Angkara Afrizal Wijaya, ketua osis yang kehidupannya hampir sempurna. Tetapi, karena kehadiran adik kelas yang sangat menyebalkan. Kesehariannya di sekolah bagaikan neraka dunia.
Dia adalah Alana, gadis gila yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Angkara tanpa kenal lelah. Alana adalah ketua geng motor Avegas.
"Kak Angkasa!"
"Nama aku Angkara!"
"Tetap saja aku akan memanggilmu Angkasa, Angkara Sayang."
Kisah cinta abu-abu pun di mulai! Akankah gadis gila seperti Alana, mampu meluluhkan hati ketua osis galak?
Follow tiktok: Cepen
Ig: tantye005
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 ~ Jatuh cinta wajar atau menakutkan?
Sesampainya di rumah, Alana langsung memeluk mommynya erat yang berada di dalam kamar. Gadis yang sejak tadi berusaha kuat itu, kini menumpahkan air matanya di pelukan mommy tercinta. Suara Alana terdengar serak dan sesenggukan. Sudah terhidung setengah jam ia menangis dan itu belum membuat hatinya lega.
Alana marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa menepati janji pada sang daddy. Alih-alih menaikkan nilai ia malah berakhir mempermalukan daddy yang berusaha mati-matian menjaganya. Alana juga kecewa pada Angkara yang tidak memihaknya.
"Sudah Sayang, mata Lana bisa saja bengkak jika terus menangis. Memangnya nggak malu sama anggota avegas hm?" Bujuk mommynya sambil mengurai rambut panjang kecokelatan Alana.
Wanita paruh baya itu telah mendengar semua cerita dari suaminya, bahkan tentang kepindahan sang putri ke sekolah Taruna bakti. Dia tidak kecewa, karena yakin putri satu-satunya tidak melakukan hal gila seperti itu.
"Alana sedih mommy. Alana kesal. Alana mau memukul orang." Rancaunya dalam pelukan. "Tadi Lana berharap kak Kara akan berdiri paling depan dan membela Lana yang nggak mungkin melakukan itu. Tapi di malah percaya begitu saja dan ikut menghakimi. Dia membentak Alana di dalam kelas karena nggak menjawab pertanyaan dia," ujarnya panjang lebar.
"Katanya sudah nggak mau sama Kara, sudah move on," celetuk Dito. Ikut mengelus rambut panjang gelombang putrinya.
"Tetap saja kak Kara kenal Lana sudah sejak empat tahun, masa iya tidak percaya?"
Alana menarik napas dalam-dalam sehingga suara ingus yang ikut terseret pun terdengar. Bahkan Alana dengan sengaja mengambil daster mommynya untuk dijadikan tisu.
"Jorok putri mommy," cibir wanita paruh baya itu.
"Iya kayak daddynya," lanjut Alana membuat Dito membulatkan mata.
"Iya nggak papa jorok seperti daddynya." Dito beralih memeluk putrinya. "Daddy percaya bahwa putri daddy satu-satunya nggak akan mengecewakan sampai ke barang haram seperti itu. Tugasmu, jaga kepercayaan daddy ya," bisik Dito dan dijawab anggukan kepala oleh Alana.
"Di Taruna Bakti banyak musuh Avegas, kamu harus hati-hati berteman."
"Lana tahu."
"Daddy akan menyelidiki siapa yang sudah memfitnahmu sampai seperti ini."
Alana menggelengkan kepalanya cepat. "No, Lana bisa memecahkannya sendiri. Jika pelakunya adalah perempuan, Lana akan menyiksanya sampai berlutut dan meminta ampun. Lana akan membuat dia mengakui perbuatannya dan dikeluarkan dari sekolah," ucapnya dengan kobaran api di manik cantiknya.
Dito tersenyum lega, ia suka jiwa putrinya berani seperti ini. Tidak mudah tertindas seperti gadis cupu dan bisa mempertanggungjawabkan semua kesalahan yang gadis itu lakukan.
"Kalau pelakunya laki-laki bagaimana?" tanya Dito.
"Lana akan menyuruh Gio untuk membunuhnya."
"Pintar sekali putri daddy."
"Pintar apanya? Kalian berdua benar-benar sesat." Mommy Alana menggelengkan kepalanya. Suami dan putrinya memang titisan iblis yang tidak boleh diganggu ketenangannya.
....
Kediaman Wijaya ....
Mengetahui putranya telah pulang, Salsa pun menghampiri ke kamar. Seperti biasa wanita paruh baya itu meminta izin sebelum memasuki kamar putranya. Ini berlaku untuk anak-anaknya agar memiliki sopan-santun satu sama lain.
Setelah mendapatkan persetujuan, Salsa pun masuk dan duduk di bibir ranjang, sementara pemiliknya duduk di kursi membelakangi.
"Mama mendengar berita tentang sekolah kamu. Apa itu benar Nak?" tanya Salsa.
"Benar Ma. Alana dipindahkan dari sekolah karena kedapatan membawa narkoba ke sekolah. Kara nggak menyangka ternyata Alana sudah sejauh ini," ucapnya yang memang percaya bahwa Alana bisa melakukannya. Toh Alana adalah gadis dengan pergaulan bebas, narkoba dan miras mungkin saja telah menguasai diri gadis itu.
"Kara mempercayainya?"
"Kenapa nggak?"
"Sudah menyelidiki lebih jauh? Terkadang apa yang kita lihat nggak seperti yang sebenarnya. Kamu nggak berpikir bahwa Alana bisa saja difitnah?"
"Apa keuntungan orang itu memfitnah Alana?" tanya balik Angkara. Ingin berbicara lebih jauh, lelaki itu mendekati mamanya sambil menyeret kursi. Duduk menghadap sang mama yang selalu meneduhkan hati jika berbicara.
"Baiklah lupakan tentang Alana. Bagaimana jika membicarakan tentang kamu? Mama pikir-pikir apa yang dikatakan papa ada benarnya. Kamu sudah kelas tiga SMA, tapi mama belum pernah mendengar kamu memiliki kekasih. Memangnya menurut Kara menjalin hubungan itu sangat menakutkan?" tanya Salsa perlahan-lahan.
Dari yang Salsa tahu, cara menangani penderita Philophobia salah satunya adalah, mengajak penderita berbicara dari hati ke hati dan memberikan sudut pandang yang berbeda agar Angkara tidak melulu berada di lingkaran pikiran negatifnya seorang.
"Sayang, kenapa diam saja?" tanya Salsa kala putranya hanya diam tanpa ada niatan untuk bicara.
"Ya sudah, mama ubah pertanyanya. Menurut Kara, jatuh cinta pada seseorang itu adalah hal yang wajar atau menakutkan?"
"Angkara banyak tugas Ma, kita bisa bicara nanti."
mana dia nggak dkasih anak lagi
kasiaan banget,
seakan disini marwah dito dipertaruhkan