Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.
Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?
dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!
Mari kita simak saja kisah selanjutnya.
Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman rasa saudara
Luna merasa lega, saat menemukan Ninida di pemakaman itu.
"Syukurlah aku menemukanmu disini. Aku hampir putus asa tadi. Aku nyari kamu di jalanan, di bawa kolong jembatan juga tapi kamu nggak ada. Kenapa aku nggak ingat tempat ini ya semalam. Kalau nggak kan kamu nggak akan kedinginan tidur di pos itu. " Ucap Luna yang sejak tadi tidak berhenti mengoceh.
"Kak Luna beneran nyari aku sampe segitunya?" Tanya Nindia. Tak percaya. Ternyata masih ada mahluk di dunia ini yang berhati malaikat seperti Luna.
"Iya lah Nindi, ngapain aku bohong. Aku itu kaget kemarin sore saat pulang kerja Semua penghuni kost pada ghibahin kamu yang di usir paksa dari sana. Aku langsung cariin kamu di jalanan." Sahut Luna lagi. Serius.
"Ya ampun! Makasih banyak kak Luna sudah baik sama aku." Nindia memeluk Luna sebagai tanda terimakasihnya. Luna pun membalas pelukan Nindia.
" Ya udah yuk kemasin barang-barang kamu. Kita pergi dsri sini. Itu aku sengaja pinjam motor majikan ku untuk mencarimu." Luna menujuk sebuah motor matic warna hitam yang terparkir di depan gerbang TPU.
"Ya ampun kak. Makasih banyak udah seperduli ini sama aku yang bukan siapa-siapa kakak. " Nindia langsung memeluk kembali tubuh Luna sembari menumpahkan air matanya. Haru.
Dari sekian banyak orang-orang yang membencinya ternyata Tuhan masih mengirimkan satu malaikat nya untuk perduli padanya. Yaitu Luna
"Sama-sama Nindi. Ya pasti dong aku perduli. Kita itu senasib di kotak ini. Nggak punya sanak saudara. Kita harus saling membantu. Apalagi dengan kondisi kamu seperti ini. Aku nggak tega biarin kamu seperti ini Ndi." Balas Luna lagi. Semakin membuat Nindia terharu.
"Ayo, aku bantu bawa barang-barang mu. Kamu mau kerja kan hari ini? "
"Iya kak, kerja. "
"Ayo buruan kita pergi. Kita cari makan dulu baru kamu siap-siap aku antar kamu kerja. " Tukas Luna sembari membantu Nindia membawa koper dan barang-barang lainnya ke motor yang terparkir di depan gerbang pemakaman itu.
Nindia juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada penjaga Makam itu. Karena telah membiarkannya bermalam tidur di pos itu.
"Kita mau kemana kak? Apa kembali ke kost-kostan itu lagi, tapi bagaimana jika aku kembali di usir dari sana?". Tanyanya khawatir.
"Nggak, kita nggak akan kembali ke tempat sialan itu. Kita akan tinggal di tempat yang aman. Udah, kamu nggak usah banyak pikiran. Kasian baby mu, nanti dia ikut pening juga. Gegara emaknya banyak pikiran." Gurau Luna seraya membawa motornya dengan kecepatan sedang. Perkataan Luna itu sukses membuat Nindia tersenyum geli.
"Sekarang kita makan dulu. Aku juga laper, dari semalam nggak sempat makan karena kepikiran kamu." Luna memarkirkan sepeda motornya di depan penjual nasi kuning. Mereka berdua sudah seperti orang may mudik saja. Motor penuh barang bawaan.
"Tapi, kak. Pasti mahal ini harga seporsinya." Bisiknya sembari menatap penjual nasi kuning itu.
"Nggak apa-apa, sekali-kali kita makan elite, hahaha! Ayo, pesan sesuai seleramu. Aku baru dapat rezeki kemarin. Rencananya mau ngajakin kamu jalan-jalan. Tapi kamunya udah nggak ada di kost. Jadi ganti aku traktir makan enak saja ya. Yuk!"
Kedua wanita itu akhirnya duduk di bangku yang di sediakan oleh penjual nasi kuning itu. Dengan memesan masing-masing satu porsi dengan satu gelas teh anget.
"Kak Luna, makan sebelum gosok gigi tuh, agak gimana gitu. Mulut brasa tebal gitu." Ucap Nindia saat baru menyuapkan satu suapan kecil kedalam mulutnya.
"Nggak apa-apa Ndi, anggap saja itu tambahan bumbu. Makin gurih kan hahaha!" Luna tertwa usai mengatakan kalimat menggelikan itu.
