NovelToon NovelToon
My Poor Husband

My Poor Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:31.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 25 - Tamu Datang

Rizal merasa hubungannya selangkah lebih maju. Meskipun

istrinya itu belum bisa menerimanya seratus persen, tapi setidaknya masih ada

kesempatan baginya untuk mendekati istrinya dengan persetujuan.

Hari itu Rizal langsung menghubungi nenek, menanyakan segala

hal yang disukai dan tidak disukai Tia. Dia berusaha mengingat segala saran

yang diberikan nenek dan mencoba untuk mengatur strategi.

Sore itu Rizal kembali menunggu istrinya di depan kantor. Dia

sengaja berangkat lebih awal karena takut kecolongan. Jam lima lebih sedikit,

dia melihat istrinya keluar dari gedung kantornya. Dengan semangat empat lima Rizal

mendekati istrinya.

“Kok tumben pulangnya on time Dek?” Tia tidak menjawab.

Wajahnya terlihat pucat, keringat dingin mulai bermunculan di wajah cantiknya.

“Ada apa Dek? Kok wajahmu pucat?? Sakit kah??” Rizal

menjulurkan tangannya, memegang kening Tia yang berkeringat dingin.

“Keningmu dingin banget Dek, ada apa Dek?? Mananya yang

sakit??” Rizal bertanya dengan sangat khawatir.

“Gak apa-apa Mas…” Tia menepis tangan suaminya, tapi Rizal

tetap memegang tangannya.

“Ada apa?? Bilang ke Mas.” Rizal tetap memaksa, memandang

wajah Tia dengan serius. Akhirnya dengan malu-malu dan menahan sakit Tia

menjawab juga.

“Biasa Mas, tamu bulanan…” Tia memalingkan wajahnya. Serasa

tidak punya muka ketika mengatakan hal itu pada Rizal.

“Hah?? Tamu?? Tamu apa Dek?? Tamu bulanan?? Hah??” Seperti

orang bodoh Rizal kebingungan, baru setelah beberapa saat dia baru mengerti

bahwa istrinya itu sedang menstruasi. Dia seorang anak yatim piatu, tidak

pernah dekat dengan wanita secara intens jadi dia sama sekali tidak tahu harus

bersikap seperti apa menghadapi istrinya yang sedang datang bulan ini.

“Ayo pulang Mas…” Tia merengek lemah. Sepertinya benar-benar

kesakitan. Jarang sekali Rizal mendengar nada suaranya yang lemah seperti

sekarang ini.

“Sakit banget ya Dek?” Rizal bertanya prihatin yang dijawab

anggukan kepala lemah. Setelah membantu istrinya naik ke atas motor dengan

aman, Rizal melajukan motornya pelan-pelan. Dia berharap guncangan motor yang

pelan agak meminimalkan rasa sakit pada istrinya. Ketika meihat apotek, Rizal

memutuskan untuk mampir dan membeli obat untuk istrinya.

“Dek, tiap bulan selalu sakit seperti ini?” Tia hanya

mengangguk lemah.

“Biasanya Adek minum apa? Biar Mas belikan obatnya…” Tia

menggelengkan kepalanya, pertanda menolak untuk dibelikan obat.

“Biasanya kalo sakit gini Adek ngapain biar sakitnya

berkurang?” Rizal bertanya dengan nada yang lebih khawatir.

“Pulang aja Mas, pengen segera tiduran dikasur…” Tia mulai

menarik-narik baju Rizal.

“Bentar ya sayang, Mas belikan obat pereda sakit dulu. Bentar

ya…” tanpa persetujuan Tia, Rizal masuk ke apotek secepat kilat. Dia tidak tega

meninggalkan istrinya terlalu lama. Tidak sampai lima menit, dia pun kembali.

“Ayo sayang, Kita pulang.” Rizal memapah istrinya dengan

lembut, membantunya naik ke atas motor. Tia hanya terdiam, menuruti semua

perlakuan Rizal padanya. Dia sudah tidak peduli Rizal memanggilnya apa. Rasa

sakit pada perutnya lebih memerlukan perhatian daripada sekedar mengkoreksi

panggilan sayang yang diucapkan Rizal.

Sesampainya diirumah, Rizal segera memapah istrinya ke kamar.

Setelah bertanya ini-itu namun tidak dijawab oleh istrinya, akhirnya dia

menelpon nenek untuk bertanya segala hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi

rasa sakit ketika menstruasi.

Dengan sigap Rizal segera melaksanakan saran-saran dari

nenek. Pertama-tama dia merebus air hangat, setelah dirasa panasnya cukup, dia

memasukkan air itu ke dalam botol kaca. Dengan tergesa-gesa dia berlari ke

kamar istrinya.

