WARNING!
INI NOVEL DEWASA!
~banyak kata umpatan
~banyak adegan kekerasan (menyebabkan ngilu, serangan panik, pingsan dan kepikiran author tidak bertanggungjawab)
~banyak adegan percintaan
~harap menanggapi kisah ini dengan bijak
***
Seorang wanita yang lupa ingatan. Lupa akan masa lalunya. Terperangkap dan terjerumus dalam kehidupan barunya sebagai seorang mafia kelas dunia.
Dilatih oleh para orang-orang buangan yang menaruh dendam kepada Pemerintah. Siapa sangka dirinya akan menjadi Ratu di Kerajaan Mafia.
Penyiksaan, penghianatan dan dendam praktis mengubah Lily yang dulunya ceria dan lemah lembut berubah menjadi wanita berdarah dingin yang kejam tanpa belas kasih.
Menyamar menjadi seorang bodyguard boyband terkenal asal Korea Selatan. Lily menemukan jalan ke masa lalunya.
Diburu Polisi dan Pemerintah seluruh dunia serta dianggap sebagai penjahat perang karena aksinya yang selalu melibatkan pihak militer.
Orang-orang dari masa lalunya datang mencoba mengembalikan Lily ke kehidupan lamanya setelah mengetahui dirinya menjadi seorang mafia.
Akankah Lily kembali ke kehidupan masa lalunya ataukah tetap memilih menjadi seorang mafia?
~Dan.. jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada penulis ya.
Karena ini masih novel pertama, maafkan jika ceritanya sedikit naif seperti penulisnya, hehe😁
Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan komen postif agar penulis makin semangat dalam berkarya. Terima kasih😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lelevil Lelesan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Who Am I??
Matahari belum menunjukkan dirinya. Diluar hari masih gelap. Udara terasa dingin pada malam itu. Lily yang terbiasa tidur dengan jendela terbuka dan angin semilir yang menerpa wajahnya terbangun ditengah malam. Entah kenapa ada hal yang mengganggunya.
Lily beranjak dari ranjang empuknya. Dia keluar melihat ke arah jendela. Ada benda-benda beterbangan di langit berwarna putih. Dijulurkannya tangan kanannya keluar jendela untuk menangkap butiran-butiran itu.
"Apa ini? Dingin sekali? Ada banyak sekali. Sesuatu yang jatuh dari langit seperti hujan. Apakah akan terjadi bencana alam?" batin Lily dengan perasaan gundah dihatinya.
Segera dia mengganti bajunya dengan sebuah dress berwarna putih selutut dengan rok yang merekah, atasan tanpa lengan dan membiarkan rambutnya terurai. Memakai sandal selop berwarna putih dan keluar dari kamar menuju kamar Tuan Ho.
Perlahan dia mengetuk pintu kamarnya. Lily mencoba mendorongnya ternyata tidak terkunci. Dia mengintip ke dalam. Dia mencoba memanggil Tuan Ho. Mereka berbicara dalam bahasa Inggris.
"Tuan Ho.. apa Anda sudah tidur?" tanya Lily dengan suara lirih karena tak mau membangunkan yang lain.
Lily melihat Tuan Ho sedang tidur di ranjangnya. Lily mendekatinya mencoba membangunkannya. Dia memberanikan diri menyentuh bahunya.
"Tuan Ho.. tuan Ho.. apa Anda mendengarku?" tanya Lily dengan lirih.
Tuan Ho terbangun dengan mata yang masih sayup-sayup menahan kantuk. Dia terkejut Lily berada di depannya menyentuh bahunya. Segera dia terbangun dengan kebingungan menyelimutinya.
"Lily? What's wrong?" tanya Tuan Ho bingung.
"Come with me.. I have something to show you." ucap Lily seraya mengajaknya untuk bangun dari ranjangnya. Tuan Ho pun mengikuti Lily.
Lily membuka jendela kamar Tuan Ho. Dan terlihatlah butiran-butiran putih yang lebat turun dari langit.
"Kau lihat? Ada banyak sekali. Menutupi pekarangan rumah dan rasanya dingin sekali." seraya menangkap satu butiran di tangannya yang perlahan mencair menjadi air.
Tuan Ho bingung, dia menatap Lily dengan heran. Lily melanjutkan penjelasannya. "Apakah akan terjadi hal buruk seperti bencana alam? Haruskah kita membangunkan paman Charles?" tanya Lily sedikit panik dengan wajah lugunya.
Tuan Ho menatap Lily dengan keheranan. Tiba-tiba dia memukul kepalanya "Pakk!" "Ahhh.. apa yang kau lakukan? Kenapa memukulku?!" ucap Lily terkejut dengan sikap Tuan Ho.