Setelah keduanya menghabiskan sarapan mereka. Kini Luna kembali melajukan motornya menuju tempat tujuan. Setelah berkendara kurang lebih 10 menit. Kini Luna berhenti di sebuah rumah yang sedikit terlantar. Yang telah lama tidak terurus.
"Ini rumah siapa kak?" Nindia bertanya sembari mengedarkan pandangannya kesegala arah.
"Ini rumah lama majikan aku. Udah bertahun-tahun nggak di urus. Makanya kek gini. Kemarin sudah dari sini sama majikan aku. Udah cek keseluruhan kondisi bangunannya. Masih bagus, cuma ya kotor banyak daun-daun keringnya. Semalam aku udah tidur disini kok. Kamar nya masih bagus. Cuma perlu di bersihin aja. Daripada rumahnya rusak kan, lebih baik kita tempati sekalian kita rawat. " Jelas Luna yang sudah selesai memarkirkan motornya.
"Aku juga udah bilang sama majikanku. Kalau aku bakal tinggal sama kamu disini. Beliau tidak keberatan." Lanjutnya.
Nindia mengangguk-angguk kepalanya mendengar penjelasan dari Luna itu.
Benar apa kata Luna. Bangunan rumah itu masih bagus. Hanya catnya saja yang memudar serta daun-daun kering yang masuk di terpa angin yang memenuhi lantai ruang depan itu.
"Yuk, masuk! Ajak Luna kemudian.
"Gimana? Oke kan, daripada kita bayar kost mahal-mahal mending kita bersihin aja rumah ini. Gratis, tinggal kita bayar Air dan listrik saja." Tukas Luna yang di angguki oleh Nindia
"Iya kak, bagus. Nanti sepulang kerja aku bersihin." Ucap lagi. Dalam hati penuh syukur.
"Iya, nanti sepulang kerja kita bersihin ini sama-sama. Sekarang ayo siap-siap, aku antar kamu ke Toko." Luna segera menyuruh Nindia untuk bersiap-siap.
20 menit kemudian kedua wanita itu sudah rapi siap berangkat kerja. Luna kembali membonceng Nindia menelusuri jalanan di pagi hari yang sudah ramai oleh pengguna jalan lainnya.
"Terima kasih ya kak, sudah di antarin." Nindia menyodorkan helm yang baru di bukannya kepada Luna.
"Sama-sama Ndi, sana masuk. Aku juga mau otw., bye! Sampai jumpa nanti sore."
Nindia membalas lambaian tangan Luna yang sudah melajukan motornya kembali mengaspal menuju tempat kerjanya
"Wow! Mangsa baru lagi ya? Kali ini ada motornya. Jadi bisa di manfaatkan untuk mengantarkan mu bekerja. Lumayan kan hemat ongkos Angkot."
Nindia memutar bola matanya malas saat suara nyinyir itu kembali memenuhi gendang telinganya.
"Permisi kak, jangan menghalangi jalan orang untuk masuk." Tukas Nindia seraya berlalu meninggalkan Rani yang dongkol karena respon Nindia yang terkesan mengabaikannya.
Nindia masuk kedalam Toko melalui pintu samping khusus untuk karyawan.
"Kurang asem, keknya kurang deh, udah membuatnya terusir dari kost-kostannya itu. Lihat saja, aku akan membuatmu terusir juga dari Toko ini." Gumam Rani yang menatap benci kepada Nindia yang ia anggap munafik sok polos.
🌻🌻🌻🌻🌻
"Leo, jemput saya jam 8 ya. Jangan lupa cemilan pesanan saya." Shaka menghubungi Leo Asisten pribadinya itu mewanti-wantinya untuk tidak melupakan cemilan yang di pesananya Semalam. Karena hanya itu yang mampu meredakan rasa mualnya.
"Kamu tidak sarapan dulu, baru berangkat?" Asma menegur Shaka yang baru turun dari lantai atas dan langsung menuju ruang Tamu menunggu ke datangan Leo.
"Nanti sarapan di kantor saja Bu. Aku buru-buru soalnya ada berkas yang harus ku siapkan sebelum rapat di mulai. " Kilahnya. Tanpa menatap wajah Ibunya. Sebab dia takut jika Ibunya akan mengetahui jika dirinya berbohong.
Asma menghela nafasnya mendengar jawaban putranya itu. "Tunggu sebentar, Ibu siapin bekal saja untuk mu dan Leo. " Ucap Asma. Asma merasa ada yang tidak beres dengan putranya itu. Entah kapan Shaka mau berterus terang.
Asma sangat berharap suatu saat Shaka akan bercerita tentang apa yang terjadi dengannya selama di Desa.
Next.....