Novel keenam❤️
Tanpa kabar dan berpamitan, Lyra, tiba-tiba ditinggalkan kedua orang tua angkatnya yang membuatnya tak memiliki tempat tinggal dan sepeserpun uang untuk melanjutkan hidupnya di kota besar. Akibatnya ia juga terancam tak bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal beberapa bulan lagi.
Saat pikirannya buntu tak tahu harus bagaimana, sebuah solusi datang kepadanya. Karena tak punya pilihan lain, Lyra terpaksa mengambil jalan pintas itu. Jalan pintas yang mempertemukannya dengan seorang pria kaya raya bernama Zach.
Setelah menghabiskan satu malam yang panas bersama Lyra, Zach seakan tak bisa lepas dari pesona seorang Lyra. Sang konglomerat yang masih memiliki istri dan juga seorang anak perempuan itu pun menjadikan Lyra sebagai wanita rahasianya.
Bagaimana kisahnya? Apakah Zach hanya menjadikan Lyra gadis pemuas untuknya, ataukah pada akhirnya Lyra akan menjadi istri sah dari Zachery Khaled Ivander?
Unofficial Sound Track: Usher-Daddy's Home
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Panik
Ucapan Lyra membuat Rachel meradang. "Semakin melunjak ya kamu?! Untuk apa aku iri para wanita yang levelnya di bawahku! Aku punya segala yang aku mau! Bahkan gaunmu itu aku bisa beli sebanyak yang aku mau!" geram Rachel, begitu tak terima dikatakan bahwa ia iri pada Lyra.
"Semua?" ejek Lyra dengan tenangnya mempro vokasi Rachel, membuat gadis itu semakin berang. Lyra tahu ada hal yang tidak bisa Rachel dapatkan. Bahkan sulit dan hampir mustahil untuk ia dapatkan yaitu Zachery.
"Rachel."
Tiba-tiba Rachel yang akan mendebat Lyra menghentikan niatnya karena seseorang memanggilnya. Orang itu adalah Jihan yang tiba-tiba saja datang dan berdiri di sebelah Rachel.
Rachel menatap kesal ke arah perempuan yang tidak dikenalnya itu. "Siapa kau?"
"Aku Jihan, anak dari Andri Yudhistira. Pemilik perusahaan PT. Yudhistira Sejahtera." Jihan memperkenalkan dirinya dengan bangga..
"Perusahaan apa itu? Terus untuk apa kau datang ke sini, mau sok kenal denganku? Mau menjilatku? Tidakkah kamu lihat aku sedang berbicara dengan dia?!" bentak Rachel pada Jihan. Sebenarnya Rachel tahu perusahaan itu, tapi karena perusahaan itu tidak sebesar Vander Enterprise, maka Rachel berkata seperti itu untuk merendahkannya.
Jihan kesal bukan main karena Rachel menghina perusahaan sang ayah. Tapi ia menahan emosinya. Kini ia ingin membuat Rachel berada di pihaknya, tujuannya tak lain adalah untuk menghancurkan Lyra. "Okay, tidak apa-apa jika kamu tak tahu. Aku ke sini karena ada yang ingin aku kasih tahu padamu." Ditatapnya wajah Lyra dengan benci.
Sontak Lyra panik bukan main karena ia tahu maksud dari tatapan itu. Namun Lyra berusaha tetap tenang. Ia tak mengatakan apapun dan mencoba meredam rasa paniknya.
"Apa-apaan kau, tidak penting sekali?" delek Rachel tak suka.
"Kamu tak akan berbicara begitu padaku jika kau sudah dengar apa yang akan aku bicarakan padamu," ucap Jihan dengan yakinnya. "Perempuan yang sedang berbicara denganmu ini adalah..." Rachel pun mulai penasaran. "Perempuan simpanan dari ayahmu."
Di balik riasan yang digunakannya, wajah Lyra semakin memucat. Namun ia masih mencoba untuk mengontrol ekspresi wajahnya. Jika ia terlihat panik, Rachel akan percaya dengan apa yang Jihan katakan.
"Apa? Dia?" Telunjuk Rachel mengarah pada Lyra. "Perempuan tak tahu diri ini perempuan simpanan daddyku?!"
