NovelToon NovelToon
Suara Dari Bayangan

Suara Dari Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Romansa / Pembantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: MOM MESS

“Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang tubuh dan jiwanya hancur oleh dunia yang tak memberinya tempat. Dan kini, aku berdiri, tak hanya untuk ibuku… tapi untuk setiap wanita yang suaranya dibungkam oleh bayangan kekuasaan.”

Mumbai, tengah malam. Di ruang pengadilan yang remang. Varsha memandangi tumpukan berkas-berkas perdagangan manusia yang melibatkan nama-nama besar. Ia tahu, ini bukan hanya soal hukum. Ini adalah medan perang.

Di sisi lain kota, Inspektur Viraj Thakur baru saja menghajar tiga penjahat yang menculik anak-anak perempuan dari desa. Di tangannya, peluru, darah, dan dendam bercampur menjadi satu.

Mereka tidak tahu… bahwa takdir mereka sedang ditulis oleh luka yang sama–dan cinta yang lahir dari pertempuran panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bangunan Masa Lalu.

Waktu menunjukkan pukul 01.37 dini hari ketika sebuah mobil hitam bersuspensi tinggi melintas tenang di jalanan privat kawasan elite yang dikenal hanya oleh segelintir orang berpengaruh: Kompleks Keluarga Hernandes.

Di dalam mobil, duduk tiga orang dengan wajah lelah namun mata yang tetap siaga. Viraj, mengenakan kemeja lusuh berwarna kelabu, memandangi jendela dengan sorot kosong. Di sampingnya, Varsha, duduk diam, menggenggam ujung selendang yang menutupi sebagian rambutnya. Di kursi pengemudi adalah Rakesh Vikram, menantu dari keluarga Hernandes dan penghubung mereka dengan dunia rahasia keluarga itu.

“Selamat datang di rumah kami,” ucap Rakesh, mencoba memecah kesunyian saat mobil mereka melintasi gerbang otomatis. Varsha dan Viraj saling pandang sebentar, lalu kembali menatap ke luar jendela.

Bangunan megah berjejer di sepanjang jalan berlapis batu alam. Setiap rumah punya taman pribadi dan penjagaan ketat. Di sisi kanan berdiri rumah besar bergaya Eropa klasik dengan pilar-pilar tinggi—rumah Rakesh dan istrinya. Di seberangnya, di sisi kiri, berdiri rumah kuno berarsitektur Spanyol yang tampak lebih sepi dan redup—kediaman Dicto. Dan tepat di tengah, megah dengan pagar otomatis dan lapangan luas, adalah rumah Jay.

“Karena sudah larut,” ujar Rakesh sembari mematikan mesin mobil, “kalian istirahat dulu saja di rumahku. Besok pagi, kita akan bertemu adik iparku.”

Sesaat setelah pintu terbuka, Bella Hernandes, istri Rakesh, menyambut mereka di depan pintu rumah dengan senyum hangat meski matanya tampak mengantuk. Ia mengenakan daster sederhana dan membawa dua handuk kecil.

“Selamat datang di rumah kami,” ucapnya sopan. “Maaf tidak menyambut dengan jamuan atau teh, ini sudah sangat larut.”

“Tidak masalah,” jawab Varsha lembut. “Kami justru yang merasa merepotkan.” Koper mereka di bawa oleh anak buah Rakesh masuk ke dalam. Bella mengajak keduanya menunjukkan kamar tamu untuk mereka.

Namun saat Bella membuka pintu kamar pertama, hanya ada satu ranjang besar di tengah ruangan. Varsha langsung bertanya, “Apakah ada kamar terpisah?”

Bella menoleh cepat dengan alis terangkat. “Kalian... tidak menikah?”

Suasana mendadak canggung.

Viraj menunduk, lalu berkata pelan, “Istri saya sudah lama tiada, dan saya tinggal bersama putri saya."

Varsha menambahkan, “Dan saya belum menikah, masih lajang.”

Bella langsung tersadar akan kekeliruannya. “Maafkan aku. Aku pikir kalian... Ah, aku yang salah menebak.” Ia tersenyum kikuk. “Kamar satunya bisa digunakan oleh Nona Varsha.” Bella mengajak Varsha untuk ke kamar sebelahnya. Rakesh menepuk bahu Viraj dan memintanya untuk beristirahat. "kau istirahat lah. Putri mu pasti akan kembali." Viraj tersenyum. Rakesh pergi meninggalkan Rakesh.

...----------------...

Kamar Viraj sunyi. Bau kayu cendana dari furnitur mengisi udara. Ia tidak langsung tidur. Pria itu duduk di ujung ranjang, membuka dompet kecil dari saku celananya, dan mengeluarkan foto kecil—foto dirinya dan Mahi.

Ia menyentuh wajah kecil itu dengan jari gemetarnya. Air mata jatuh diam-diam, tanpa suara, tanpa rintih. Hanya perih yang terasa seperti menoreh tulang.

"Mahi..."

"Kau dimana, Nak?"

"Ayah datang. Ayah akan menjemputmu..."

"Mahi anak baik. Mahi anak pintar... Mahi tidak boleh takut, dan jangan menangis."

"Ayah pasti datang. Pasti..."

Sementara itu, di kamar sebelah, Varsha mengganti bajunya dan melipat pakaiannya dengan rapi. Ia menatap langit-langit sebentar, lalu mengambil satu jurnal kecil dari dalam tas dan menuliskan:

"Hari ini adalah hari pertama ku di Dubai. Kawasan baru, orang baru, dan suara baru yang harus ku selamatkan. Bukan suara gadis biasa, tapi gadis kecil yang selama ini penuh kasih dan keceriaan. Mahi... Kakak datang... Kita akan pulang. Mahi, kakak, dan juga ayahmu... Kita pasti akan pulang."