"Kau ini bodoh ya? Ini salju. Masa tidak tahu! Kau membangunkanku hanya karena hal sepele seperti ini? Benar-benar." ucap Tuan Ho kesal.
"Eh, salju? Ini salju?" Lily terkejut dengan jawaban Tuan Ho. Segera dia berpaling darinya dan kembali ke jendela menjulurkan kedua tangannya untuk menangkap butiran-butiran lainnya. Lily tertawa senang.
"Hahahaha... hahahaha.. ini salju.. ini salju." Lily terlihat riang sekali.
Segera dia pergi meninggalkan Tuan Ho yang masih keheranan sendirian di kamarnya. Lily berlari menuruni tangga dengan cepat keluar dari pintu The Black Castle ke pekarangan depan puri. 2 bodyguard yang berjaga di depan pintu terkejut melihat Lily tiba-tiba keluar dan berlari ke pekarangan di tengah malam.
Lily tertawa senang. Dia menari-nari di bawah butiran-butiran salju. Tuan Ho menyusul Lily ke depan. Dilihatnya Lily begitu senang dengan kehadiran salju-salju ini.
Dalam hati Tuan Ho "Ini kan hanya salju? Kenapa dia bisa begitu senang? Apa tidak pernah melihat salju sebelumnya?"
Tuan Ho pun menghampiri Lily yang menari-nari dibawah hujan salju. Saat Tuan Ho akan meraih tangannya, Lily dengan segera meraih tangan Tuan Ho dan mengajaknya menari seperti cerita puteri di dongeng-dongeng.
Lily berputar-putar seperti ballerina dengan memegang tangan Tuan Ho. Entah kenapa Tuan Ho membiarkan Lily melakukan hal bodoh itu padanya. Tiba-tiba Lily memegang kedua bahu Tuan Ho dengan senyum merekah di wajahnya. Lily terlihat manis sekali.
"Saljunya indah sekali. Aku tak pernah melihat salju sebelumnya. Dingin tapi sangat indah." ucap Lily sembari tersenyum senang.
"Kau belum pernah melihat salju? Memangnya kau tinggal dimana? Bukannya di China juga ada salju." ucap Tuan Ho bingung.
"Belum pernah. Ini pertama kalinya." ucap Lily jujur. Tiba-tiba Lily bersin dan mulai kedinginan. Tuan Ho segera menyuruhnya masuk ke dalam.
Tuan Ho menyalakan perapian di ruang tengah. Dia menuangkan segelas wine dan diberikan kepada Lily. Lily hanya mengamati gelas berisi wine tersebut. Tuan Ho bingung.
"Ada apa? Ini hanya wine. Walaupun bukan sembarang wine. Ini wine mahal. Henri Jayer Cros Parantoux." ucap Tuan Ho.
"Henri siapa? Maaf Tuan Ho tapi aku tidak minum wine dan sejenisnya. Alkohol terutama." jelas Lily.
"Kenapa?" tanya Tuan Ho bingung.
"Entahlah. Tapi aku tidak mau. Tidak usah saja. Aku tidak haus." Lily menolak wine pemberian Tuan Ho.
Tuan Ho mulai merasa ada yang aneh pada diri Lily. Banyak tebakan-tebakan pada dirinya. Tuan Ho melihat kesempatan untuk menginterogasi Lily.
"Lily. Apa kau yakin kau berasal dari China?" tanya Tuan Ho.
"Entahlah. Aku tidak ingat tapi kata Nyonya Rose begitu. Kenapa?" tanya Lily bingung.
"Ada beberapa negara yang tidak terdapat musim salju. Negara-negara beriklim tropis. Saat kau pertama kali berada di camp. Kau hanya bisa bahasa Inggris dan Indonesia. Benar?" tanya Tuan Ho dengan serius.
Lily hanya mengangguk.
"Dulu bibi Mei juga pernah bilang, kau menolak untuk mandi bersama dengannya saat bibi Mei mau menggosok punggungmu." ucap Tuan Ho memberikan ingatan lama.
Lily juga menggangguk.
"Saat makan, kau memakai sendok dan garpu. Tidak memakai sumpit. Bahkan kau pernah memakan nasi dengan tangan." ucap Tuan Ho lagi.
Lily semakin tidak mengerti kenapa tiba-tiba Tuan Ho menanyakan dan menjelaskan banyak hal padanya.
"Memangnya kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Lily bingung.
"Berapa umurmu? Berapa tanggal lahirmu?" tanya Tuan Ho dengan tatapan tajam.
Lily terdiam. Dia tidak tahu berapa umurnya sekarang. Tidak tahu juga berapa tanggal lahirnya. Lily tampak kebingungan. Tuan Ho menyadari bahwa Lily sebenarnya memang mengalami amnesia. Hanya saja dia tidak menyangka akan separah dan selama ini.
