memancarkan ketegangan.

Vincent menyipitkan mata.

"Kenapa bisa gagal? Mereka sebelumnya terbuka dengan pendekatan kita."

Irene menekan tombol pada remote kecil di tangannya. Tampilan layar berubah, memperlihatkan foto Cassandra, CEO sementara Ornadi Corp, bersama seorang pria asing berkacamata hitam dan mengenakan setelan mahal.

“Bukankah itu Lucas?!” pekik Davin.

"Benar, dia Lucas. Salah satu eksekutif dari Red Scorpio. Berdasarkan informasi yang aku dapat, ia mendekati Cassandra lewat perusahaan cangkang, menjanjikan dana investasi dalam jumlah besar dan pembukaan pasar baru di Eropa dan Timur Tengah."

Jay menyandarkan punggungnya ke kursi, mendecak pelan.

"Mereka mulai bermain terang-terangan. Bahkan berani memegang raksasa bisnis seperti Ornadi Corp."

Davin mengangguk.

"Red Scorpio sudah lama bermain di ranah ekonomi terang, tapi ini langkah paling berani mereka sejauh ini."

Alexio menatap tajam layar yang menampilkan wajah Cassandra.

"Berarti ini lebih dari sekadar pesaing. Mereka sedang membangun dominasi."

Vincent mengambil alih layar, membuka bagan strategi.

"Kita bisa ajukan gugatan terhadap perusahaan cangkang Lucas, atau mulai tekanan media. Tapi jujur, strategi ini terlalu kompleks dan memakan waktu. Cassandra bisa bergerak lebih cepat daripada kita."

Alexio menggeleng pelan.

"Lambat. Kita butuh sesuatu yang bisa menyalip mereka sebelum pengaruh mereka meluas."

Irene melangkah maju.

"Aku punya satu opsi lain."

Semua mata kini tertuju padanya.

"Ornadi Tech," Irene mengetikkan sesuatu di laptop. Tampilan grafik saham Ornadi Tech muncul di layar besar.

"Anak perusahaan mereka di sektor teknologi. Sahamnya anjlok selama tiga bulan terakhir. Cassandra terlalu fokus membangun imagenya di media, dan CEO sebelumnya, Reza Ornadi, masih koma. Ini membuat departemen teknologi mereka terbengkalai."

Alexio memicingkan mata.

"Dan kau menyarankan kita membeli perusahaan yang sedang jatuh?"

"Justru karena itu," jawab Irene mantap.

"Kita bisa beli secara bertahap lewat perusahaan-perusahaan boneka. Tak mencolok. Tapi jika kita kendalikan mayoritas sahamnya, kita bisa masuk ke dalam sistem internal Ornadi Corp tanpa mereka sadari."

Vincent menyela, suaranya mulai bersemangat.

"Kalau kita kuasai Ornadi Tech, kita punya akses ke seluruh jaringan infrastruktur digital mereka. Termasuk data komunikasi dengan investor, peta proyek luar negeri, bahkan kerja sama licik dengan Red Scorpio."

Jay bersandar ke meja.

"Dan kalau Cassandra tahu kita menguasai itu, dia akan bereaksi?"

Irene mengangguk.

"Tapi kita harus gerak cepat dan diam. Begitu kita kuasai Ornadi Tech, aku sarankan menempatkan Davin di sana."

Alexio mengangkat alis.

"Kenapa Davin?"

"Karena dia satu-satunya yang bisa masuk ke sistem mereka tanpa menimbulkan kecurigaan dengan rekam jejaknya, dia bisa menyamar sebagai konsultan eksternal atau CTO bayangan. Kita perlu seseorang yang bisa memastikan seluruh sistem aman dan kita bisa pantau setiap langkah Red Scorpio dari dalam."

Davin tersenyum tipis.

"Tantangan menarik. Aku suka." sambil mengunyah permen karet.

Alexio diam sejenak. Kemudian berdiri dan berjalan ke arah layar. Ia menatap grafik saham Ornadi Tech yang terus menurun.

"Lakukan. Tapi tetap jaga jarak. Jangan sampai Cassandra atau Red Scorpio mencium ini."

Semua mengangguk. Irene kembali mengetik sesuatu, dan layar menampilkan wajah baru, pria berusia awal 40-an dengan senyum menawan di hadapan awak media.

"Namanya Rayden Prasetya. Saat ini menjabat sebagai CEO sementara Ornadi Tech. Cassandra menunjuknya langsung setelah Reza jatuh koma."

Vincent membaca data di layar.

"Terlihat profesional. Riwayat akademis bagus. Pengalaman di multinasional."

Davin mulai meretas lebih dalam ke arsip personal. Layar berubah, memperlihatkan email-email pribadi, transaksi mencurigakan, dan laporan pertemuan rahasia.

