Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Johanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Johanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Johanna dijual kepada lelaki hidung belang dan memaksanya harus menikah. Siapakah lelaki yang rela membeli Hanna dengan bayaran sangat tinggi. Apakah kehidupan Hanna berubah setelah itu?
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESEPAKATAN
💌 MUST GET MARRIED 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Sementara itu di sisi lain di rumah Renata. Ia mondar-mandir dengan gelisah di dalam kamarnya. Ia mengepalkan tangannya berkali-kali. Memegang dagu, menjepit bibir, menggigit jari, berkacak pinggang, melepas lagi dengan frustasi. Hampir semua gerakan gelisah ditunjukkan Renata. Bagaimana tidak gelisah, waktunya sudah tiba. Tapi belum ada kabar mengenai pengiriman uang sesuai kesepakatan mereka.
"Bagaimana?" kejar Renata saat mengangkat panggilannya.
"Kami masih berusaha bernegosiasi dengan pria yang ingin membeli Hanna."
Renata berdecak tidak suka saat mendengar kalimat itu. "Apa aku harus turunkan harga? Tidak....tidak.... Hanna masih pantas di jual dengan harga tinggi. Dia masih virgin. Hanna adalah gadis baik dan aku yakin dengan itu. Jadi aku tidak mau turunkan harga." tegas Renata.
"Kami akan usahakan nyonya."
"Kau selalu mengatakan itu. Aku tidak ingin melihat anak itu lagi. Aku sudah muak." geram Renata sudah tampak emosi.
"Baik, nyonya. Kami akan hubungi secepatnya." Jawab pria itu dari ujung telepon.
Tit!
Panggilan langsung dimatikan Renata. Ia membuang napas dengan kasar. "Dasar tidak berguna." Renata melempar asal handphonenya.
"Apa sebaiknya kita mundur bu, bagaimana kalau Hanna tau rencana kita?" Tanya Nara sedikit ragu dengan rencana ibunya. Walau ia tidak suka dengan Hanna, tapi ia masih memikirkan nasib Hanna ke depan. Apalagi Hanna mau dijual ibunya kepada lelaki hidung belang.
"Kau bodoh atau bagaimana sih?" Renata meninggikan suaranya. Ia nampak kesal dengan ucapan Nara. "Semua ini ibu lakukan untuk masa depanmu. Setelah kita mendapatkan uang itu, kita harus pergi jauh dari kota ini."
"Tapi bu?"
"Kamu takut? Mereka bersedia membeli Hanna dengan harga tinggi. Aku tidak akan mundur? Ibu tidak akan lakukan itu?" ucap Renata dengan suara menggebu-gebu.
"Maaf, bukan maksudku seperti itu. Aku hanya takut."
"Jangan pelihara bodoh dan jangan merasa sok kasihan dengan Hanna. Yang jelas rencana ini harus harus tetap berjalan. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kau paham?" Sengitnya dengan ancaman.
"Baik bu." Nara menjawab dengan pelan.
"Aku tidak mau kita membuang-buang waktu hanya memikirkan Hanna. Ibu sudah sudah menunggu ini cukup lama." Ucap Renata dengan yakin.
Setelah mengatakan itu, Renata memilih membersihkan tubuhnya. Ia pusing memikirkan sikap putrinya yang tiba-tiba berubah pikiran. Lima belas menit telah berlalu, Renata keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya. Nara sudah kembali ke kamar. Sementara Renata memilih ke dapur untuk minum.
TING!
Satu pesan notifikasi berbunyi dari handphonenya. Renata mengernyit dan berjalan untuk mengambil handphone di atas nakas. Nomor tidak dikenal. Renata dengan cepat membuka pesan itu.
"NYONYA, KAMI MENEMUKAN ORANG YANG MEMBELI HANNA, TAMPAKNYA BELIAU TIDAK MASALAH DENGAN NOMINAL UANG YANG ANDA SEBUTKAN. BELIAU AKAN MELAKUKAN PEMBAYARAN AWAL. MEREKA MEMINTA NOMOR REKENING ANDA."
Dengan cepat tangan Renata membalasnya dan mengirim nomor rekeningnya. "SAYA SUDAH KIRIM NOMOR REKENINGNYA. MEREKA HARUS TRANSFER SECEPATNYA."
Pesannya sudah terkirim. Renata tersenyum jahat, sudut bibirnya langsung melengkung ke atas. Ia duduk dengan angkuh, tersenyum smrik sambil meletakkan handphonenya kembali. Kini anak sialan itu harus pergi jauh dan aku tidak harus repot memikirkan hidupnya.
"HAHAHAHA.." Renata tertawa. Suara tawanya bahkan terdengar mengerikan. "Malam ini kau harus pergi jauh Hanna. Aku sudah tidak sabar." Ia meremas tangannya kuat-kuat. Pancaran matanya menyorot tajam dengan seringai sinis.
Tiba-tiba bunyi dering dari handphonenya berdering kembali. Dengan cepat Renata mengangkatnya.