Lyra menghela nafas, ingin terlihat bahwa dia sedang jengah. "Kamu masih saja bodoh seperti dulu" ujar Lyra dengan tenangnya. "Kau percaya dengan apa yang dia katakan?" Dagu Lyra mengarah pada Jihan.
Rachel terlihat bimbang. Tapi Jihan tak menyerah. "Aku punya buktinya." Segera ia membuka ponselnya dan mengotak-atiknya.
Sontak Lyra mengambil ponsel Jihan. "Kalian tak ada kerjaan lain apa?"
"Kembalikan ponselku!" Jihan terus mencoba mengambil ponselnya yang kini dalam genggaman Lyra. Lyra yang lebih tinggi dari Jihan terus mempermainkan gadis itu. "Kembalikan, sia lan!!"
"Tunggu, kalian berdua saling kenal?" tanya Rachel bingung dengan interaksi Lyra dan Jihan. "Kembalikan HP dia!" perintahnya pada Lyra. Rachel ingin tahu ada apa sebenarnya.
Lyra mencengkram tangan Jihan dan membawanya menjauh dari Rachel. Setelah cukup jauh, Jihan akhirnya berhasil melepas cengkraman Lyra. Ia mengusap pergelangannya yang sakit. "Kau..."
"Dengarkan aku!" Potong Lyra dengan nada mengancam. "Lebih baik kau berpikir lebih jauh sebelum kamu membiarkan Rachel tahu tentang ini."
"Kenapa? Kamu takut kalau..."
"Aku tak takut sama sekali," tegas Lyra. "Yang harusnya takut itu kamu. Kamu tahu dengan jelas pada siapa Pak Zach berpihak. Sekali aku berbicara padanya tentang ini, kamu akan kehilangan semuanya. Itu yang kau mau?"
Seketika Jihan terdiam, tangannya mengepal kuat karena kesal Lyra berhasil membungkamnya.
"Jadi aku peringatkan sekali lagi, jangan macem-macem padaku," ujar Lyra dengan pongahnya.
"Kau kira aku...takut..?" Kini bentakan Jihan lebih terdengar seperti anak kucing yang mengeong, bukan lagi auman singa yang menakutkan.
"Kau salah jika berpikir ingin membuat Rachel ada di pihakmu untuk menjatuhkanku. Jangan pernah mimpi, karena kalian tak akan pernah berhasil. Jadi aku peringatkan sekali lagi, jika kau masih mau perusahaan ayahmu aman, jangan cari masalah denganku. Mengerti?!"
Lyra pun melangkah pergi meninggalkan Jihan yang masih diam mematung dengan wajah yang memerah karena menahan marah.
Sebenarnya Lyra tak suka melakukan ini. Ia tak suka menggunakan nama Zachery untuk melindungi diri. Namun ia tak punya cara lain. Tak mungkin ia membiarkan Jihan memberitahukan mengenai hubungannya dengan Zachery pada Rachel.
Lyra kembali ke venue acara. Ia berjalan kembali ke meja dimana para sekretaris berada. Namun karena kurang berhati-hati, ia bertabrakan dengan seseorang yang sedang memegang segelas champagne. Alhasil champagne itu sedikit tumpah mengenai pakaian orang itu.
"Ya ampun, saya minta maaf," ujar Lyra penuh sesal ia mengambil tisu yang ia bawa di tas kecilnya dan membersihkan noda basah di pakaian orang itu. Lyra melihat ke arah wajah orang yang ditabraknya. Lyra langsung tak bisa bergerak, karena orang itu adalah Jason, cucu satu-satunya dari Emran Hartono.
Jason awalnya merasa kesal, namun tiba-tiba saja ia seperti tersihir saat kedua mata mereka beradu. Jantungnya berdebar kencang. Kedua matanya tak bisa ia lepaskan dari Lyra.
Melihat pria itu yang terdiam tak menyahut, membuat Lyra memutuskan untuk pergi. Ia mengangguk sopan dan kembali berjalan menuju meja. Namun sebelum langkah pertamanya, Jason menarik tangan Lyra dan menggenggamnya tepat pada luka yang terdapat di punggung tangannya. Sontak Lyra mengaduh kesakitan.
