NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

penawaran

"Kota ini benar benar ramai dan damai ya." Ucap dina.

"Hanya luarnya saja, tapi dalamnya menyimpan kesedihan." Ucap arya.

"Aku pergi dulu ya kak! Mau cari informasi di mansion." Gamma perlahan pergi.

"Hati hati,reisa-chan."

"Hati hati gamma, tapi tunggu dulu."

"Uang kalian masih ada kan?" Tanya arya.

"Masih ada kak!" Jawab gamma dan pergi.

"Masih ini, tapi tinggal sedikit." Jawab dina "minta lagi dong!" Ucap dina sambil mengulurkan tangan.

"Aku juga masih ada." Jawab venus. "Aku pergi dulu." Venus perlahan pergi.

"Iya iya nih, kamu boros banget sama uang!" Arya memberi uang ke dina.

"Aku tidak boros! Hmph." Dina mengambil uangnya dan pergi.

"Hahaha!" Arya mulai pergi juga.

Mereka berpencar untuk melakukan aktivitas masing masing. Venus pergi ke bar dan kedai makanan untuk minum minum, gamma pergi ke mansion untuk cari informasi, dina pergi ke banyak kedai makanan tentu saja untuk beli makanan. Dan arya pergi ke guild petualang untuk cari informasi lainnya.

Kerchak! Suara pintu terbuka dan semua orang menatap ke arah arya.

"Hm... Masih pagi sudah ramai oleh para petualang. Lihat lihat dulu di papan pengumuman ya." Arya bicara dalam hati.

"Di guild ada poster tentang kehilangan anak ya, tapi di jalan dan tempat lain tidak ada poster. Berarti guild petualang sepenuhnya bersih dalam hal itu." Ucap arya dalam hati.

"Permisi, ini poster kehilangan anak masih berlaku?" Arya bertanya ke resepsionis.

"Masih, para orang tua masih mencari anaknya di segala tempat." Jawab resepsionis.

"Begitu ya." Ucap arya. "Lalu, saya mau nanya. Bagaimana jika semisal tiba tiba anak kembali pulang ke orang tuanya, apakah posternya tidak berlaku lagi?" Tanya arya.

"Poster masih berlaku, karena para orang tua sudah membayar biaya pencariannya, tapi semisal tiba tiba ketemu dan penemunya tidak diketahui atau tidak melaporkanya maka uang bayarannya dikembalikan ke pihak pelapor." Ucap resepsionis menjelaskan.

"Oh begitu ya, terimakasih banyak atas penjelasannya. Dan satu lagi... Apakah ada kabar tentang BLUE DRAGON di kerajaan ini?" Tanya arya.

"Apa?! Hei, dia menyebut BLUE DRAGON." Semua orang yang mendengar langsung melihat arya.

"BLUE DRAGON dianggap sebagai dewa pelindung di kerajaan ini, tempat tinggalnya digunung ZEASTI. Dia melindungi kerajaan ini dari serangan Monster tetapi tidak ingin terlibat dengan urusan manusia, dan jika ada manusia yang mencari gara gara dengannya maka dia akan menghancurkan kota kota tempat tinggal manusia." Resepsionis memberi penjelasan.

"Begitu ya, terimakasih banyak atas informasinya nona. Ini bayaran atas informasinya." Ucap arya dan memberikan 2 koin emas.

"Ti tidak usah, itu tugas saya. Dan lagian ini kebanyakan." Ucap resepsionis sambil mengembalikan koinnya.

"Tidak masalah, ambil saja." Arya pergi.

"Terimakasih banyak."

"Hei, dia memberikan 2 koin emas dengan santainya." Bisik bisik para petualang.

"Itu bisa untuk hidup mewah selama 2 bulan loh!" Bisik bisik.

*Kerchakkk. Suara pintu dan Arya keluar dari guild.

"Hm... BLUE DRAGON ada di gunung ZEASTI ya, aku penasaran seperti apa wujudnya karena bahkan tuan Noctarion pun sampai tergila akan kecantikannya." Pikir arya dalam hati.

"Baiklah, mengisi persediaan dulu." Arya pergi ke pasar yang dipenuhi banyak pembeli.

"Emang hebat! Ramai sekali disini!"

Suasana pasar dipenuhi banyak pembeli, para pedagang berteriak teriak menawarkan dagangannya, pembeli berdesak desakan untuk membeli barang segar. Aroma dari berbagai makanan minuman dan para warga saling menyatu di udara.

"Permisi pak, bisakah saya membeli semua daging ditoko anda?" Tanya arya sambil menunjuk daging.

"Se semua daging?" Penjual kaget.

"Benar, berapa harganya?"

"15 koin emas."

