NIKAH TANPA CINTA

"Sherlin ...," ucap Farhan kaget melihat siapa yang datang.

"Sayang, kamu sakit," ucap Sherlin dan berjalan menuju Farhan. Saat Sherlin akan memeluk dirinya, Farhan mendorong tubuh Sherlin.

"Kenapa, Sayang? Kamu marah karena aku baru datang?" tanya Sherlin.

"Jangan membuat kesimpulan sendiri, Sherlin. Aku justru marah karena kamu datang. Apa kamu tidak mendengar jika aku melarangmu datang?" tanya Farhan.

"Kamu melarang karena marah aku tidak datang kemarin ke kantor. Seharusnya aku yang marah denganmu, karena sejak pesta itu tidak pernah menghubungi aku lagi."

"Jangan banyak bicara. Keluarlah! Besok kita bicara. Aku tidak akan bicara di rumah ini."

"Kamu mengusir aku. Sebenarnya apa yang dikatakan wanita ini hingga kamu marah denganku."

"Jangan bawa Annisa. Ini tidak ada hubungan dengan Annisa. Semua tentang aku dan kamu. Kita harus akhiri semua ini!" ucap Farhan tegas.

"Apa maksudmu?" tanya Sherlin kaget.

"Aku ingin kita akhiri semua. Kamu dan aku bisa memulai lembaran baru. Kamu dengan karirmu, aku dengan pernikahanku."

"Aku tidak mau. Sebutkan dulu alasanmu. Apa karena wanita ini? Kamu telah masuk perangkapnya?" tunjuk Sherlin pada Annisa.

"Maaf, Sherlin. Aku tidak perlu memaksa Kak Farhan untuk meninggalkan kamu, karena segala sesuatu yang dipaksakan itu hasilnya tidak ada yang baik."

"Jangan sok baik kamu. Kamu hanya ingin menarik simpati Farhan."

"Sebaiknya aku pergi aja, Kak. Aku tidak mau membuang waktu percuma dengan berdebat hal yang tidak penting," ucap Annisa.

"Kamu tetap di sini, Nissa. Kamu duduklah Sherlin. Awalnya aku ingin kita bicara di luar. Tapi karena kamu yang sudah terlanjur datang, aku bicara sekarang aja."

"Kenapa kamu serius begitu omongannya?"

"Karena ini memang serius. Aku merasa akhir-akhir ini kita sudah tidak lagi sejalan. Aku sepertinya tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Bukan berarti kamu tidak baik, hanya saja mungkin kita berjodoh hanya sampai di sini saja. Perasaanku ke kamu sekarang sudah tidak sama seperti yang dulu lagi. Mungkin ini akan membuatmu sakit, tapi aku tidak bisa memendamnya lagi. Aku tidak mau menyakitimu lebih lama dan dihinggapi penyesalan."

"Apa maksud kamu? Aku tidak mau hubungan kita putus. Apa kamu pikir akan semudah ini mengakhirinya. Kita menjalin hubungan bukan satu atau dua bulan, tapi telah enam tahun. Kenapa dalam waktu selama itu kita pacaran, kamu dapat berubah hanya dalam dua malam? Apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Sherlin dengan suara lantang.

"Selama kita menjalin hubungan, banyak cerita yang telah kita lewati. Suka dan dyka telah kita lalui. Namun, akhir-akhir ini aku merasa kita udah tidak saling membutuhkan lagi. Kita mulai tertarik dengan orang lain. Kita berdua pantas untuk bahagia. Aku minta maaf kalau kita tidak bisa mendapatkan kebahagiaan itu dari satu sama lain. Melewati hari-hari bersamamu adalah sesuatu yang sangat indah. Namun, sepertinya hari-harimu akan lebih indah bersama seseorang di sana."

"Aku nggak mengerti, terus terang aja. Jangan berbelit Farhan," ucap Sherlin masih dengan suara lantang.

"Aku tau ada orang lain yang lebih bisa membuat kamu bahagia. Aku melepaskan kamu untuknya. Lagi pula perasaanku juga udah mulai berubah denganmu. Aku juga sudah mulai tertarik dengan orang lain. Dari pada kita saling menyakiti, lebih baik mengakhirinya sekarang."

Sherlin tampak tidak bisa terima dengan ucapan Farhan. Dia menatap Farhan dan Annisa dengan mata tajam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung.

Mama ingin merekomendasikan novel teman mama. Jangan lupa mampir ya.