"Kenapa tanganmu?" Jason memperhatikan luka yang sedikit membiru karena memar.
"Tidak apa-apa." Lyra menarik tangannya.
"Nona," Jason tak ingin kehilangan kesempatannya. "Ini bisa infeksi. Kamu harus segera diobati. Aku ingin membantumu mengobatinya, boleh?"
Lyra menggeleng. "Saya baik-baik saja." Lyra tak ingin berurusan dengan pria lain karena jika Zachery melihatnya, pria itu akan membuat Lyra kesulitan.
Namun Jason malah menarik tangan Lyra dan membawanya ke dalam villa. "Hey!" Lyra sedikit tergopoh.
Di sisi lain, Zachery terus mencari keberadaan Lyra. Ia mengedarkan pandangannya, dan tepat saat Lyra ditarik masuk ke dalam villa oleh Jason, Zachery melihatnya.
Api cemburu pun berkobar di dalam dadanya melihat tangan Lyra yang digenggam oleh Jason. Ia pun segera membelah kerumunan orang dan mengikuti Lyra dan Jason yang kini sudah menghilang lagi dari pandangannya.
Tiba-tiba suara Emran terdengar di pengeras suara. Pria tua itu sudah berada di panggung lagi. Mendengar suara Emran, Zachery pun mengurungkan niatnya untuk mencari Lyra. Ia harus segera kembali ke mejanya.
"Seperti yang sudah saya katakan di awal, ada hal penting yang ingin saya umumkan." Pria itu terdiam sejenak dan menghela nafas. "Sudah saatnya. Akhirnya setelah hampir 60 tahun mengemban tugas, saya memutuskan untuk pensiun dari jabatan saya sebagai Presiden Direktur Hartono Group."
Orang-orang langsung bergemuruh membicarakan pengumuman penting itu. Lyra yang sedang berada di dapur villa dan membiarkan Jason mengobati lukanya pun mendengar pengumuman itu.
"Itu, bukankah kakek anda?" tanya Lyra. Namun Jason nampak tak tertarik. "Bukankah seharusnya anda ada di venue?" Lyra kira jika Emran pensiun, cucunya ini yang akan mewarisi perusahaan itu. Namun Jason seakan tak peduli dan terus mengobati luka Lyra.
Lalu terdengar lagi suara Emran. "Untuk selanjutnya, Hartono Group akan berada di bawah kepemimpinan pebisnis muda bertangan dingin, yang sudah sangat saya percaya dan saya lihat sendiri kemampuannya dalam memimpin perusahaan raksasanya. Tak ada orang lain yang bisa saya percayakan Hartono Group selain kepada dirinya, Presdir dari Vander Enterprise, Zachery Khaled Ivander."
Tepuk tangan pun bergemuruh. Semua mata tertuju pada pria tampan yang memiliki raut wajah kaukasoid itu. Dengan percaya diri Zachery pun naik ke atas panggung dan menjabat tangan dan memeluk pria tua itu.
Emran terlihat begitu bangga pada Zachery. "Aku serahkan Hartono Group padamu, Zach. Kembangkan ia lebih besar lagi seperti yang kamu lakukan pada Vander Enterprise."
Zachery mengangguk dengan wajah yang dingin. Ia tahu ini adalah kehormatan yang begitu besar baginya. Namun di sisi lain, ini juga beban yang sangat berat. Bagaimana tidak, ia akan memiliki dua perusahaan besar di pundaknya untuk ia pimpin.
Zachery diberikan kesempatan untuk memberikan kata-katanya. Ia pun berdiri di depan mic dan menatap kepada orang-orang yang berbahagia untuknya. Semua orang tersenyum bangga. Namun ada satu orang yang menatap Zachery dengan sendunya, menatap sedih dan khawatir pada Zachery dari jauh, dan orang itu adalah Lyra.
Diam-diam Lyra mengkhawatirkan Zachery. Ia bergumam dalam hati, menjadi presdir di dua perusahaan yang sudah sangat besar, bukankah itu akan sangat berat? Apa Zachery akan baik-baik saja?
terima kasih thor..