"Namun faktanya," Irene melanjutkan, "ia adalah oportunis. Licik. Ahli dalam menyuap pejabat, menyabotase bisnis kompetitor, dan memanipulasi opini publik. Seluruh sistem PR dan media sosial Ornadi Tech saat ini dikendalikan olehnya."

Jay menyilangkan tangan.

"Lalu, bagaimana kita akan menjatuhkan seseorang seperti dia?"

Irene tersenyum dingin.

"Dengan cara yang paling ia benci, direkam, diawasi, dan dijebak oleh seseorang yang lebih lihai dari dia."

Alexio berjalan kembali ke kursinya dan duduk.

"Kau punya rencana?"

"Aku akan menurunkan tim kecil untuk mengikuti aktivitasnya. Kamera, pelacak, bahkan penyamaran di acara-acara yang ia hadiri. Kita rekam setiap penyimpangan hukum dan moral. Saat waktunya tepat, kita sandera reputasinya."

Vincent mengangguk.

"Jika kita hancurkan reputasinya, Cassandra akan kehilangan kaki tangan penting dan pengaruh Red Scorpio melemah."

Jay menambahkan, "Dan jika dia panik, dia bisa membuat kesalahan. Itu bisa jadi celah kedua."

Davin menyandarkan tubuh ke kursi.

"Aku akan terus cari celah digitalnya. Rekaman, transaksi, dokumen ilegal. Kalau dia punya aib, aku akan temukan."

Alexio mengangguk mantap.

"Red Scorpio boleh bermain kotor, tapi kita bermain lebih dalam. Kita mainkan dari dalam tubuh mereka sendiri. Rin, kau yang pimpin misi pengintaian. Vincent koordinasi legalitas pembelian saham. Davin fokus ke jalur digital. Jay pastikan Cassandra dan Lucas tidak tahu langkah kita."

Mereka semua menjawab, "Siap."

Dalam diam, Alexio menatap peta kekuasaan yang terbentang di layar belakang. Garis koneksi antara Red Scorpio, Ornadi Corp, dan Ornadi Tech kini jelas terlihat.

Perang ini bukan lagi soal siapa yang paling kuat. Tapi siapa yang paling mampu menguasai informasi dan mengendalikan lawan dari balik layar. Langkah pertama sudah dimulai.

Setelah pertemuan intens di ruang strategi markas Valtherion berakhir, langit malam mulai merambat gelap di luar jendela kaca yang tertutup tirai abu-abu. Irene berdiri di depan cermin lebar di ruang ganti tersembunyi di lantai bawah tanah. Ia mengenakan jaket panjang gelap, rambut diikat tinggi, dan wajahnya kini tampil dengan riasan ringan yang menyamarkan identitas aslinya.

Nama yang akan ia gunakan malam itu bukan Irene Brilian Ornadi atau Rin, melainkan identitas samaran di jaringan bayangan: Iris Kayana.

Di belakangnya, Jay menyampirkan jaket hitamnya sambil bergumam, “Sudah lama kita tidak turun langsung seperti ini. Kurasa aku mulai rindu adrenalin.”

Vincent mengangguk singkat. Wajahnya tetap tenang, tetapi sorot matanya tajam. Ia membawa tas kecil berisi alat pemindai, kamera mikro, dan perangkat perekam suara jarak jauh.

Davin datang paling akhir, mengenakan hoodie abu-abu, tangan sibuk mengetik di tablet kecil yang tergantung di lengannya.

“Hei, kalian tahu tidak kalau Rayden punya kebiasaan minum wine di hotel bintang lima tiap malam Kamis?” katanya santai sambil mengunyah permen karet.

Jay menyipitkan mata.

“Itu dari mana?”

“Dari CCTV parkiran, GPS mobil, dan 42 tag lokasi sosial media teman wanitanya,” jawab Davin tanpa berpaling.

“Aku sih santai, tapi dataku selalu kerja keras.”

Vincent mengangkat alis.

“Berapa lama kau sudah menguntitnya secara digital?”

“Dua belas jam. Itu baru pemanasan.” Davin terkekeh, tetapi jari-jarinya tak berhenti menari di layar.

***

Malam itu, mereka berempat memulai aksi. Mobil hitam tanpa plat mencolok melaju perlahan membuntuti sedan mewah milik Rayden Prasetya yang baru keluar dari gedung pertemuan di kawasan SCBD. Irene duduk di kursi depan, helm komunikasi terpasang di telinganya.

“Target bergerak ke arah timur, melewati Jalan Senopati. Kecepatan stabil,” lapor Jay dari belakang kemudi.

Vincent yang duduk di kursi tengah membuka layar peta taktis digital.

“Berdasarkan pola rutinnya, kemungkinan besar dia akan mampir ke restoran Le Tirage. Tempat favoritnya kalau ingin bertemu dengan investor asing.”

