Sejak bangku SMA Lili dan Anjas bersama, berangan-angan menikah dan memiliki pernikahan impian, memiliki banyak anak dan hidup menua bersama.
Rencana itu begitu indah, hingga sebuah malapetaka menguji cinta mereka.
"Gugurkan, dia bukan anakku," ucap Anjas.
Lili termenung, menyentuh perutnya yang berdenyut nadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DW Bab 26 - Sedang Menunggu Waktu
Cukup lama Anjas duduk sendirian di ruang tengah itu, ucapan sang ayah dan sang adik terus terngiang dengan jelas di telinganya.
Bahkan bukan hanya tentang perdebatan meraka malam ini yang memenuhi pikiran Anjas, namun semua kenangan-kenangannya bersama Lili pun kembali datang satu per satu. Sejak mereka SMA, lari bersama mengejar gerbang sekolah yang nyaris tertutup.
Menulis impian mereka di baju sekolah saat kelulusan.
Dan masih banyak lagi, separuh hidup Anjas seperti hanya dihabiskan dengan wanita itu.
"Hah." Anjas mengusap wajahnya frustasi.
Pada akhirnya dia bangkit dan pergi meninggalkan rumah kedua orang tuanya.
Pulang dan merasakan sepi yang teramat menyiksa.
Semua pelayan pun hanya mampu bertanya-tanya dan menebak kemana perginya sang Nyonya. Sampai keadaan rumah jadi terasa begitu dingin.
Malam pun bergulir.
Saat pagi menyapa nyatanya sesak masih menguasai dadda, Anjas segera beranjak meninggalkan rumah yang kini seperti neraka. Dia datang ke kantor bahkan disaat semua karyawan belum tiba di sana.
Sementara itu di rumah utama keluarga Dwiguna, Amena sudah pergi ke sekolah di jam 7 pagi, mama Reni, pala Irwan dan Lili masih duduk di kursi meja makan setelah sarapan.
"Li, kedua orang tua mu juga harus tau tentang hal ini. Pagi ini papa akan pergi ke kantor, siang nanti papa akan ajak Anjas untuk pulang. Setelahnya kita bersama-sama menuju rumah kedua orang tua mu. Ya?" tanya papa Irwan hati-hati, sungguh dia tidak ingin salah bicara hingga menyakiti anak menantunya tersebut.
"Tapi janji dulu dengan mama, meski pun nanti mama Meli dan papa Dedi meminta mu untuk tinggal di rumah mereka kamu harus menolaknya, kamu harus tetap tinggal bersama mama di rumah ini ya?" mohon mama Reni pula.
Sungguh, dia benar-benar merasa malu tentang Anjas yang lepas tangan pada Lili. Karena itulah dia ingin mengambil tanggung jawab itu dan memberikan kasih sayang tulus pada Lili, setidaknya sampai Lili melahirkan anak ini kelak.
Setelahnya semua keputusan ada di tangan Lili, ingin tetap tinggal di sini atau tinggal bersama kedua orang tuanya.
Mendengar permintaan itu tentu Lili tersenyum, tapi dia pun merasa malu untuk mengiyakannya. Rasanya lebih baik jika dia tinggal sendiri saja, tidak di sini ataupun tidak di rumah kedua orang tuanya.
"Pokoknya iya, terserah, mama tidak mau tau," timpal mama Reni lagi, akhirnya mengambil keputusan sendiri.
"Lambat laun teman-teman mu juga akan tau tentang hal ini, lebih baik telepon Gisel untuk datang ke sini saja. Jadi ada mama Reni yang akan menemani kamu menjelaskan ini semua," tutur papa Irwan.
Mama Reni langsung mengangguk setuju.
"Baik Pa, terima kasih," jawab Lili, dia sedang menahan diri agar tidak menangis. Perlakuan tulus seperti ini sungguh membuatnya terenyuh.
"Sudah, jangan menangis lagi, nanti anakmu jadi cengeng juga," ucap mama Reni, meledek, dia tau Lili ingin menangis.
Diledek seperti itu akhirnya Lili bisa tersenyum kecil dan melihat senyum sang menantu sudah cukup membuat papa Irwan sedikit merasa lega.
Di perusahaan Dwiguna, Felin akhirnya menyadari jika sang Tuan sudah datang lebih dulu di bandingkan dia.
Menyadari itu Felin tersenyum kecil, makin kuat dugaannya jika rumah tangga Lili dan pak Anjas telah koyak.
Lili memang tidak pantas jadi istrinya pak Anjas. Batin Felin, dia hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk membongkar kebenaran ini.
Tak bisa dipungkiri bahwa dia pun menaruh hati pada atasannya tersebut.
rasa sayangmu pada anakmu itu wajar walaupun hasil pelecehan.
dan rasa sakit hati anjas juga wajar karna hargadiri laki itu besar
yg salah kalian tidak bicarakan tuntas dr awal sebelum menikah...
tidak ada anak haram dan rasa sayang pada anak itu alami bagi setiap ibu terlepas itu hasil dr hal bejat.