"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 13
'Maaf, saya pulang terlambat sore ini. Saya tidak yakin bisa menyiapkan makan malam untuk Anda, kalau Anda mau nanti saya pesankan lewat online'
Jantung Nazura berdegup kencang ketika mengirim pesan tersebut kepada Roger karena sore ini ia akan datang ke rumah sang paman. Untuk memberikan uang dari Devi yang jadi dipinjamnya tadi. Sampai cukup lama menunggu, tetapi tidak ada balasan sama sekali. Wanita itu pun menyimpan ponsel ke dalam tas selempang dan langsung menghentikan kendaraan umum yang kebetulan lewat.
Nazura tidak mengetahui kalau Roger beberapa kali menelepon dirinya karena ponsel wanita itu dalam mode silent. Ketika telah sampai di depan rumah sang paman, embusan napas kasar terdengar keluar dari mulut Nazura.
Ia merasa gugup ketika harus bertemu dengan mereka karena sejak pernikahan kala itu, Nazura sama sekali belum pernah kembali ke rumah tersebut.
Tiga kali mengetuk, Nazura tersenyum ketika Nety sudah membukakan pintu untuknya.
"Bibi." Nazura menyalami tangan wanita paruh baya yang sedang melayangkan tatapan tidak suka kepadanya.
Nety tidak membalas panggilan itu dan langsung menyuruh Nazura untuk masuk dan duduk di depannya. Namun, Nazura justru hanya berdiri di samping sofa hingga membuat Nety merasa geram.
"Kenapa kamu tidak mau duduk? Apa kamu tidak sudi lagi duduk di sofa ini setelah kamu menikahi Tuan Roger?" tanya Nety sengit.
Nazura menggeleng lemah lalu duduk berhadapan dengan Nety. "Nazura tidak bisa berlama-lama di sini, Bi. Nazura hanya akan menyerahkan uang ini."
"Kenapa? Kamu tidak mau lagi menginjak rumah ini? Sombong sekali!" tukas Nety. Mengambil uang dari tangan Nazura dan langsung menghitungnya.
"Bukan begitu, Bi, tapi Nazura—"
"Wah, ada yang pulang ternyata. Bagaimana kabarmu, Na?" Suara seorang wanita dari arah pintu seketika mengalihkan perhatian Nazura dan Nety.
Seorang gadis cantik dengan rambut digerai dan memakai baju cukup sexy, terlihat berjalan mendekati sofa. Setelahnya, gadis itu mengambil uang dari tangan Nety dan langsung menyimpannya ke dalam dompet. Nety hanya diam saja tanpa berani melawan sama sekali.
"Lolita, itu uang untuk ibumu, kenapa kamu justru mengambilnya?" Nazura menunjukkan kekesalan kepada sepupunya.
"Terserah aku. Hahaha." Suara tawa Lolita yang menggelegar membuat Nazura merasa muak kepadanya. "Bukankah kamu sudah menikah, Na? Selamat atas perniakhanmu. Maaf, aku tidak bisa ikut hadir karena ada pemotretan. Kamu tahulah, aku ini model yang setenar apa," angkuhnya.
Nazura tidak menimpali apa pun dan hanya menunjukkan senyum sinis. Sepupunya ini memang sangat angkuh dan sering membuatnya merasa muak.
"Biar aku tebak, Na. Pasti suami kamu itu sangat jelek dan menjijikkan. Iuuhhh." Lolita mengibaskan rambut ke belakang dengan gaya angkuh.
Mendengar ucapan Lolita membuat hati Nazura terasa memanas. Ia berdiri dan melayangkan tatapan tajam ke arah sepupunya, tetapi Lolita tidak merasa takut dan justru tersenyum meledek kepadanya.
Tidak ingin kehilangan kendali dan amarahnya makin memuncak ke ubun-ubun. Nazura memilih untuk berpamitan. Tidak betah jika harus berlama-lama dengan gadis seperti Lolita. Nety pun sama sekali tidak menahan Nazura karena apa yang diinginkan sudah didapatkan meskipun akhirnya diminta oleh putrinya.
Ketika baru saja keluar dari rumah sang paman, Nazura mengambil ponsel dari dalam tas. Namun, ia dibuat terkejut oleh notif pesan dan panggilan yang masuk. Bukan hanya satu dua kali, tetapi banyak sekali panggilan tidak terjawab.
Hati Nazura seketika merasa cemas. Takut Roger akan memarahinya. Dengan segera ia memasukkan kembali ponsel tersebut. Lalu menyeberang untuk menunggu angkutan umum lewat. Namun, saking terburu-burunya, Nazura sampai tidak menengok kanan-kiri. Ia justru terpaku ketika hampir saja terserempet mobil.
"Syukurlah aku masih hidup." Nazura menghela napas lega ketika mobil itu berhenti tepat di sampingnya. Beberapa kali Nazura mengusap dada untuk menormalkan debaran jantungnya.
"Tidak bisakah kamu berhati-hati ketika menyeberang." Seorang wanita cantik keluar dari mobil tersebut dan mengomel.
"Maafkan saya, Nona." Nazura menangkup kedua tangan di depan dada. Wanita itu pun hanya diam dan memindai tubuh Nazura dari atas sampai bawah. "Saya terburu-buru, Nona."
"Lain kali, berhati-hatilah!" omel wanita itu. Kembali masuk ke mobil dan membiarkan Nazura menyingkir.
Akan tetapi, ketika ia hendak melajukan mobilnya, tiba-tiba ponsel wanita itu berdering. Ia pun menerimanya terlebih dahulu.
"Iya, Tante. Soraya sudah sampai di Indonesia. Nanti Soraya mampir ke rumah dulu. Barulah Soraya akan buat kejutan untuk Roger."
Setelahnya, wanita itu pun mematikan panggilan tersebut. Bibirnya tersenyum senang ketika pikirannya membayangkan hal-hal yang indah.
"Aku yakin kamu pasti akan terkejut dengan kepulanganku, Roger," gumamnya. Sebelum akhirnya melajukan mobilnya kembali.
suka nih peran cewe begini