"Tuan Ho. Bukankah ulang tahun itu bagi sebagian besar orang merupakan hari yang penting ya. Tapi kenapa aku tidak ingat?" jawab Lily dengan jujur.
Tiba-tiba Lily berdiri dan pergi kembali ke kamarnya dengan terburu-buru. Tuan Ho mengikutinya. Lily mengambil dompet pemberian ibunya. Dia mencoba membuka beberapa kartu yang ada disana. Tapi tak ada tanda pengenal dirinya. Lily terkejut. Selama ini dia tak pernah terpikir untuk mengeceknya. Dia menatap Tuan Ho dengan penuh kebingungan.
"Ada apa? Apa ada yang salah?" tanya Tuan Ho.
"Aku.. aku tidak punya tanda pengenal." ucap Lily lirih.
Tuan Ho melihat Lily yang terlihat kebingungan dengan dirinya sendiri. Lily duduk di ranjangnya sambil memegang dompetnya. Tuan Ho mulai berpikir pasti nanti akan banyak pertanyaan yang mengalir mengenai dirinya dan pasti Lily akan mencari tahu. Tapi Tuan Ho merasa hal itu malah akan membawa Lily pergi jauh darinya. Tuan Ho mencoba mengalihkan pikiran-pikiran Lily.
"Ahh.. mungkin tertinggal saat di rumah. Bagaimana jika besok kita telepon Nyonya Rose untuk mencari tahu. Sekarang sudah malam. Sebaiknya kau tidur." ucap Tuan Ho sembari membelai kepala Lily.
Lily hanya mengangguk pelan. Lily meletakkan kembali dompetnya. Tuan Ho menutup jendela kamar Lily dan menyalakan api perapian untuknya. Lily hanya diam saja. Tapi Tuan Ho mulai bersikap nakal.
"Lily. Ayo kita segera tidur. Diluar dingin. Bukankah besok kau masih bertemu dengan Paman Charles? Sebenarnya apa yang akan kalian bicarakan?" tanya Tuan Ho yang tiba-tiba sudah berbaring di kasur Lily.
Lily terkejut dengan sikap Tuan Ho.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa tidur disini. Sana kembali ke kamarmu!" bentak Lily.
"Tidak mau. Ini kan rumahku. Semua ruangan yang ada disini milikku. Aku bebas mau tidur dimana saja." ucap Tuan Ho dengan pose menggoda sambil membuka jubah tidurnya dan hanya mengenakan boxer celana dalam.
"Kau ini benar-benar. Kalau begitu aku tidur diluar saja." Lily beranjak dari ranjangnya yang sudah diakuisisi oleh Tuan Ho.
"Yakin kau mau tidur diluar? Kau belum mengenal rumah ini lho. Apa kau tidak tahu. Malam-malam begini banyak hantu berkeliaran." ucap Tuan Ho menakut-nakuti.
"Ha.. hantu? Mana ada hantu di jaman sekarang!" ucap Lily dengan ketakutan dan mencoba memberanikan diri.
"Tidak percaya. Coba saja ini sudah jam 2 malam lho." ucap Tuan Ho menantang.
Tiba-tiba Lily menjadi merinding setelah di provokasi Tuan Ho. Perlahan dia mulai mendekati ranjangnya lagi. Tuan Ho menahan tawanya. Dia tak menyangka Lily akan percaya dengan cerita bohongnya.
"Baik. Aku akan tidur. Tapi dengan 1 syarat. Jangan pegang-pegang! Atau aku akan melaporkan kepada ibuku dan Tuan Charles!" ucap Lily mengancam.
"Iya.. iya.. kan sudah kubilang. Aku tidak suka gadis krempeng. Kau itu bukan tipe ku. Jangan terlalu percaya diri." ucap Tuan Ho tanpa basa basi.
"Baguslah kalau begitu." Lily pun segera tidur dengan jarak yang sangat jauh dan menyelimuti dirinya. Dia tak mau sampai tersentuh oleh lelaki mesum seperti Tuan Ho.
Tuan Ho hanya menatap seraya tersenyum melihat sikap Lily. Dalam hatinya. "Banyak wanita yang ingin tidur denganku, berkencan denganku, bahkan ada yang ingin menikah denganku. Tapi wanita ini. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pesonaku. Untungnya dia cantik. Jika tidak aku juga tidak mau bermain-main dengannya."
Mereka berdua pun terlelap dalam tidurnya. Lily tidur dengan nyenyak karena api dari perapian yang begitu hangat mengusir hawa dingin diluar sana.