"Baiklah ini." Arya memberi 15 koin emas.

"Baik, tapi bagaimana caramu membawanya nak?"

"Tidak masalah." Arya menghisap semua daging di kios besar tersebut meski dagingnya sangat banyak.

"Hi hilang?!" Penjual terduduk.

"Terimakasih banyak pak!"

Para pembeli dan penjual disekitar melihat adegan tersebut dengan terkejut.

"Hilang? Tadi dagingnya banyak disitu!"

"Anak itu bisa sihir penyimpanan kah?" Bisik bisik semua orang.

"Hei nak! Kamu mencari makanan kan? Ini buah buahan ku segar segar! Belilah disini!" Ucap penjual disebelah.

"Baiklah, aku akan membeli semua buahmu. Berapa harganya?"

"10 koin emas!"

"Ini." Arya memberi 10 koin emas dan menghisap semua buahnya.

"Terimakasih banyak!" Ucap penjual senang.

"Hei nak! Ini juga ada! Ada banyak ikan!"

"Ini ada kue dan roti! Silahkan dibeli!"

"Beli disini nak!"

Begitulah para penjual dipasar itu berteriak supaya dagangan mereka diborong oleh arya. Dan karena Arya adalah tipe orang yang baik dan tidak sombong, dia membeli semua dagangan mereka. Lalu dia membagikan kepada para pembeli disekitar karena yang dia beli kebanyakan... Dan total yang dia habiskan untuk membeli semuanya adalah 100 lebih koin emas.

"Terimakasih banyak!" 

"Datang lagi!" Ucap semua orang.

"Ya! Sampai jumpa!" Arya pergi.

Arya menutup wajahnya saat memborong semuanya karena tidak ingin dilihat oleh banyak orang.

"Sialan, aku dikuras habis oleh mereka semua. 100 koin emas langsung lenyap." Ucap arya dalam hati.

"Tapi tidak apa apa lah, asalkan mereka senang."

Lalu siang pun berganti tengah malam. Kota yang tadinya ramai sekarang sepi dan tidak ada aktivitas para warga lagi.

"Baiklah, semua persiapan sudah siap kan?" Tanya arya.

"Sudah." Serentak menjawab.

"Ayo."

Mereka berempat menuju mansion penguasa.

"Tuan, anda sebaiknya kabur dari sini." Ucap seorang pria.

"Apa?! Kau menyuruhku lari?! Aku menyewa banyak penjaga berpengalaman dan jumlahnya ada 30 lebih!" Balas ucap.

"Tapi tuan, penguasa kota TYUIA sudah mati padahal penjaganya juga kuat kuat." 

"Diamlah! Kau pikir kau siapa?!" Bentaknya.

"Baik."

"Arghh! To tolong aku!" Teriak orang di luar ruangan.

"Apa itu?!" Tanya penguasa tersebut.

"Sepertinya sudah dimulai tuan."

"Apa?! Beraninya mereka! Sudah disewa mahal mahal tapi ga berguna!" Penguasa tersebut keluar dari ruangan untuk cek situasi.

"A apa ini?!" Kaget tak percaya.

Pemandangan yang disaksikannya sangat mengerikan. Daging dan darah berserakan dimana mana, wajah penjaga yang mati sudah tidak bisa dikenali lagi karena tercincang.

"Tuan, larilah!" Ucap pria yang sebelumnya memperingati.

"Oh?! Jadi penguasanya keluar sendiri ya." Ucap arya. "Tapi tunggu... Penguasa kau kan yang gendut?!" Arya menunjuk penguasa.

"Si siapa kalian?! Kurang ajar sekali! Apa kau tidak tahu aku siapa?! Aku adalah yang ter..." Dor! Tembakan menembus kakinya. "Arghhh!!"

"Aku tidak peduli siapa kau, mau kau penguasa,mau kau raja, mau kau dewa. Dimataku kau hanyalah bajingan." Ucap arya.

"Hei, ar bagaimana dengan yang disampingnya?!" Tanya dina.

"Kau boleh membunuhnya."

"Baiklah." Dina maju dan... Srettt! Kepala pria  itu terpotong *Bruk! Suara kepala terjatuh.

"Hiiihhh! A ampuni aku!" Ucap penguasa ketakutan.

"Tidak akan." 

"A aku akan beri segalanya!"

"Saat menjelang kematian para sampah tetap sama ya cara memohonnya!" Ucap venus dengan nada menjijikkan. "Aku pergi dulu." Venus pergi.

"Baiklah. Tenangi para pembantu ya venus." Ucap arya.

"Iya iya."

"Dan... Saatnya menuju neraka wahai bajingan."

"A ampuni aku!" Memohon sambil menangis.

