Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 Cogan Tampan Hadir Di Ultah
Ceklek, pintu rumah telah kubuka lebar-lebar, dengan wajah sudah mengekspresikan begitu terkejut bukan kepalang. Rumah sudah dihiasai begitu indah, bagai menyambut tuan putri datang.
Bunga mawar merah begitu indahnya tertata rapi di setiap sudut-sudut ruangan, lantaipun sampai tak luput begitu penuhnya bertebaran kelopak bunga mawar merah. Lilin, balonpun semua ikut berwarna merah, senada dengan mawar yang menghias. Senyuman para tamu dan orang tua begitu sumringah bahagia menyambut kedatanganku, yaitu disaat masih terpana dan terkagum-kagum atas indahnya dekorasi.
"Kamu cantik sekali, Dilla!" puji Mama yang langsung memeluk dan mencipika-cipiki.
"Iya kamu, cantik sekali anakku. Selamat ulang tahun," sahut Papa berkata, sambil mengelus rambutku.
"Makasih, Ma, Pa."
"Wah, selain kakak begitu cantik. Siapa nih pria tampan didepanku sekarang ini?" tanya adik laki-laki satu-satunya.
"Masak ngak kenal, dia itu siapa?"jawabku sambil mencubit pipi adikku.
"Ya kenalah, siapa lagi kalau bukan teman ngerjain pr," jawab adik laki-laki to the point.
"Nah tahu pun. Dasar pura-pura tidak kenal."
"Heehe, 'kan Kak Dio berubah. Benar-benar beda banget hari ini. Makin perfeck, tampan, cool, dan pastinya nanti akan membuat Kak Dilla jatuh cintrong sama kamu, Kak!" puji adek pada Dio, sambil meledekku.
"Haiiist, kamu ngomong apaan sih?" Kemarahanku melototkan mata ke arahnya.
"Nah, kak Dio. Lihat! Muka kak Dilla sudah bersemu merah tuh! Tandanya beneran sudah ada benih cinta yang bersemi, hahahha," imbuh ledek adikku.
"Iiiih, anak ini benar-benar akan kublender wajah kamu itu. Sini kamu!" Kemarahanku ingin memberi pelajaran adik, tapi dia keburu bersembunyi dibelakang papaku.
"Sudah, kalian jangan berlarian terus!" cegah Mama.
Kulihat kedua orang tua begitu sumringah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kami, sedangkan Dio hanya tersenyum manis malu-malu, dengan tangan berkali-kali mengusap tengkuknya, mungkin sudah malu atas ledekkan dan candaan kami.
"Dilla?" sapa seseorang.
"Ya ampun, Joan?" Kekagetanku dalam hati.
"Aaah kenapa Joan, bisa ada disini? Siapa yang mengundangnya? Aah ... sial ... sial, bisa-bisa bakalan kena semprot orang tua," Kegelisahan hati berkata
"Selamat ulang tahun, sayang!" ucapnya yang kelihatan ingin nyosor bercipika-cipiki, tapi aku berusaha menghindar, dan langsung mencoba menjabat tangannya.
"Terima kasih ... terima kasih," ujarku sambil kuat mengoyangkan jabatan tangan kami.
Terlihat orang tuaku menatap tak suka atas kehadiran Joan ditengah kami, sehingga akupun ingin mengajaknya menepi untuk menghindar dari orang tua.
"Ayo kita bicara disana dulu!" suruhku.
Tangan sudah mempersilahkan ke tempat tujuan. Senyuman sudah kecut tak suka.
"Oke."
"Maaf ya Pa, Ma! Ada yang ingin kubicarakan sama orang ini dulu," pamitku.
"Silahkan, tapi biarkan Dio ikut!" jawab Papa.
"Ya ampun, Papa ini? Masak mau ngobrol saja, membawa si pengawal Dio untuk ikut?" keluh hati.
"Tidak masalah," jawabku pura-pura dengan senyuman paksa.