...----------------...

Pagi harinya...

Mentari baru saja merambat naik di balik gedung-gedung tinggi, ketika Varsha keluar dari kamarnya. Aroma roti panggang dan kopi menggoda indra penciumannya. Di dapur, ia melihat Bella sedang memotong buah, ditemani seorang wanita dengan aura dingin tapi elegan.

Bella melihatnya, tersenyum dan berkata, “Pagi, Varsha. Ini adikku, Adikirana Hernandes Kanz. Panggil saja Kirana.”

Varsha menyapa sopan, “Selamat pagi.”

Namun Kirana hanya mengangguk singkat, lalu membungkuk sedikit ke arah tas bekal. “Maaf, saya harus mengantar bekal anak saya.”

Ia pergi begitu saja.

Bella tampak tidak nyaman. Ia memandang Varsha dengan tatapan bersalah. “Dia hanya sedikit... keras. Tapi hatinya baik.”

Varsha tersenyum memaklumi. “Tak masalah. Aku tahu perasaan tidak percaya itu wajar... terutama dalam keluarga yang tertutup.”

Bella membalas senyum dan mengajak Varsha ke dapur. Varsha juga membantu pekerjaan dapur bersama Bella.

Sementara di lantai atas, Viraj berdiri di balkon kamarnya.

Matanya menelusuri lingkungan sekitar. Pagar baja di ujung, lapangan luas di tengah, rumah-rumah yang tersusun seperti pangkalan militer. Ia melihat arena bela diri di sisi belakang, pemakaman keluarga di pojok barat, dan gudang besar yang dijaga ketat.

“Ini... bukan cuma keluarga kaya biasa,” pikir Viraj.

“Mereka punya latihan tempur. Senjata. Bahkan kendaraan perang.”

Ia mulai bertanya dalam hati—Apakah mereka keluarga tentara? Mantan intelijen? Atau... mafia yang disegani?

Matanya lalu tertuju pada satu bangunan kecil bergaya klasik yang berdiri tak jauh dari pemakaman keluarga. Bangunan itu seperti kapel, namun auranya berbeda. Tertutup. Senyap. Menyimpan sesuatu.

Rasa penasarannya membuncah.

Ia pun turun, dan berjalan menuju bangunan tersebut. Bangunan itu sunyi. Ketika pintu dibuka, ruangan gelap menyambutnya. Hanya cahaya lilin-lilin kecil menyala di sisi-sisi ruangan.

Viraj menyalakan lampu.

Dan ia tertegun.

Dinding dipenuhi foto-foto keluarga Hernandes dari generasi ke generasi. Tapi bukan itu yang membuatnya gemetar.

Di setiap foto, tertulis nama-nama... dan salah satu nama paling mencolok: Oscar Hernandes, dan Alaska Bagaskara.

Viraj menahan napas. Ia menatap satu persatu foto-foto tersebut. Selain foto dari masing-masing keluarga, juga terdapat beberapa foto kebersamaan yang di tuliskan dengan tahun. Entah tahun pemotretan, atau tahun tragedi. Viraj tak mengerti.

Langkah kaki perlahan terdengar di belakangnya. Viraj terkejut. Tapi wanita itu hanya diam dengan tatapan lurus berjalan masuk, tanpa mempertanyakan siapa pria itu. Ia juga tak mengatakan apa-apa. Hanya memandangi foto-foto itu, lalu menyalakan lilin di bawah beberapa di antaranya.

Viraj memberanikan diri bertanya, “Kenapa hanya foto-foto tertentu yang dinyalakan lilinnya?”

Wanita itu menjawab tanpa memandang, suaranya datar namun dalam.

“Lilin ini... hanya untuk mereka yang sudah tiada. Yang hidup... belum waktunya dikenang. Tapi yang mati, harus tetap diingat. Karena mereka... tidak pernah benar-benar pergi.”

Viraj menggenggam jari-jarinya. Udara di ruangan itu mendadak dingin. Tapi bukan karena angin. Melainkan karena satu hal: Bayangan masa lalu mulai memanggil kembali.

1
sknrts
heh??? daddy??😭🙏🏻
angradarma
Dek. lu masih ingat gua gak?
angradarma
KEJUTAN ANJAY
Yeonjun’s wife
HERNANDES IS BACK
Yeonjun’s wife
WHAT— ini serius atau borongan?!??
Yeonjun’s wife
Langsung ingat karakter Arjun Sarkar😭🙏
Yeonjun’s wife
Ceritanya seru, aku suka banget terutama untuk karakter Varsha😍👍keren abizzzzz, btw semangat buat author udh buat karya sekeren ini. Tetap jaga kesehatan tor, wi lop yu 😘🔥
angradarma
Sejauh ini ceritanya seru banget. Penulisan rapi, dan mudah di mengerti. Tinggal typonya aja yang di perbaiki lagi ya tor😁btw suka juga sama alur ceritanya yang menceritakan tentang wanita2 hebat♥️semangat terus tor.
angradarma
makin seru aja nih. lanjut dong tor🙏
angradarma
LANJUT PLEASE. MANA BOLEH LAGI SALTING GINI DI POTONG!🙄
satya
Good job👍🔥
Doni Nanang
keren lanjutkan..
jangan lupa mampir ya kak...
Yeonjun’s wife
LANJUT PLEASE
Yeonjun’s wife
KETEN BANGET🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!