NovelToon NovelToon
The Painters : Colour Wars

The Painters : Colour Wars

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:844
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Rahmad Ajie, seorang mekanik body & paint di Jakarta, tak pernah mengira hidupnya berubah drastis karena ledakan cat radioaktif. Tubuhnya kini mampu mengeluarkan cat dengan kekuatan luar biasa—tiap warna punya efek mematikan atau menyembuhkan. Untuk mengendalikannya, ia menciptakan Spectrum Core Suit, armor canggih yang menyalurkan kekuatan warna dengan presisi.

Namun ketika kota diserang oleh Junkcore, mantan jenius teknik yang berubah menjadi simbol kehancuran lewat armor besi rongsoknya, Ajie dipaksa keluar dari bayang-bayang masa lalu dan bertarung dalam perang yang tak hanya soal kekuatan… tapi juga keadilan, trauma, dan pilihan moral.

Di dunia yang kelabu, hanya warna yang bisa menyelamatkan… atau menghancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Bulan Setelah Langit Terbakar.

Dua bulan. Bagi sebagian orang, waktu segitu cuma cukup buat nyicil cicilan motor dua kali. Tapi buat Ajie, dua bulan ini terasa kayak hidup kedua. Dunia berubah. Dirinya juga.

Sejak kejadian meledaknya fasilitas Altheron di Jerman, nama "The Painters" makin sering disebut-sebut. Dari tukang warteg, anak-anak di SD sampai pejabat yang tiap hari nongol di berita. Sosok misterius berarmor ungu gelap dengan semburan cat warna-warni itu sekarang udah jadi pahlawan nasional. Bukan cuma karena kekuatannya yang ajaib, tapi karena dia selalu muncul ketika harapan tinggal tipis.

Ajie nggak lagi cuma seorang montir. Dia penyelamat. Ikon. Dan—ini yang paling aneh menurutnya—seorang pemilik perusahaan cat.

---

"Ada kebakaran di daerah Cikini! Lantai tiga belum sempat diselamatkan!"

Ajie langsung loncat dari balkon rumah barunya. Spectrum Core Suit menyatu dari dalam cincin di tangannya. Suara mekanik dan cahaya warna-warni membentuk tubuh armor dalam waktu dua detik. Tombol biru menyala. Cat pendingin.

Brakkk!

Ia mendarat di atap rumah lima lantai dengan satu tujuan: selamatkan semua orang.

---

"Kereta anjlok di jalur Bandung–Jakarta!"

Ajie sudah di lokasi sebelum wartawan sampai. Dia gunakan cat oranye untuk mengalirkan kekuatan penyangga di rel yang hancur, menahan gerbong biar nggak merosot ke jurang.

“Penyelamatan luar biasa oleh The Painters!” kata salah satu pembaca berita di TV.

Ajie hanya senyum tipis. Sebenarnya, ia masih belum terbiasa dengan semua sorotan ini. Tapi kalau bisa nolong orang dan mengubah dunia… ya, kenapa tidak?

---

Bisnisnya meledak. Bukan dalam arti negatif. Merk cat barunya, The Painters, jadi booming setelah masyarakat tahu bahwa itu dibuat langsung oleh pahlawan mereka.

Formulanya memang beda. Tahan panas, kilau lebih lama, dan... ada sentuhan warna khas Ajie. Bahkan di iklan TV, wajahnya nggak ditampilkan, cuma logo 'P' dengan kilau ungu yang khas dan tagline: “Warna yang melindungi.”

Perusahaan catnya berkembang cepat. Dari satu pabrik kecil di Depok, sekarang udah buka cabang di Surabaya, Medan, dan Balikpapan. Ajie nggak pernah menyangka, hidupnya bakal sejauh ini. Rumah barunya di pinggiran Jakarta luas, hijau, dan... sepi.

Satu-satunya hal yang nggak bisa dia beli dengan semua kesuksesan ini adalah waktu.

---

Ayahnya, Pak Suroso, makin sering ke rumah sakit selama dua bulan terakhir.

Penyakit ginjal. Komplikasi. Ajie udah bolak-balik cari pengobatan, bahkan sampai Jerman dan Jepang. Tapi hasilnya selalu sama.

"Pak, Ajie udah bisa beliin rumah buat Bapak di mana aja, Bapak tinggal pilih," katanya suatu malam di rumah sakit.

Tapi ayahnya cuma tersenyum. "Aku nggak butuh rumah, Jie. Aku cuma pengin lihat anakku hidup layak. Dan... sekarang aku udah lihat itu."

Ajie terdiam. Ada rasa sesal aneh yang mengendap di dadanya. Dulu dia dan ayahnya sering bertengkar. Dingin. Bahkan kadang Ajie mikir mereka nggak akan pernah akur. Tapi waktu berubah semuanya. Saat Ajie pulang dari Eropa, ayahnya yang pertama memeluknya, walau kaku. Dan bilang satu kalimat yang Ajie simpan dalam hati:

“Kamu pahlawan, Jie. Maaf dulu aku nggak lihat.”

---

Dua minggu lalu, ayahnya ambruk.

Ajie segera datang ke rumah sakit.

Semua alat bantu hidup nyala. Ruangan itu dipenuhi suara bip mesin.

Ajie pegang tangan ayahnya, bisik, “Jie nggak akan ke mana-mana, Pak. Tetap di sini.”

Ayahnya membuka mata, lemah. Menatap Ajie seperti mau bilang sesuatu, tapi cuma tersenyum lagi. Senyum yang sama seperti waktu Ajie masih kecil dan berhasil benerin sepeda rusak.

Detik berikutnya, monitor menunjukkan garis lurus.

Ajie membeku. Dunia tiba-tiba jadi hening.

Dokter masuk, perawat panik, tapi semua itu cuma jadi latar belakang kabur dalam benaknya. Yang ada cuma satu suara di kepalanya:

“Aku baru aja berdamai sama dia... kenapa sekarang?”

---

Pemakaman berlangsung sederhana. Banyak warga datang. Beberapa pejabat juga hadir. Tapi Ajie tetap berdiri sendiri di sisi makam, pakai baju hitam, helm di tangan. Ia nggak nangis. Tapi matanya merah.

Faisal berdiri di sampingnya, Melly juga hadir — walau harus balik lagi ke Batara Raya malamnya.

"Dia bangga banget sama lo, Ji," kata Melly pelan.

Ajie cuma mengangguk.

“Gue ngerasa telat. Telat nyadarin dia penting.”

“Enggak,” sahut Faisal. “Lo datang di waktu yang tepat. Dia nggak mati kecewa. Dia mati dengan bangga.”

---

Dua bulan setelah neraka di Jerman, Ajie berdiri di balkon rumahnya.

Memandang Jakarta malam-malam. Lampu-lampu kota berkilau, seperti percikan warna yang ia hasilkan dari tangannya.

Kini ia punya armor, bisnis, rumah, bahkan penghargaan. Tapi kehilangan itu... tetap saja terasa seperti lubang yang nggak bisa diisi.

Di bawah sana, sirine ambulans melintas.

Ajie menarik napas panjang, lalu berbalik ke dalam rumah.

Waktunya bergerak lagi. Karena sekarang dia bukan cuma pahlawan untuk dirinya sendiri. Tapi untuk jutaan orang.

Dan di kejauhan… satu cahaya baru mulai bersinar — bukan dari bahaya, tapi dari panggung.

Seseorang sedang menyiapkan sorot lampu untuk dirinya sendiri.

Dan orang itu bukan Ajie.

bersambung....

1
lalakon hirup
suka di saat tokoh utama nya banyak tingkah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!