“Dek, kata nenek perutnya dikompres pake air hangat ya biar

sakitnya berkurang.” Dengan lembut Rizal menyentuh bahu Tia, yang terlihat

menekuk badannya untuk mengekpresikan kesakitannya. Tia meluruskan tubuhnya,

berbalik dan mulai terlentang. Rizal sangat canggung dan bingung. Sebenarnya

dia tidak keberatan bila harus mengompres perut istrinya secara langsung. Toh

wanita ini adalah wanita yang sangat dicintainya, jadi apapun akan dilakukannya

untuk mengurangi rasa sakitnya.

“Minta tolong Mas…” Suara Tia terdengar lirih. Sepertinya dia

sudah tidak memilik rasa malu lagi. Rasa sakit sudah mengikis rasa malu dan

harga dirinya yang tinggi. Mendengar lirihan suara Tia, dengan cepat Rizal

mengambil botol air panas dan menempatkan di perut istrinya.

“Aduh… terlalu panas Mas…” Tia menjerit kecil. Dengan rasa

bersalah Rizal menjauhkan botol itu dari tubuhnya, kemudian dia mulai

membungkus botol itu dengan kain. Setelah di rasa panasnya mulai berkurang,

kembali dia meletekkan botol itu di atas perut istrinya dengan pelan dan

lembut.

“Sebelah sini Mas…” Tia memegang tangan Rizal yang sedang

memegang botol air panas. Dipegang seperti itu membuat Rizal gugup. Andai saja

istrinya itu tidak sedang dalam kesakitan, mungkin dia sudah menerkam wanita

imut itu. Tapi Rizal berusaha menghalau nafsunya yang menggebu-gebu. Dia

mengingatkan dirinya sendiri, bahwa istrinya itu sedang sakit jadi sangat tidak

pantas bila dia harus berpikiran kotor.

“Ya… disebalah itu Mas… Ya…lumayan Mas…” Tia berkata dengan

lirih. Keringat dingin masih bermunculan di keningnya, tapi setidaknya bibirnya

tidak sepucat pada saat awal dia menjemputnya.

“Sayang, bentar ya..Mas ambilin obat dulu. Sekalian Mas

tinggal ke warung dulu ya… Bentar aja..” Rizal beranjak dari kasur, mencium

kening istrinya itu sebelum pergi ke warung. Sesuai dengan janjinya, dia tidak

membutuhkan waktu lama untuk ke warung. Setelah memberi obat pereda sakit untuk

diminum istrinya, Rizal kembali menyibukkan dirinya di dapur. Entah apa yang

dilakukannya.

Sepuluh menit kemudian, Rizal kembali ke kamar sembari

membawa minuman ditangannya.

“Sayang, diminum dulu ya. Tadi nenek nyaranin Mas buat bikin

ini.” Sebenarnya Tia sudah tidak peduli dengan apa yang dibawa Rizal. Entah itu

racun atau obat, asalkan itu bisa membuatnya tidak merasakan sakit akan

diminumnya.

Dengan dibantu Rizal, Tia duduk di tepi ranjang dan

meminumnya. Ternyata suaminya itu sedang membuat jamu kunyit asam. Rasa hangat

mengaliri tubuhnya. Setelah hampir menghabiskan lebih dari separuh gelas, Tia

memutuskan untuk berbaring lagi.

Dengan telaten Rizal memegang botol air panas kembali,

menggulir-gulirkannya di perut istrinya. Lambat laun Tia mulai tertidur,

pertanda rasa sakit mulai berkurang dari tubuhnya.

Tengah malam Tia terbangun oleh hembusan napas hangat dan dengkuran

halus disampingnya. Dengan pelan-pelan dia membuka matanya, dan seperti

dugaannya, laki-laki itu tidur disampingnya. SUAMINYA!!

***

Dear READERS kesayangan

Tolong jempol, hati dan komennya ya…

Karena setiap jempol, hati dan komen yang readers berikan menambah

semangat Kami dalam menulis.

Terima Kasih sudah membaca karya saya ;-)

1
mama ELA
aku AB apa bisa aku sumbangin darah ku
mama ELA
jadi keinget dulu waktu awal² hamil
mama ELA
kakak aku tinggal di perumahan ini
Siti solikah
bagus
Siti solikah
wah Rizal beneran jadi mantunya pak sutedjo
Siti solikah
kasihan juga sheyla tapi ya ga harus nabrak kan
Siti solikah
semoga lekas sembuh ya tia
Siti solikah
wah pak Sutedjo sudah selingkuh dari istri pertamanya
Siti solikah
pak Sutedjo sangat menyayangi rizal
Siti solikah
sheyla ga punya harga diri
Siti solikah
senangnya
Siti solikah
manisnya
Siti solikah
ayo Tia dia kak izalmu
Siti solikah
dasar sheyla Mak lampir ngamuk
Siti solikah
manisnya rizal
Siti solikah
novelnya sangat sangat sangat bagus dan menarik,baca berkali kali ga pernah bosan
Siti solikah
baca lagi thor
Siti solikah
akhirnya berhasil juga
Siti solikah
akhirnya tamat,aku sering baca novel ini
Siti solikah
ternyata benar tia anaknya pak sutedjo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!