"Dor!" Peluru menembus kepala. "Aku tidak pernah tertipu dengan permohonan bajingan." Ucap dingin arya.

"Gamma sudah dimana ar?!" Tanya dina.

"Katanya di lantai 4 untuk membebaskan tahanan."

"Jadi bagaimana dengan istri dna anak penguasa?".

"Coba kita lihat dulu." Arya pergi menuju ruangan istri dan anaknya.

Srettt. Suara pintu terpotong, lalu perlahan terbuka.

"Siapa itu, Bu? Pintu terbuka sendiri... aku takut," suara anak kecil itu bergetar, bersembunyi di balik selimut.

"Tenang, Nak... Tenanglah. Siapa di sana?!" suara seorang wanita paruh baya terdengar cemas, namun tatapannya kosong dan mengarah ke tempat yang salah.

Arya dan Dina berhenti sejenak.

"Ar... sepertinya dia buta. Dia melihat ke arah yang salah terus," bisik Dina.

"Aku periksa dulu." Arya melangkah perlahan mendekat, menatap wajah wanita itu.

Tatapannya kosong. Bola matanya putih. Arya mengangguk kecil. "Ya... sepertinya memang buta."

"Bu... aku takut..." si anak masih memeluk ibunya erat-erat.

"Jangan takut, Nak. Ibu ada di sini."

Arya menarik napas pelan, lalu bicara dengan suara tenang, "Permisi... kami tidak datang untuk menyakiti. Nama saya Arya Setya, dan ini Dina, rekan saya. Kami... sudah menyingkirkan suami Anda dan seluruh penjaga mansion."

"Apa...?!" wanita itu terkejut, tubuhnya limbung dan jatuh duduk di lantai. "K-Kalian membunuh... suamiku? Tapi... kenapa?! Apa salahnya suamiku?!"

Arya menatapnya tajam. "Apa Anda benar-benar tidak tahu? Suami Anda menculik anak-anak dan memperjualbelikan mereka. Ada ruang tahanan rahasia di lantai empat mansion ini... penuh anak-anak yang dirantai."

"Apa...?" suara wanita itu memecah, tubuhnya gemetar hebat.

"Bu! Bangun! Ibu tidak apa-apa?!" si anak panik memeluk ibunya.

Arya berjongkok. "Kamu tahu soal itu, kan?"

Anak itu terdiam. Kemudian, dengan suara pelan ia berkata, "Aku... aku tahu ayah orang jahat. Tapi aku tidak bilang apa-apa pada Ibu. Aku tidak mau membuatnya sedih."

"Kamu tahu dia penjahat, tapi memilih diam?"

"Karena Ibu mencintai Ayah... Aku tidak ingin dia patah hati. Tapi... aku juga salah. Aku pengecut."

Sang ibu menangis.

"Jadi selama ini... kamu tahu, Nak? Kenapa tak pernah bilang pada Ibu..."

"Maafkan aku, Bu..."

Dina menggenggam lengan Arya. "Ar... mereka kasihan sekali."

Arya mengangguk pelan. "Begini... aku akan membuat penawaran."

"Penawaran?"

"Aku bisa menyembuhkan mata ibumu... Tapi, sebagai gantinya, kamu harus menjadi pemimpin kota ini, dan menebus semua kesalahan yang pernah kau diamkan."

"Menyembuhkan mata Ibu...? Kau serius?!"

Dina ikut bertanya, "Ar, kamu bisa menyembuhkan orang buta? lalu kenapa korban eksperimen tidak bisa kamu sembuhkan?"

"Bisa. Asal kerusakannya hanya di mata. Tapi mereka yang jadi korban eksperimen... tubuh dan mentalnya sudah terlalu hancur. Tak bisa dipulihkan."

Arya menoleh pada anak itu lagi. "Bagaimana? Setuju?"

Anak itu langsung berlutut, bersujud di depan Arya. "Aku setuju! Kumohon... sembuhkan Ibu!"

Arya tersenyum tipis. Ia mendekat ke wanita buta itu, lalu menyentuhkan telunjuknya ke dahi sang ibu.

"Extra Heal."

Sinar lembut menyelimuti wajah wanita itu. Perlahan-lahan, sorot matanya kembali. Cahaya.

"A-aku... aku bisa melihat...? Nak! Aku bisa lihat wajahmu!" ia menangis dan memeluk anaknya. "Wajahmu... tampan sekali..."

"Bu..."

"Nak..."

Arya memberi mereka waktu, sebelum akhirnya bertanya lembut, "Bolehkah aku tahu nama kalian?"

Wanita itu menghapus air matanya. "Aku Terra Iares, dan ini anakku, Zeni Iares..."

"Hm.. begitu ya, salam kenal sekali lagi namaku Arya dan wanita cantik ini Dina."