"Halo!" Jawab Renata dengan cepat. Ia melangkah menuju ke ruang tamu.
"Aku sudah transfer sebagian uangnya. Malam ini kami datang menjemputnya. Aku tidak mau ada perlawanan atau keributan sampai mengundang perhatian warga." Ucap pria itu dengan tegas.
"Baik tuan. Semuanya sudah diatur dengan baik. Aku tidak mungkin melakukan kesalahan, rencana ini sudah diatur dengan baik. Hanna akan menjadi milik kalian." Ucapnya dengan senyum puas.
"Baik." acap pria itu mengakhiri panggilan.
Tit!
Panggilan langsung terputus.
Saat berbalik, ia sudah melihat Hanna berdiri di sana. Renata tidak terkejut, ia mengangkat sedikit alisnya sambil tersenyum samar.
"Kau mendengarnya?" Kata Renata melipat tangannya di depan dada. Ia tersenyum sinis menatap Hanna.
Hanna tetap bergeming di tempatnya. Ia mendengar semuanya. Heeeh.... Hanna mengembuskan napas terbata-bata. Ia masih shock. Bibirnya gemetar dan terus memandang ke arah bibinya. Mata Hanna berkaca-kaca. Kepalanya menunduk dan menggeleng pelan. Mendengar semua itu, bagaikan tamparan yang melekat tanpa rasa sakit. Ia diam membeku di tempatnya. Untuk menelan salivanya saja ia begitu susah. ia terdiam seakan tidak percaya. Hatinya begitu sakit.
"Apa aku salah dengar bi?" Mata Hanna sayu, melihat ke arah wanita yang sudah dianggap ibunya. Tangannya sampai gemetar. Dengan cepat ia mengepalkan tangannya. Air bening yang sudah mengumpul di matanya siap terjatuh di pipinya.
"Tidak, kau tidak salah dengar. Hari ini adalah hari terakhir di rumah ini." Desis Renata berjalan pelan ke arah Hanna. Wajahnya terlihat angkuh dengan dagu sedikit terangkat.
Hanna menggeleng dengan pandangan nanar, mencoba mencerna kembali perkataan bibinya. "Bagaimana bisa bibi tega menjual keponakannya kepada lelaki hidung belang. Aku ini keluargamu, bi." Air mata Hanna mengalir ke pipinya.
"Aku tidak keluargamu brengsek. Jangan memanggilku bibi atau apapun itu. Berapa kali aku katakan. Kau benar-benar mengacaukan kesabaranku. Dasar anak tidak tahu diri." Suara Renata sudah memenuhi ruangan tamu. Kakinya menendang kursi hingga terjatuh. Dengan langkah cepat mendorong tubuh Hanna sampai terjatuh dan mencengkram kerah bajunya kembali dan membuat posisi Hanna berdiri.
"Aku bukan keluargamu. Kau tahu itu, AKU BUKAN KELUARGAMU." Teriak Renata dengan mata menyalang tajam. Ia mendorong tubuh Hanna lagi sampai terjatuh.
Mendengar suara keributan, Nara keluar dari kamarnya. Ia hanya diam dan terus menatap Hanna yang terus menangis.
Tangisan Hanna pecah pada saat tubuhnya terjatuh. "Apa salahku bi, kenapa bibi begitu membenciku?" kata Hanna dengan wajah memelas sendu.
"Kau memang tidak pernah salah, hanya takdirmu yang salah. Jadi kau harus terima takdirmu."
Hanna menggeleng dengan air mata berurai. "Tolong jangan lakukan itu bi. Aku akan pergi jauh dan tidak akan kembali lagi."
Renata tersenyum jahat. "Aku membiarkanmu pergi? Jadi bagaimana dengan uangku? Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Kau harus menikah dengan lelaki hidung belang."
Drrrttttt.... Dddrrrttt.... tiba-tiba handphone Renata berbunyi. Ia dengan cepat mengangkatnya.
"Ada apa?" jawab Renata dingin, matanya tidak lepas memandang Hanna.
"Kami sudah di depan bu Renata. Apa kami bisa masuk?"
Senyum di bibirnya melengkung ke atas, "Tunggu diluar, sampai aku memanggilmu."
"Baik."
Panggilan pun terputus begitu saja.
"Kau sudah lihat, mereka sudah datang menjemputmu."
Hanna menggeleng dengan pandangan nanar. "Tidak bi, aku berjanji. Aku tidak akan menganggu bibi lagi. Biarkan aku pergi. Aku mohon!"
"Itu tidak akan terjadi!"
Hanna mengepalkan tangannya begitu kuat. Ia tidak ingin dijual. Masih panjang perjalanan hidupnya dan dia sudah berjanji akan menemui Levi di taman tengah kota. Hanna tidak ingin mengecewakan Levi. Dia ingin tahu apa yang akan di sampaikan Levi kepadanya. Hanna ingin mengambil ancang-ancang untuk bangun dari duduknya dan.....
BERSAMBUNG
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
up
up
up
good bless you