21+
Pernikahan yang dianggapnya sempurna telah ternoda dengan pengkhianatan , membuat Yuda seakan mati rasa dan tak percaya lagi dengan yang namanya cinta .
Tapi ...demi sang buah hati yang begitu merindukan sosok seorang ibu , ia rela melakukan apapun , bahkan untuk membuat perjanjian pernikahan dengan seorang wanita yang baru dikenalnya .
Apa ia bisa menerima orang yang baru dikenalnya untuk menjadi ibu baru anaknya ?
Atau ia akan mempertahankan cintanya hanya untuk seseorang yang pernah sangat menyakitinya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon difadipho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
" Untuk waktu pernikahan , kalau misalkan dilakukan dalam waktu dekat , kamu keberatan ?"
Luna menatapnya , lalu menaruh kertas yang selesai dibaca , di atas meja .
" Terserah Bapak ." Jawabnya pasrah .
" Besok kamu ikut saya ..."
" Kemana ?" Tanya Luna heran .
" Kita ke rumah rentenir itu dan menyelesaikan hutang kamu ."
" Tapi ini belum jatuh tempo nya ."
" Lebih cepat , lebih baik kan ...?"
Luna mengangguk , merasa lega . Ternyata Pak Arya menepati janjinya ...bahkan lebih cepat sebelum adanya perjanjian di antara mereka .
Arya mengambil sesuatu dari saku jas nya .
Sebuah cek kosong dan mengulurkan padanya , lalu menyerahkan pulpen .
" Ini buat apa ?"
" Itu sebagai tambahan , diluar uang 100 juta yang saya janjikan ."
Luna membelalakkan matanya .Tak menyangka dengan apa yang ditawarkan untuknya sekarang .
" Dan satu lagi ...ini diluar nafkah yang akan saya berikan kalau kita sudah menjadi suami istri ..."
Luna masih diam , karena yang ia tahu perjanjian mereka hanya senilai 100 juta , itu sudah cukup besar baginya .
" Kamu tulis aja sesuka kamu , ayo ." Arya memegang pulpen dan mengulurkan padanya .
Luna mengambil pulpen dari tangannya .
Arya tersenyum tipis . Tak akan ada wanita manapun yang menolak uang . Tapi ini mungkin imbalan pantas yang bisa diberikannya untuk sebuah tanggung jawab besar yang akan dijalani nanti .
Tapi tak lama , nampak keterkejutan di wajahnya , melihat Luna menaruh lagi pulpennya di atas meja .
" Kenapa ?" Tanyanya heran .
" Saya cuma butuh 100 juta Pak , jadi Bapak nggak perlu membayar lebih dari itu ." Ucapnya tegas .
Arya terpana dengan apa yang di dengarnya .
Tak lama ponsel Luna berdering , ia buru-buru mengangkat telpon dari Mamanya .
" Kenapa Ma ?"
" Lun ...tadi Dimas ke rumah ."
" Dimas ?" Sentaknya kaget .
Saat mengucapkan nama itu , Arya spontan menatapnya .
" Iya ,sebaiknya kamu pulang , nanti Mama ceritakan di rumah ."
" Iya Ma , sebentar lagi aku pulang ."
Setelah Luna selesai menelpon pun , Arya masih menatapnya .
" Ada apa ?" Tanyanya .
Luna balas menatapnya . " Nggak ada Pak ."
" Ya sudah kalau ada urusan lain , kamu bisa pulang ."
Luna mengangguk ." Baik Pa , terima kasih ."
Setelah berpamitan , Luna keluar lebih dulu .
Sementara Arya masih duduk disana .
Dimas ...apa mungkin nama yang sama saja , toh nama itu juga banyak diluar sana .
Ia meminum coffelatte nya yang tinggal sedikit .
" Saya cuma butuh 100 juta Pak , jadi Bapak nggak perlu membayar lebih dari itu ."
Ia tersenyum mengingat perkataan itu . Agak aneh memang , ternyata ada juga orang yang menolak diberi uang .