"Cantik?!" Dina memerah. "Salam kenal." 

"Baiklah, sesuai kesepakatan. Kau akan menjadi pemimpin selanjutnya, dan umurmu berapa?"

"10 tahun!" Ucap anak tersebut.

"Bisakah dia memimpin kota diumur 10 tahun?" Tanya dina.

"Sepertinya bisa, lagian dia didampingi ibunya."

"Baiklah. Kami mau pergi keruangan tersembunyi dulu."

Beberapa menit setelah Arya dan Dina meninggalkan ruangan Terra dan Zeni, mereka segera menyusuri koridor gelap menuju lantai empat, tempat Gamma sedang menunggu.

Begitu tiba, Gamma langsung berlari ke arah mereka.

Napasnya sedikit terengah. "Kak! Kenapa lama sekali?! Cepat, sembuhkan mereka!"

"Maaf, ada sedikit urusan tadi," ucap Arya sambil menatap ke dalam ruangan.

Pintu terbuka. Aroma besi, kotoran, dan ketakutan menyambut mereka. Di dalam sana, puluhan anak-anak duduk dalam diam, tubuh kurus mereka dipenuhi luka dan rantai yang mengikat pergelangan tangan dan kaki mereka.

Beberapa anak hanya bisa menatap kosong ke dinding.

Sebagian menangis lirih. Yang lain terlihat tak lagi mengenal rasa takut mereka terlalu sering melihat neraka.

Arya melangkah maju, lalu mengangkat tangan. "Heal."

Cahaya lembut menyelimuti tubuh seorang anak laki-laki di depan pintu. Luka-lukanya memudar, napasnya mulai teratur.

Kemudian anak itu menangis keras. "Terima kasih... terima kasih...!"

Arya menunduk, menyentuh kepala anak itu. "Kamu aman sekarang."

Satu per satu, ia menyembuhkan semua anak di ruangan itu.

Setiap kali cahaya sihir menyala, jerit tangis berubah jadi haru.

Air mata mereka tak lagi karena ketakutan tapi kelegaan yang tak pernah mereka bayangkan bisa datang.

Dina berdiri di samping, mengusap air matanya sendiri.

Setelah semua anak berhasil disembuhkan, Arya mengeluarkan makanan dan air dari penyimpananya.

"Nih. Makan dan minumlah pelan-pelan, jangan terburu-buru," ujarnya lembut.

Anak-anak mengambil makanan itu hati-hati, seolah takut bahwa semua ini hanyalah mimpi. Mereka mengunyah dengan mata penuh air, rasa syukur tak terkira.

Gamma mendekat, suaranya pelan, "Kak... tadi urusan apa, ya?"

Arya menoleh. "Istri penguasa tadi ternyata buta. Jadi aku membuat kesepakatan: aku menyembuhkan matanya, dan sebagai gantinya anaknya akan memimpin kota ini dengan baik."

"Oh... begitu ya."

"Tapi... apa mereka bisa dipercaya?" tanya Dina ragu.

Arya mengangguk kecil. "Aku juga tidak tahu... Tapi kita akan lihat nanti. Kita telah melakukan bagian kita."

Beberapa saat kemudian, setelah semua anak selesai makan dan minum, Arya berdiri dan berkata dengan suara lantang.

"Baiklah, anak-anak! Sudah kenyang?"

"Sudah, Kak!" jawab mereka serempak, dengan senyum yang mulai tumbuh di wajah yang sebelumnya penuh penderitaan.

"Bagus! Sekarang... kita akan keluar dari tempat mengerikan ini!"

"YA!!!" sorak anak-anak itu bersamaan.

Arya mengangkat tangan. "Teriak keras!"

"YAA!!!"

Tawa dan teriakan kecil menggema di lorong-lorong yang sebelumnya dipenuhi ratapan.

"Baiklah, ikuti kami. Kita akan pulang."

Anak-anak berjalan di belakang Arya dan Dina dengan langkah kecil namun penuh semangat.

Arya sempat berhenti sejenak. "Oh iya, aku hampir lupa."

Ia merogoh sakunya dan mengambil sebuah stempel kecil. Ia menekannya ke dinding batu dekat pintu keluar. Sebuah

simbol Exone tampak jelas dan menempel di dinding.

"Ini sebagai penanda. Dunia harus tahu siapa yang menjatuhkan penguasa bejat kota ini."

Mereka pun keluar dari mansion dan memulangkan semua anak ke rumah masing-masing, satu per satu. Tangisan haru, pelukan keluarga, dan ucapan terima kasih tak henti-hentinya terdengar di sepanjang jalan.

Dan seperti sebelumnya... misi kali ini juga sukses.

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!