Davin membuka jendela kecil, menyelipkan kamera mikro berukuran kancing yang menempel di lengan bajunya.

“Ini bisa merekam suara walau dari luar jendela mobil. Gila kan? Teknologi sekarang... luar biasa.”

“Konsentrasilah, Davin,” tegur Vincent.

“Tenang, Vin. Aku boleh becanda, tapi dataku tidak pernah main-main,” ucapnya sambil men-tap layar.

“Oh, Rayden sedang menelpon. Kutangkap satu kalimat: ‘Pastikan pejabat itu setuju besok pagi. Uangnya sudah disiapkan."

Irene melirik cepat.

“Pejabat? Siapa yang dia coba suap sekarang?”

Jay melambatkan mobil. Di depan mereka, sedan Rayden berhenti di parkiran restoran mewah bercahaya temaram. Sosok Rayden turun, mengenakan jas putih dan menyapa seseorang di pintu masuk, seorang pria asing berbadan tegap.

Irene menyalakan perekam dan kamera mini di kacamatanya.

“Waktunya kita kumpulkan semua bukti.”

Vincent mengangguk.

“Davin, siapkan satelit pemantau. Aku ingin tahu siapa pria asing itu.”

Davin tersenyum dan mengangkat tablet.

“Sedang bekerja, bos. Dalam tiga menit, aku tahu riwayat SIM, visa, bahkan golongan darahnya.”

Jay mengangguk, lalu menyalakan kamera tambahan dari sisi mobil.

“Kita main cantik. Awasi semua sudut, semua percakapan, semua gerak-gerik Rayden. Sekali dia lengah, kita punya senjatanya.”

Irene menatap restoran dari kejauhan. Tatapannya dingin namun fokus.

“Rayden menyukai permainan kotor. Maka biar kita beri dia panggung untuk menari di tali yang kita pegang.”

Dan malam pun berjalan dengan sunyi yang tegang, ketika empat pengintai elit dunia kriminal memulai langkah-langkah diam mereka untuk menjatuhkan lawan... dengan bukti, bukan peluru.

1
NurAzizah504
aw, alex tau dia tampan /Facepalm/
Kara: ya masa bilang dia jelek😅
total 1 replies
NurAzizah504
kalo alex tau motifnya, kira2 pria itu bakalan marah ga ya?
Kara: bisa iya, bisa tidak 😁
total 1 replies
NurAzizah504
kayaknya yang kedua deh, wkwk
NurAzizah504
dia kayak ganteng bgt ga sih /Sob/
Kara: iya bener, ganteng banget dengan rahang tegas tatapan mata tajam tubuh tegap 😁
total 1 replies
NurAzizah504
nah, sikap kamu ini cocok buat Alex
Kara: syukurlah klo cocok😁
total 1 replies
NurAzizah504
apapun itu, jgn sampai membuat alex kecewa ya, Rin
Kara: nah ituuu 😁
total 1 replies
NurAzizah504
wajar sih kamu begitu, Lex. kalian pasti ga bisa langsung mempercayai org baru secepat itu
Kara: iya, apalagi di dunia mafia. lawan bisa jadi kawan, kawan bisa jd lawan
total 1 replies
NurAzizah504
Rin, ini peluangmu. Kamu bisa kan?
NurAzizah504: harus bisa. aku maksa soalnya /Sob/
Kara: diusahakan 🤣
total 2 replies
NurAzizah504
kalo ga terbukti, kamu harus mencintai Rin ya, Lex /Facepalm/
NurAzizah504: maksa dikit /Facepalm/
Kara: lhoh lhoh kok maksa😁
total 2 replies
NurAzizah504
wahh, keren nih. semuanya terdiam. ga menyangka rin bisa begitu
NurAzizah504
kayaknya kalo dilatih oleh alex, rin bakalan cepet jago
NurAzizah504
bukan Irene, tpi Rin /Proud/
NurAzizah504
aku suka nih yang kaya Jay
Kara: klo suka jangan dimasukin keranjang dulu kak ini jay masih aku ajak main terus lho 🤣
total 1 replies
NurAzizah504
dunia irene sudh hancur /Whimper/
NurAzizah504
Dita merawat Irene dg sangat baik. Tentu saja berkat arahannya Alex
NurAzizah504
semangat, Ren. Ini bukan akhir
NurAzizah504
semoga irene cepet siuman
NurAzizah504
krna menyelematkan org yang dikira reno, irene bahkan rela terluka
NurAzizah504
lalu semua uang2mu kemana, Ren? gak adakah sepeser pun /Sob/
Kara: kan udah di usir sama papanya otomatis semua aset miliknya dibekukan 😁
total 1 replies
NurAzizah504
cuma ibumu yang bisa menerimamu dg tulus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!