Hidup terkadang membawa kita ke persimpangan yang penuh duka dan kesulitan yang tak terduga. Keluarga yang dulu harmonis dan penuh tawa bisa saja terhempas oleh badai kesialan dan kehancuran. Dalam novel ringan ini kisah ralfa,seorang pemuda yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperbaiki masa lalu dan menyelamatkan keluarganya dari jurang kehancuran.
Berenkarnasi ke masa lalu bukanlah perkara mudah. Dengan segudang ingatan dari kehidupan sebelumnya, Arka bertekad mengubah jalannya takdir, menghadapi berbagai tantangan, dan membuka jalan baru demi keluarga yang dicintainya. Kisah ini menyentuh hati, penuh dengan perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.
Mari kita mulai perjalanan yang penuh inspirasi ini – sebuah cerita tentang kesempatan kedua, keajaiban keluarga, dan kekuatan untuk bangkit dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michon 95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Diskusi
Sepulang sekolah, Ralfa berjalan pulang menuju kamarnya di asrama sekolah. Dia melepas sepatu dan kaos kakinya, lalu duduk di kasur dengan wajah muram dan gelisah.
Beberapa Jam Sebelumnya
Saat ini, jam istirahat akan segera berakhir. Aku mencari Danny karena ada yang perlu aku bicarakan. Saat aku menemukannya, tanpa basa-basi, aku menarik tangannya menuju tempat yang sepi.
"Apa sih, Fa?" tanyanya bingung.
"Dan, aku ingin memastikan sesuatu denganmu," kataku sambil memasang senyum yang menakutkan.
"A-apa itu?"
"Katamu, undangan itu adalah undangan seleksi untuk anggota inti OSIS, tapi kenapa saat aku membuka suratnya ternyata adalah undangan seleksi anggota The Judges?"
"A-Aku juga nggak tau," ucapnya. "Aku cuma dengar rumor dari anak-anak di kantin bahwa seleksi anggota inti OSIS menggunakan undangan secara rahasia, dan bagi siapapun yang dapat undangan itu harus tetap merahasiakannya dari siapapun."
"Lagipula, organisasi apa itu The Judges?"
"Kamu nggak tau?"
Aku hanya menggeleng.
"Yang aku tahu, organisasi itu adalah organisasi yang dipimpin Kak Putri di masa depan, yang menyebabkan kekacauan dunia," gumamku.
"Menurut rumor yang beredar, mereka adalah organisasi rahasia yang menjadi penguasa sebenarnya sekolah kita," ucap Danny dengan suara pelan. "Merekalah yang mengatur sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, serta susunan OSIS."
Sial, ternyata mereka sudah ada sejak lama sebelum mereka menguasai negara ini. Tapi tunggu dulu, kalau mereka adalah organisasi rahasia di sekolah, kenapa mereka bisa sampai menguasai pemerintahan dan menyebabkan kekacauan dunia?
"Begitu, kalau menurut undangan nanti malam cuma acara seleksi, berarti aku nggak wajib datang?"
Danny berdeham lalu berkata, "Sebenarnya sih, menurut rumor yang aku dengar, yang nggak lolos seleksi bakalan dikeluarkan dari sekolah, tapi aku juga nggak tau apa alasannya."
"Ya ampun, benar-benar ditaktor."
"Oh ya, ntar malam aku bareng kamu dari rumahmu dan nebeng mobilmu!"
"Kenapa, bukannya kamu punya mobil sendiri?"
"Punya sih, tapi mobilku kan nggak ada yang nyamain di sekolah, jadi gampang dikenali siapa yang bawa."
"Oke, habis ini kita ke kamarmu dulu yang ada di asrama, soalnya ada yang mau aku sampaikan sama yang lain."
"Apa itu?"
"Soal kelompok Ular Kekacauan, tapi informasinya masih di mata-mata yang aku suruh. Nanti habis ketemu sama mereka, aku bakal ke kamarmu, sekalian ku bawain topeng buat acara nanti malam."
"Oke."
Sekarang yang bisa kulakukan adalah menunggu. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
"Tuan Ralfa, boleh aku masuk?" terdengar suara Viona.
"Masuklah."
Pintu terbuka dan nampaklah Viona dan Yuris.
"Permisi, Tuan."
"Yuris, bagaimana sekolahmu?"
"Sangat menyenangkan, aku mendapat banyak teman," jawab Yuris.