Dengan berat hati, terpaksa membawa Dio untuk ikut mengawasi. Sungguh Papa ini, padahal dipesta banyak orang masih saja tak percaya padaku, takut-takut kalau aku akan berbuat macam-macam sama Joan.
"Kamu kok bisa disini sih, Joan? Padahal aku tidak mengundang kamu?" tanyaku heran.
"Dihari special orang yang kucintai, mana mungkin akan kulewati. Sudah berkali-kali gawai kamu kuhubungi, tapi tak tersambung sama sekali. Dan akupun mendengar kabar kalau kamu akan mengadakan pesta dirumah, jadi akupun meluncur kesini untuk ikut merayakan hari bahagia kamu ini," jelasnya.
"Oh ya sudah, ngak pa-pa. Lagian sudah terlanjur juga berada disini," jawabku sewot tak senang.
"Sebenarnya kenapa kamu tak mau mengundangku, dan kenapa hadphone dimatikan?" tanya Joan.
"Bukan tak mau mengundang, tapi hari ini khusus merayakan bersama keluarga, dan untuk kita berdua rencananya hari lain saja," jawabku berbohong.
"Ooh."
"Dekorasi ulang tahunnya bagus banget, 'kan?" tanya Joan yang menatap kagum, atas langit-langit rumah dihiasi bunga mawar merah segar.
"Iya bagus banget."
"Bunga mawarnya pasti ini 1000 kelopak," ucap Joan.
"Kok kamu tahu? Waaah, ini hadiah dari kamu 'kah? Atas permintaanku kemarin. Hihihihi, makasih Joan. Aku sangat senang hari ini, ternyata kamu masih ingat saja apa yang aku inginkan," Kegembiraaanku tertawa kecil, langsung memeluk Joan.
"Eghem ... hmmm," Suara deheman seseorang.
Seketika pelukan kulepaskan, dan mencoba melihat siapakah yang barusan berdehem.
"Reyhan? Ya ampun, situasi apa ini? Kenapa Reyhan juga ada disini, sedangkan aku tak mengundangnya juga? Aaah ... aah, benar-benar sial banget hari ini. Kenapa hari bahagiaku, berubah terasa agak panas begini, ya? Semoga saja tidak akanterjadi apa-apa dengan hubungan kami bertiga," guman hati berbicara.
Reyhan sudah menatap tajam kearahku, yaitu mungkin heran saat diriku sedang memeluk mesra Joan. Aku belum menjelaskan apa-apa saja, mereka berdua kelihatan sudah saling melototkan mata, dan ini membuat situasi kepadaku sedikit risau. Kucoba-coba melihat ke arah Dio, dan terlihat dia sudah hilang dari pandangan serta menjagaku.
"Siapa dia, Dilla?" tanya Reyhan penasaran.
"Apa urusan kamu?" ketus Joan.
Duh, suasana makin tegang. Semoga tidak berlanjut memanas.
"Ahhh, mana Dio barusan? Ngak lihat apa aku begitu terpojok atas situasi ini. Ayo Dio ... ayo bantuin aku? Kemana kamu?" guman hati panik, ingin meminta tolong Dio.
"Jangan sampai Reyhan dan Joan akan saling berkelahi, dan merusak acara yang kunantikan ini. Aaaah, sungguh malu sekali seandainya mereka memang akan berkelahi. Ayo Dio bantuin? Kemana kamu? Situasi kelihatan menegang sekali diantara mereka berdua," Hati terus saja merancau memanggil-manggil si Dio.
******
Kita seru-seruan dulu, nanti di part-part berikutnya akan ada ketegangan, emosi, hilang, cemburu, saling tak percaya, saling pukul, keraguan, kepercayaan kandas. Pokoknya dijamin yahuuii😊.
Terima kasih sudah mampir membaca ke karya receh saya ini. Kudoakan semoga kalian dilimpahkan rezeki banyak-banyak dan sehat selalu. amiiiin.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️