Jingga, Anak dari seorang konglomerat. Meninggalkan keluarganya demi menikah
dengan pria yang di cintainya.
Bukannya mendapatkan kebahagiaan setelah menikah, ia justru hidup dalam penderitaan.
Akankah Jingga kembali ke kehidupannya yang dulu atau bertahan dengan pria yang menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Nabila
Ambar hanya bisa mengepal tangannya saat Gantara menggendong Nabila keluar dari ruang permainan itu, menghampiri Jingga dan mereka semua keluar dari pusat perbelanjaan itu.
Mendengar kata dipecat membuat Ambar tak berkutik, saat ini yang membuat anaknya bahagia adalah pekerjaannya yang baru saja naik jabatan, ia tak akan sanggup melihat anaknya kembali terpuruk jika sampai ia benar-benar di pecat.
"Lihat saja Jingga, saat kamu nanti mengizinkan Nabila untuk bersama kami, akan kupastikan dia akan terus bersama kami, akan kubuat dia membencimu," kesal Ambar kemudian Ia pun berlalu dari tempat bermain itu, melanjutkan kembali berbelanja keperluan pribadinya.
Saat di perjalanan pulang Jingga terus berdiam, Ia yang tadinya sudah ceria kembali kini kembali murung dan Gantara sudah mengerti apa yang menyebabkan calon istrinya itu murung.
"Jingga, kamu ingin pulang ke rumah atau kita ke tempat lain lagi?" tanyanya di mana jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam.
"Kita langsung pulang saja, sepertinya Nabila juga sudah mengantuk. Ia pasti lelah seharian bermain bersamamu. Makasih ya."
Gantara mengangguk dan melihat ke arah Nabila yang kini bersandar di dada ibunya, matanya sayup-sayup sudah akan terpejam.
"Iya, kamu benar hari ini dia sangat aktif bermain. Kita pulang saja. Besok kamu tak masalah kan jika aku mengajak Nabila untuk bermain lagi?"
Mendengar itu Jingga tersenyum dan melihat ke arah pria yang ia ketahui itu sangat mencintainya, Jingga berusaha untuk membuka hati, untuk Gantara, walau saat ini belum ada cinta yang ia rasakan. Namun ia sudah merasakan rasa kenyamanan saat berada di samping Gantara.
"Kalau kamu terus mengajak kami, kapan kamu bekerja?"
"Besok aku nggak terlalu sibuk. Mungkin jam 03.00 atau jam 04.00 aku sudah pulang dari kantor aku jemput lagi ya."
"Kita lihat saja besok, jika memang Nabila tidak rewel tentu saja Nabila pasti senang bermain dengan Ayahnya."
Mendengar itu Gantara sangat senang, semakin hari Jingga semakin menunjukkan jika dia sudah membuka diri untuknya. Gantara berharap suatu saat nanti Jingga mencintainya seperti Ia juga mencintai Ibu dari Nabila itu.
Di saat mereka sudah sampai di rumah, Gantara memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu utama, kemudian Ia pun lebih dulu keluar dan berlari kecil untuk membukakan pintu untuk Jingga yang sedang menggendong Nabila yang sudah tertidur.
"Bi, tolong bantu bawakan barang-barang Jingga ya," ucap Jingga pada Bibi yang datang menyambutnya. Bibi pun mengangguk dan kemudian menuju ke belakang mobil Gantara, ada begitu banyak barang belanjaan mereka, bibi pun mengeluarkan satu persatu dan membawanya masuk.
"Masuk dulu, Mas!" ajak Jingga.
"Aku langsung pulang saja ya, ini juga sudah malam biar kalian istirahat saja. Aku ada pekerjaan sedikit," ucap Gantara berpamitan membuat Jingga pun hanya mengangguk sambil menepuk-nempuk punggung putrinya yang kini tertidur nyenyak di dadanya. Gantara pun masuk kembali ke mobilnya dan melajukan mobilnya keluar dari gerbang keluarga Gunawan, setelah mobil Gantara keluar dari gerbang, Jingga pun masuk dan langsung menuju ke kamarnya untuk menidurkan Nabila.
Sementara itu di luar pintu gerbang. Aditya terus memukul setir mobilnya, sejak sore ia menunggu di sana. Iya tadinya ingin bertemu dengan Nabila, ia memberanikan diri untuk datang di rumah kedua orang tua Jingga. Namun, kata satpam Jingga belum pulang, membuat dia memutuskan untuk menunggu di luar.
Lama ia menunggu hingga Jingga baru pulang tepat jam 08.00 malam, dia juga bisa melihat interaksi antara Jingga dan Gantara, semua itu membuatnya kesal. Ingatannya kembali saat dia bertemu Nabila di kantor, Nabila bahkan menangis histeri saat ia menggendongnya berbeda saat Gantara yang menggendongnya, wajah putrinya itu dipenuhi dengan senyuman.
"Apa yang aku harus lakukan agar Nabila menyayangiku dan walaupun suatu saat nanti Gantara dan Jingga menikah, Nabila tetap menganggapku sebagai sosok Ayah bukan Gantara.
Aditya yang mendengar jika Jingga akan menikah dengan Gantara beberapa bulan lalu, semakin panik. Ia takut jika suatu saat nanti Nabila justru menganggap Gantara itu sebagai ayahnya dan tak mengenali dirinya, ia tak rela jika semua itu sampai terjadi. Ia tak rela jika Nabila akan memanggil Gantara dengan sebutan ayah karena sebutan itu hanya miliknya.