Pagi sudah menjelang. Namun sinarnya tertutup kabut dingin. Cuaca dingin masih tak bersahabat dengan tubuh Lily. Lily menjadi terkena flu. Saat terbangun dia sudah tak melihat Tuan Ho tidur disampingnya. Lily merasa lega karena tak terjadi hal buruk padanya semalam. Segera dia berendam air panas karena hari ini adalah waktunya dia memberikan jawaban kepada Tuan Charles.
Lily berdandan dengan anggun. Lily mengenakan celana jeans panjang dan sepatu boots berwarna merah maroon dibawah lutut. Kaos lengan panjang berwarna hitam ketat yang ia masukkan ke dalam celana jeansnya dengan renda putih menutupi leher dan renda dilengan kanan kirinya. Dan sebuah sabuk Chanel melingkar di pinggangnya. Lily menutup kepalanya dengan topi rajutan berwarna merah maroon yang serasi dengan sepatunya. Seperti biasa Lily terlihat sangat modis dan cantik.
Segera Lily turun ke bawah mencari Tuan Charles. Lily bertemu bodyguard yang berdiri di depan pintu ruang tengah. Dia menanyakan keberadaan Tuan Charles. Bodyguard itu memberitahu kalau Tuan Charles ada di dalam tapi sedang menerima tamu. Jadi Lily diminta untuk menunggu.
Tak lama pintu ruang tengah terbuka. Terlihat Tuan Charles bersalaman dengan seorang pria bergaya nyentrik yang modis seperti seorang perancang busana. Tiba-tiba lelaki itu menatap ke arah Lily dengan tajam dan mendekatinya. Mereka berbicara dalam bahasa Inggris.
"Liana? You're Liana right?" ucap lelaki itu.
Lily bingung dengan ucapan lelaki itu yang menyebut dirinya dengan nama Liana. Segera Lily membalas ucapan orang tersebut.
"Oh.. sorry, Sir. My name is Lily. I'm not Liana. Maybe you have the wrong person." ucap Lily dengan tersenyum.
Lelaki itu mulai berfikir.
"Ahh.. iya ya. Mana mungkin kau Liana. Liana kan hanya gadis kampung. Mana mungkin dia bisa sampai disini. Hohohoho." ucap lelaki itu meledek. "Meskipun begitu, aku suka gaya berpakaian kamu. Kamu terlihat sangat modis dan cantik. Aku Beny, designer khusus Tuan Charles." ucap Beny sembari mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Lily pun menyambut salaman lelaki itu. Setelah saling berkenalan Beny mohon diri untuk pergi.
Tuan Charles mengamati Lily dengan seksama. Dia pun mengajak Lily untuk masuk ke ruang tengah untuk melanjutkan obrolan yang tertunda waktu itu.
"Jadi Lily. Kita langsung saja. Apa jawabanmu?" tanya Tuan Charles tanpa basa basi.
"Aku bersedia Tuan Charles untuk menjadi agen ke 10 Tuan Ho di Colombia nanti." ucap Lily dengan mantab.
"Baguslah. Pilihan tepat." ucap Tuan Charles dengan senang. Segera dia memanggil bodyguard untuk mengambil surat kontrak kerjasama untuk Lily. "Silakan kau baca dahulu. Lalu kau tanda tangani dan cap jempol dengan darahmu disini." ucap Tuan Charles memberikan arahan.
"Cap darah? Harus pakai darah? Tidak bisakah hanya memakai tinta. Aku takut jarum." ucap Lily merengek.
Tapi Tuan Charles hanya melihat Lily tanpa ekspresi. Lily merasa dia sudah salah bicara. Lily terdiam dan segera membaca kontrak kerja tersebut. Setelah dirasa tidak ada yang janggal Lily segera menandatanganinya dan melakukan cap jempol dengan darahnya.
"Bagus. Langkah selanjutnya kau segera belajar bahasa Spanyol. V akan mengantarkanmu ke perpustakaan." ucap Tuan Charles memberikan arahannya lagi. Lily mengangguk dan mohon diri. Diapun mengikuti V menuju perpustakaan.
"W. Selidiki tanda tangan nona Lily dan sidik jarinya. Cari tahu dan kumpulkan semua data yang kemungkinan berhubungan dengannya." Tuan Charles memberi perintah.
"Baik Tuan. Segera laksanakan." ucap W seraya pergi membawa dokumen yang ditandatangani dan dicap jempol oleh Lily.
Dalam hati Tuan Charles. "Bagaimana bisa Beny mengenal Lily? Beny memiliki ingatan yang kuat. Dia tak mungkin salah orang. Liana? Siapa Liana? Kata Beny dia hanya seorang gadis kampung. Aku harus mendapatkan informasi lebih tentang Lily dari Beny."
--------
Ilustrasi Beny, Designer.
Gaya rambutnya asik banget dehh.. pengen digituin😚
Source : OkChicas