Novel Keduabelas 🩶
Namaku Jennaira. Kisah ini adalah tentang aku yang menikah dengan seorang pria sempurna. Bertahun-tahun aku menganggapnya seperti itu, sempurna. Namun setelah menikahinya, semua berubah. Penilaianku terhadapnya yang asalnya selalu berada di angka 100, terus berubah ke arah angka 0.
Benar kata pepatah, dont judge a book by its cover. Penampilannya dan segala kemampuannya berhasil menghipnotisku, namun nyatanya hatinya tak seindah parasnya dan aku terlambat menyadarinya.
Unofficial Sound Track: Pupus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Cinta Belum Usai
Hari pernikahan Alleta pun tiba. Seperti yang Gaga inginkan, aku datang bersama dengannya. Di pernikahan yang diadakan dengan sangat megah itu, semua bersuka cita untuk Alleta dan suami. Mungkin tidak semua karena ada satu orang yang malah berwajah sendu. Luka di hatinya tergambar dengan sangat jelas di wajah tampannya.
Wajah yang muram itu adalah wajah Gaga.
Ia berada di sampingku. Menatap ke arah pelaminan dengan tangan terkepal kuat hingga bergetar. Aku sangat paham perasaan Gaga. Bagi Gaga, Alleta adalah wanita yang begitu istimewa. Cinta pertama, kekasih pertama, yang selalu membersamainya melewati masa-masa remaja menuju dewasa. Setelah bertahun-tahun bersama, ternyata kebersamaan itu tidak membawa takdir menjadi milik mereka berdua.
Aku sangat paham sakitnya hati Gaga saat ini.
Melihatnya seperti itu, membuat hatiku pun merasakan sakit yang Gaga rasakan. Aku simpati terhadapnya. Gaga yang aku tahu selalu terlihat percaya diri dan berkharisma. Namun kini, sisi terlemahnya bisa aku lihat juga.
Entah aku bisa atau tidak, namun aku akan berusaha membuat Gaga melupakan Alleta dan mencintai aku. Karena jujur, walaupun aku ikut bersedih untuk Gaga, dalam hatiku malah muncul tekad untuk mengembalikan senyum Gaga yang aku sukai, yang jarang ia perlihatkan.
Gaga, lukamu akan sembuh, aku akan ada di sampingmu untuk memastikannya. Waktu yang akan menyembuhkannya. Percayalah, tekadku dalam hati.
Antrian di depan kami menuju pelaminan untuk memberikan selamat semakin berkurang. Namun Gaga tiba-tiba saja menghilang. Aku malah bertemu dengan Rita. Seperti biasa, sahabatku itu tak masalah jika harus datang ke acara seperti ini seorang diri.
"Mana tunangan lo?" tanya Rita.
"Gak tahu, barusan sih ada, Ta," jawabku sambil celingukan.
Aku paham, Gaga pasti tidak mau bertemu dengan Alleta di pelaminan. Kesedihan Gaga akan berkali-kali lipat jika ia harus memberikan selamat langsung kepada Alleta. Aku pun tidak berusaha mencarinya. Sebagai gantinya, aku bersama dengan Rita memberikan selamat kepada Alleta dan suami.
Usai bersalaman, aku segera mencari keberadaan Gaga. Jujur aku khawatir ia akan sendirian di tengah hingar bingar pesta megah ini. Ku tinggalkan Rita yang baru saja mengambil makanan dan mencari pria yang kini berstatus sebagai tunanganku itu.
Aku mencari ke setiap sudut ballroom di tengah banyaknya tamu yang hadir, namun Gaga tidak ada. Aku pun pergi ke luar ballroom Gaga tidak ada. Kemana pun aku mencari ia tetap tidak ada. Aku menelponnya pun ia tak mengangkatnya. Apa Gaga sudah pulang duluan?
Akhirnya aku mencari ke parkiran. Mobil Gaga masih ada di sana, berarti Gaga belum pulang. Aku kembali ke atas dan mencarinya sekali lagi tetap tidak ada. Aku pun memutuskan mencari Rita saja, siapa tahu ia melihatnya.
"Enggak, kok. Gue gak lihat," sahut Rita yang sedang berada di stand chicken cordon bleu.
Aku semakin resah, kemana sebenarnya Gaga?
"Udah deh, dia bukan anak kecil, Ra. Tunangan lo itu udah gede. Jadi gak usah dicari lagi, entar juga ketemu pas mau pulang. Lo tunggu di mobil aja," saran Rita. "Atau mending lo makan. Gak lihat ini makanannya mewah-mewah semua?"
Aku tidak lapar. Tidak berselera. Akhirnya aku malah mengikuti Rita yang makan berbagai hidangan sambil mataku yang terus mencari keberadaan Gaga.
Hingga aku melihat Alleta tidak ada di pelaminannya. Antrian tamu memang sudah jauh berkurangan. Sepertinya Alleta sedang istirahat.
"Ta, gue ke toilet dulu ya," izinku. Kemudian aku pun pergi ke toilet yang terletak di luar ballroom.
Saat sudah menuntaskan urusanku, aku berniat kembali ke ballroom. Namun tiba-tiba aku mendengar suara teriakan Gaga.
"ALLETA!!"
Aku sangat tahu itu suara Gaga. Ku cari sumber suara dan di tangga darurat tak jauh dari toilet, aku melihat Gaga dan Alleta di sana, di bordes bawah, berdiri berhadapan dengan wajah yang sedih. Bahkan Alleta pun meneteskan air matanya.
"Aku harus kembali," ucap Alleta seraya melangkah berniat menaiki tangga. Namun Gaga segera menahannya.
"Enggak, Ta. Aku..."
"Kamu ngerti gak sih?!" Alleta menghempaskan tangan Gaga yang mencengkram lengannya. "Aku udah jadi istri orang lain, Saga! Sekarang kamu pergi. Kamu nikahin perempuan pilihan orang tua kamu. Ini memang jalan yang terbaik buat kita."
"Jadi gitu," lirih Gaga. "Okay, aku bakal nikahin dia. Apa pun yang kamu suruh, bakal aku lakuin. Kamu mau aku nikahin dia? Okay, aku akan lakuin. Tapi jangan suruh aku buat lupain kamu karena aku gak akan pernah bisa."
Alleta terdiam. Ia berusaha menahan tangisnya. Gaga pun sontak memeluknya. "Kalau kamu masih cinta sama aku, kenapa kamu milih buat nikahin cowok lain, Ta?"
Alleta tak menolak pelukan Gaga itu. Bahkan kedua tangannya merengkuh tubuh Gaga juga. Perlahan mereka menjauh dan sepersekian detik kemudian entah bagaimana aku menyaksikan bibir Gaga sudah berada di bibir Alleta.