NovelToon NovelToon
RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh / Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Barra Ayazzio

Bagaimana rasanya menjadi istri yang selalu kalah oleh masa lalu suami sendiri?
Raisha tak pernah menyangka, perempuan yang dulu diceritakan Rezky sebagai "teman lama”itu ternyata cinta pertamanya.

Awalnya, ia mencoba percaya. Tapi rasa percaya itu mulai rapuh saat Rezky mulai sering diam setiap kali nama Nadia disebut.
Lalu tatapan itu—hangat tapi salah arah—muncul lagi di antara mereka. Parahnya, ibu mertua malah mendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Barra Ayazzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Marah

Pagi itu Bu Ratna cukup sibuk, orderan kue basah dan kering semakin banyak. Oleh karenanya, sekarang dia bisa memperkerjakan 3 orang wanita tetangganya dulu. Rencana membuka coffe shop juga belum terwujud, karena Raisha_putri sulungnya belum lagi datang berkunjung ke rumah barunya. Di samping karena lagi banyak endorse, juga persiapan adik iparnya lamaran.

Bu Ratna sedang packing orderan kue ulang tahun dari pimpinan kantor suaminya. Kue ulang tahun tiga tingkat custom Elsa frozen sudah beres. Tinggal memasukkan beberapa kue kering dan kue basah ke dalam goodie bag.

"Waaahhh Frozen cake birthday-nya keren banget. Pantesan jadi best seller ya, lucu soalnya. Coba mama bikinkan cake gini kalau Resty ulang tahun, kan keren."

"Ah kamu, sudah gede aja masih mau dibikinkan Frozen Cake."

"Ma, ada telepon dari Icha." Pak Hartanto mengulurkan gawai kepada istrinya. Bu Ratna menyambutnya antusias, dia sangat senang kalau Raisha menelponnya.

"Assalamualaikum." Bu Ratna mengucapkan salam sebagai pembuka pembicaraan.

"Wa'alaikum salam. Apa kabar Ma? Gimana pada sehat semua?"

"Alhamdulillah Cha, semua sehat. Kamu apa kabarnya juga?"

"Alhamdulillah baik Ma. O ya Ma, hari ini pukul.10.00-an Icha mau ke rumah mama sama Mas Rezky."

"Oh Masya Allah, Alhamdulillah. Sejak pindah rumah, kamu belum ke sini lagi soalnya."

"Iya maaf Ma, soalnya ikut sibuk nyiapin lamaran Rizal."

"O iya, gimana acaranya, lancar?"

*Alhamdulillah lancar. Nikahannya Minggu depan, jadi, Icha ke rumah sekalian anter undangan dari Rizal."

"Oh gitu, langsung ya kayak kamu dulu. Dari lamaran ke nikahannya sebentar."

"Iya Ma, Icha juga baru agak santai hari ini, karena Rizal dan calon istrinya ada di Bandung, kemarin-kemarin, Icha sama Mas Rezky yang bantuin ini itu."

"Oh gitu, ditunggu di rumah ya Cha. Mau dimasakin apa nanti?"

"Apa aja Ma, yang penting enak. Icha kan bukan picky eater yang suka pilih-pilih makanan."

"Ok kalau gitu."

"Sudah dulu ya Ma, Icha mau siapin sarapan dulu. Assalamualaikum."

"Ok Cha. Waalaikumsalam."

"Kak Icha mau pulang, Ma?" Rico mendekati ibunya yang sedang menyimpan gawainya di nakas.

"Iya, nanti pukul 10.00 katanya."

"Gak perlu Rico jemput lagi?"

"Nggak, katanya mau sama Rezky."

"Oh ok kalau gitu."

"Masak yang enak, Ma. Berkat dia kan rezeki kita lancar."

"Pastinya, Paaa."

*****

Raisha sedang membantu menyiapkan sarapan ketika Nadia menghampirinya. Nadia dan Rizal baru sampai di Bandung tadi malam. Mereka ke Bandung mau fitting baju resepsi yang dibelinya di butik terkenal Kota Kembang.

"Masak apa ya Bi, bikin pagi-pagi mual gini?" Nadia menyemprot Bi Murni yang sedang menumis bumbu untuk membuat nasi goreng udang.

"Ini Non, mau bikin nasi goreng." Bi Murni menjawab sambil gemetar. Dia tidak menyangka calon istri anak majikannya berkata kasar padanya.

"Sudah gak usah bikin nasi goreng, bikin pusing dan mual aja ni." Katanya sambil berlari ke arah kamar mandi. Tak lama terdengar suara yang sedang muntah-muntah.

"Gimana Mbak Icha, teruskan bikin nasi goreng atau gimana?"

"Teruskan aja, kan yang minta dibikinkan nasi goreng Rizal. Paling nanti yang dimarahi Rizal." Raisha tersenyum kecil.

"O iya ya."

Raisha dan Bi Murni meneruskan menyiapkan sarapan pagi, bikin nasi goreng permintaan Rizal, bikin roti gandum panggang dengan selai kacang, dan pisang, outmeal, serta aneka jus buah.

"Waaaaahhh harum sekali nasi goreng udangnya, bikin perut ini menari-nari." Rizal menghampiri Raisha dan Bi Murni yang masih sibuk di dapur.