Tapi bukan sesuatu yang aneh juga baginya ...Luna juga pernah melakukan ini sebelumnya , mengembalikan baju yang pernah diberikannya dan juga menolak pemberian Mamanya waktu itu .
Apa ini semua menunjukkan sifatnya yang sebenarnya ...tidak menatap keluarganya hanya berdasarkan materi saja .
Ia menarik nafas panjang ...rasanya cukup cepat mengambil kesimpulan dari wanita yang baru saja dikenalnya itu , mereka belum cukup mengenal , jadi ...bisa saja itu hanya awalan yang manis , karena ia belum tahu sifat sebenarnya dari wanita yang tak lama lagi menjadi istrinya .
Istri ...
Terasa sangat cepat untuk sebuah status itu . Tapi tak ada pilihan lain , Sasa sangat menginginkan seorang Ibu sekarang .
Statusnya mungkin akan menjadi istri , tetapi dalam kenyataannya hanya akan menjadi seorang Ibu untuk Sasa , tak lebih .
Rasanya ia harus bisa melakukan ini hanya sebatas pekerjaan tanpa menyangkut pautkan soal perasaan .
Ia hanya takut perasaan itu muncul lagi dan hanya akan berakhir kehancuran untuknya . Tak mau lagi mengalami itu untuk kedua kalinya .
Ia mengambil ponsel di sakunya dan menghubungi satu nomor .
" Hallo Ma ."
" Iya , kenapa ?"
" Aku sudah bicara dengan Luna ."
" Terus ...?"
" Iya dia sudah setuju ."
" Kamu serius ?" Tanya Karina antusias .
" Iya Ma , aku bisa minta tolong sama Mama ..."
" Iya tentu saja ,apa yang bisa Mama lakukan sekarang ..?"
Arya diam sebentar , walaupun tidak berhadapan langsung , ia tahu seperti apa reaksi Mamanya sekarang , mungkin akan sama seandainya Sasa yang mendengarkan ini .
" Mama tolong bantu persiapan pernikahannya ya ."
" Secepat itu ?" Tanyanya lagi , dengan sedikit tekanan .
" Iya Ma , lebih cepat lebih baik ."
" Bagus ...jadi Mama harus urus semuanya termasuk resepsinya juga ?"
" Nggak ada resepsi Ma ." Jawabnya pendek .
" Maksud kamu ?"
" Aku hanya mau akad nikah saja dan itu dilakukan di rumah ,tidak ada pesta apapun ."
" Tapi kenapa ...kamu nggak boleh egois , mungkin bagi kamu ini nggak terlalu penting , tapi Luna masih gadis ...pesta pernikahan akan sangat penting baginya ."
Iya ..kalau ini benar-benar sebuah pernikahan yang didasari cinta , mungkin ini akan menjadi sangat membahagiakan dan bahkan ia tak akan keberatan dengan sebuah resepsi mewah sekalipun . Sementara ...ini hanya pernikahan kontrak dan ia tak mau mempublikasikan semuanya , setidaknya sampai waktu yang dirasanya cukup tepat .
" Ma ...yang terpenting akad nikah dulu dan resmi ...untuk masalah resepsi dan pesta bisa dibicarakan lagi nanti ."
" Tapi apa Luna setuju dengan semuanya ?"
" Iya tentu saja , dia sudah menyerahkan semua ke kita ." Ucapnya berbohong , tak ada pembahasan ini antara mereka tadi .
" Baiklah ...Mama akan segera mengurusnya . "
" Iya Ma , makasih ."
Setelah sambungan terputus , ia memasukkan lagi ponsel ke sakunya dan menaruh lagi kertas dan pulpen yang di meja ke dalam map .
Sudah cukup siang , sebaiknya ia kembali ke kantor sekarang .
Setelah memanggil waiters dan menyelesaikan pembayaran , ia bergegas keluar cafe .
Sekarang ia bisa bernafas lega , satu masalah terselesaikan dan rasanya tak sabar membayangkan bagaimana reaksi Sasa saat tahu kabar ini .