Yap, mulai sekarang Yuris bersekolah di SD Harapan Internasional. Tentu saja Ralfa yang membiayai sekolahnya mulai dari pembayaran uang sekolah sampai uang sakunya. Ralfa punya banyak uang di rekeningnya, bukan karena dia punya usaha, tapi karena ayahnya memberinya uang saku bulanan yang jauh lebih dari cukup. Belum lagi ibunya juga setiap bulan rutin mentransfer uang jajan pada Ralfa yang jumlahnya lebih banyak dari yang diberikan ayahnya. Sebagian uang itu dia pakai, dan sisanya ditabung, dan jumlah uang yang ditabung lebih banyak dari yang dia pakai. Belum lagi uang yang dia tabung dari kelas satu SMP.
"Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Viona.
"Untuk saat ini tidak ada."
Lalu terdengar suara pintu diketuk lagi, dan ada suara memanggil.
"Ralfa, ini aku Cindy dan Adelia."
"Masuklah," jawabku, lalu mereka membuka pintu dan masuk ke dalam, lalu menutup kembali pintunya.
"Ini kamarmu?" tanya Adelia tidak percaya bahwa cuma ada satu kasur di kamar ini.
"Iya, ayahku membayar satu kamar penuh hanya untukku."
"Buset," ucap Cindy.
Adelia menoleh melihat Yuris menatapnya dengan mata lebar dan tidak percaya.
"Hm? Kamu pasti anak yang selama ini aku dengar, kamu adalah adik sepupunya Ralfa?"
"Ya, senang bertemu denganmu, mama-ehm, kakak Adelia, juga kakak Cindy. Namaku Yuris Afnan Ande. Tolong panggil aku Yuris."
"Senang bertemu denganmu juga, Yuris," jawab Adelia dan Cindy.
Adelia memandangi Yuris dengan wajah bingung.
"Ada apa, Adelia?" tanya Cindy.
"Entah kenapa, aku merasa punya suatu hubungan dengan anak ini."
"Benarkah?"
"Mungkin hanya perasaanku."
Tidak, itu bukan hanya perasaanmu, kamu memang memiliki hubungan dengan anak ini, karena kamu adalah ibu kandungnya.
"Tunggu, apa anak ini tinggal di sini juga?" tanya Cindy.
"Iya, tapi dia tinggal bersama Viona di kamar sebelah," jawabku.
"Bukannya kamu bilang, alasanmu pindah ke asrama adalah karena rumahmu jauh dari sini, dan sopirmu tidak bisa mengantar jemputmu lagi?"
"Iya, itu memang alasan yang pertama, alasan kedua adalah karena anak ini."
Cindy hanya mengangguk.
Tidak lama kemudian ada bunyi pintu diketuk dan diikuti suara.
"Ralfa, ini aku," terdengar suara Danny.
"Masuk, Dan."
Danny membuka pintu, masuk ke kamarku lalu menutup lagi pintunya. Saat dia berjalan mendekat, dia menatap Yuris dengan rasa ingin tahu.
"Hm? Kamu.... ah begitu. Kamu pasti anak yang aku dengar dari Kak Putri, kalau tidak salah adalah adik sepupunya Ralfa?"
"Ya! Senang berkenalan denganmu. Namaku Yuris Afnan Ande, panggil aku Yuris."
"Yah, sopan santunmu bagus. Aku Danny Ferdito."
Yuris tampak terkejut dengan perkenalannya.
"Ah ya, aku hampir lupa," kata Danny lalu melirik Yuris dengan hati-hati. "Ini tentang ular. Apa tidak masalah?"
Yang dimaksud ular di sini adalah Ular Kekacauan, sebuah perkumpulan rahasia yang merencanakan perbuatan jahat, yang anggotanya yang jahat berkamuflase dengan masyarakat. Selama identitas mereka belum jelas, sulit untuk mengatakan siapa yang dapat dipercaya, dan diskusi harus dibatasi pada kelompok tertentu saja.
Ralfa mengangguk. "Yuris salah satu dari kita, kamu bisa mempercayainya."
Jika ada, aku lebih suka memberi Yuris informasi sebanyak mungkin.
"Kita bisa membicarakannya sekarang. Pertama, izinkan aku menjelaskan bahwa apa yang akan aku sampaikan pada kalian bukanlah informasi yang pasti, jadi anggap saja kabar angin... tapi sepertinya Ular Kekacauan memiliki orang di perusahaan keluarga Ande," kata Danny.
"Ah, aku pikir begitu."
Mengingat para ular berbaur dengan masyarakat, hingga sulit mengetahui siapa mereka, masuk akal jika mereka juga berada di perusahaan keluarga Ande.
"Dan tidak sembarang tempat di perusahaan keluarga Ande, sepertinya salah satu dari anggota keluarga Ande terhubung dengan mereka."
"Anggota keluarga Ande?"
Ralfa tidak menyangka akan mendengarnya.