"Zal, lihat tuh Nadia, dia sedang muntah-muntah di kamar mandi. Masuk angin kayaknya." Raisha berbicara kepada Rizal dengan tangannya tetap membolak balik nasi goreng yang ada di wajan.

"O ya?" Rizal langsung ke kamar mandi yang letaknya masih di area dapur.

"Sayang, kamu kenapa? Masuk angin?"

"Bau makanan, itu bumbu nasi gorengnya bikin aku mual."

"Lho, nasi goreng seharum itu bikin kamu mual?"

"Iya ni, Mas."

"Ya udah yuk kamu duduk dulu di meja makan."

"Biiiii, aku kan udah bilang goreng nasinya jangan dilanjutkan? Kok ngeyel sih?" Nadia berteriak kepada Bi Murni.

"Masalahnya yang mau nasi goreng kan Den Rizal, bibi gak berani bantah, soalnya ini kesukaan Den Rizal."

"Iya Sayang, itu kesukaanku, jangan dilarang lah."

"Tapi aku mual, Mas. Tuh kan, jadi mau muntah lagi." Nadia berlari lagi ke kamar mandi. Sementara Rizal hanya bengong gak mengerti.

Bi Murni dan Raisha saling pandang, pikirannya dipenuhi prasangka.

"Astaghfirullahal adziim." Bi Murni istighfar.

"Kenapa istighfar?" Raisha bertanya sambil mengernyitkan dahinya.

"Soalnya saya sudah berprasangka buruk." Bi murni berbisik ke Raisha. Raisha hanya tersenyum kecil.

"Kenapa bisik-bisik?" Tetiba Bu Aina sudah berada di antara mereka.

"Biasa bibi ngasih bumbu rahasia, katanya dia minta kompensasi kalau Icha mau jualan." Raisha menjawab lugas, dia tersenyum sambil mengedipkan mata kirinya ke arah Bi Murni yang masih kaget.

"Emang mau jualan apa kamu?"

"Ya rencana sih banyak, Bu." Raisha berkata santai.

"Mbak Icha itu hebat, dari kecil sudah biasa jualan, sampai sekarang sudah punya brand sendiri." Bi Murni berkata menutupi kegugupannya.

"Apa hebatnya jualan kayak gitu? Kalau aku ogah Bi." Bu Aina seperti biasa menjawab pedas.

Bi, sudah beres ya, tinggal ditata di meja makan. Icha ke kamar dulu mau ngajak Mas Rezky sarapan."

"Iya, Mbak, makasih ya selalu bantuin bibi."

"Iya sama-sama."

Raisha melangkah santai ke depan, bermaksud ke kamarnya, mau mengajak Rezky untuk sarapan bersama. Saat melewati toilet, terdengar suara Rizal.

"Sayang, kamu kenapa? Jangan-jangan kamu hamil?" Rizal bertanya setengah berbisik.

Karena penasaran, Raisha memperlambat langkahnya.

"Iya ni Mas, aku udah telat haid juga. Kemungkinan hamil sangat besar, soalnya gak biasanya aku telat." Nadia terdengar menjawab pertanyaan Rizal, sambil terus mengucurkan keran wastafel."

Raisha tidak berlama-lama, dia langsung mempercepat langkah kakinya.

*****

Raisha sudah berada di jalanan menuju rumah orangtuanya di daerah Kopo. Rezky menyetir dengan santai, sambil mendengarkan alunan lembut musik dari radio.

"Mas, boleh aku bicara sesuatu?" Raisha bertanya sambil menatap suaminya.

"Bicara apa? Bicaralah!"

"Tadi kan Nadia muntah-muntah karena mencium aroma nasi goreng, makanya dia gak ikut sarapan."

"Ya terus?"

"Waktu Icha tadi lewat toilet dapur, di mana Nadia muntah-muntah, Rizal ngomong gini: "Sayang, jangan-jangan kamu hamil."

"Apa?" Rezky berteriak keras. Sampai Raisha terlonjak kaget mendengar teriakannya.

"Kamu jangan hina keluargaku ya, Cha. Keluargaku keluarga baik-baik, gak mungkin melakukan perbuatan nista. Aku juga kenal baik Nadia, dia berasal dari keluarga baik-baik. Mereka selalu menjaga kehormatan keluarga. Aku gak suka kamu ngomong gitu. Seolah-olah Rizal dan Nadia pasangan yang gak bisa menjaga diri sampai pernikahan nanti." Wajah Rezky memerah menahan marah.

"Lho, kok Mas marah? Icha kan hanya ngomong apa yang Icha dengar tadi."

"Sudah cukup, gak usah ngomong itu lagi. Lagian, mikir aja, mereka baru bertemu sebulan, masa langsung hamil? Kamu aja yang sudah 2 tahun nikah, gak hamil-hamil."

"Lho kok Mas Rezky ngomongnya gitu?"

"FAKTA."

Raisha bergidik, dia tidak menyangka suaminya yang biasanya bersikap lembut, berkata sedemikian pedas. Hatinya sangat sakit. Padahal dia tidak berniat untuk menghina Rizal, dia hanya bercerita tentang apa yang dia dengar.

Demi melihat kemarahan suaminya, Raisha tidak berbicara lagi. Dia diam seribu bahasa, matanya sengaja dia pejamkan. Tak terasa, air matanya mengalir membasahi pipinya yang mulus.

1
Candela Antunez
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Classroom Of The Elite
Sangat kreatif
Barra Ayazzio: Terimakasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!