Chef Cantik Pilihanku 3

Albert dan Margaret sudah berbicara banyak dengan Troy dan Claire Vuitton. Mereka mendengarkan keseluruhan cerita bagaimana bisa kehilangan Louis Vuitton putra mereka. Harta warisan lah penyebab utamanya. Tapi orang tua Loius selama puluhan tahun tak pernah putus asa mencari keberadaan putra mereka hanya untuk menyerahkan harta warisan yang ditinggalkan keluarga Vuitton.

Walaupun saat ini Louis masih belum menerima keberadaan mereka, tapi Albert yakin Louis menahan keduanya di rumah karena hati kerasnya mulai goyah.

"Jadi Louis benar benar akan menikah?" tanya Troy.

"Benar om. Ia akan menikahi wanita Indonesia salah satu pewaris Novotel. Anda pasti tahu hotel terbesar di kota London." jawab Albert.

"Bagaimana mereka bisa saling mengenal?" tanya Claire penasaran.

"Ceritanya sangat panjang, kami tak bisa menceritakan sekarang. Louis lebih berhak untuk bercerita agar kalian bisa lebih dekat." kata Albert.

"Mengapa kalian percaya jika kami orang tua Louis?" tanya Troy lagi.

Albert dan Margaret tersenyum. "Kalian sangat mirip dengannya. Mungkin Louis juga menyadari akan hal itu. Bersabarlah, cukup berat bagi Louis untuk menerima kenyataan ini. Selama ini ia merasa dibuang oleh orang tuanya. Wajar jika ia marah setelah tahu yang terjadi sebenarnya."

Claire kembali terisak, setelah bertemu dengan putranya yang tumbuh dewasa, ingin sekali ia memeluknya. Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin ia lakukan karena Louis masih belum mempercayainya.

"Tante jangan bersedih, Louis melarang kalian pergi dari sini, artinya ia ingin mengakui kalian dan takut kehilangan lagi. Hanya saja harga dirinya cukup tinggi, aku yakin Louis akan kembali ke pelukan kalian setelah melihat hasil tes DNA nya." ujar Margaret.

Troy menepuk pundak istrinya agar lebih tenang dan bersabar. Yang dikatakan kedua teman Louis benar adanya. Mereka tak diizinkan pergi karena ada 2 pemikiran Louis, pertama takut kehilangan mereka atau ia ingin memenjarakan mereka jika semua itu palsu.

"Kapan pernikahan mereka berlangsung?" tanya Troy.

"4 hari lagi, tapi ia harus kembali ke Indonesia besok pagi." jawab Albert. "Kalian tak perlu khawatir, kami masih tetap disini untuk menjaga kalian." sambungnya.

"Seharusnya kita datang lebih awal Troy, aku ingin sekali menghadiri pernikahan putraku." ujar Claire sedih.

"Jangan mengganggunya sayang. Kedatangan kita sudah cukup membuat Louis terganggu. Kita tak bisa berharap yang lebih lagi." jawab Troy.

Albert dan Margaret ikut sedih mendengarnya, mereka juga berharap Louis mau membawa kedua orang tuanya ke Indonesia walaupun ia belum mengetahui hasil tes DNA nya.

*****

Malam telah tiba, Louis masih juga belum kembali ke rumah. Claire yang sudah tua masih sanggup menyiapkan makan malam untuk semua orang. Ia berharap putranya kembali dan ikut bergabung bersama yang lain untuk makan malam. Tapi harapan itu akhirnya musnah setelah mengetahui Louis benar benar tak kembali sampai makan malam itu selesai.

Pintu rumah terbuka dengan kasar, dan Louis terus berdebat dengan ponselnya di telinga.

"Berhentilah mengatakan itu." ujar Louis kesal.

"Ikuti saja keinginanku jika kau mau melanjutkan pernikahan kita." jawab Amila.

"Jangan memaksaku Ami, mereka belum tentu orang tuaku."

"Kau akan menyesal jika sebaliknya Louis. Ini pernikahanmu, aku juga ingin kau punya keluarga yang mendampingimu. Ajaklah keduanya, kita akan menunggu hasil DNA bersama di Indonesia. Akan menjadi kebahagiaan jika mereka hadir dan benar benar orang tuamu."

"Tidak." ujar Louis keras kepala.

Louis melewati mereka semua yang ada di ruangan santai, ia hanya menyapa Albert dan istrinya dengan lambaian tangan lalu langsung menuju kamarnya.

"Kalau begitu kita tunda saja pernikahan ini." ancam Amila.

"Kau ingin membunuhku sayang, aku sudah merindukanmu sekarang. Dan kau ingin kita menunda pernikahan hanya karena kedatangan mereka yang belum jelas. Ami, jangan paksa aku."

"Pilihanmu cuma ada dua, bawa mereka bersamamu atau kita lupakan untuk menikah."

"Oh ya Tuhan, mengapa kau tak mendukungku. Kau malah menambah bebanku Ami."

"Pesankan tiket sekarang." ujar Amila lebih keras kepala.

"Tidak." jawab Louis lagi.

"Baiklah, dengarkan aku Louis aku akan menikah dengan pria lain. Aku tak mau menikah dengan pria yang tak mengakui orang tuanya. Aku mendengarkan ceritamu, bahkan kau juga mengakui fotomu bersama mereka. Itu sudah lebih dari cukup, aku tak ingin kau menyesal seumur hidup karena mereka tak ikut menyaksikan pernikahanmu. Aku serius, aku akan membatalkan pernikahan kita dan menikah dengan pria lain jika kau tak mau mengikuti ucapanku." ancam Amila.

"Ami..."

Tut Tut Tut.... ponselnya dimatikan oleh Amila. Louis menggertakkan giginya karena kesal. Bagaimana ia bisa mengajak orang yang belum tentu orang tuanya di pernikahannya sendiri. Sedangkan pikiran yang lain juga hampir sama dengan Amila. Jika kedua orang itu benar benar orang tuanya, maka ia akan menyesal karena keduanya tak menghadiri pernikahannya.

Kini Amila sedang melakukan protes padanya, dan ia sama sekali tak ingin kehilangan kekasihnya. Louis merebahkan tubuhnya di ranjang, tapi suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

"Siapa?" tanya Louis.

"Bisakah aku berbicara denganmu Louis." jawab Albert.

Louis menghela nafasnya, ia turun dari ranjangnya lalu membuka pintu kamarnya. "Masuklah Albert."

Albert masuk ke dalam kamar Louis yang begitu besar. Bahkan seluruh isi kamar berdesain modern dan sangat mahal.

"Kamar pria lajang yang luar biasa, sudah berapa banyak wanita yang kemari." ejek Albert.

"Sayangnya tak pernah satupun kecuali pelayan yang membersihkannya. Aku hanya bersenang-senang di hotel." jawab Louis.

Albert terkekeh. "Kau begitu serius Louis. Mengapa wajahmu masih seperti itu?"

"Amila ingin membatalkan pernikahan."

"Apa kau serius? Tapi kenapa?" tanya Albert.

"Aku menceritakan semuanya soal kedua orang itu. Ami ingin aku membawa mereka ke Indonesia besok, jika tidak pernikahan kami batal." jawab Louis.

Kali ini Albert melepaskan tawanya. "Kalau seperti itu aku mendukung calon istrimu."

Louis mengumpat membuat Albert kembali tertawa.

"Louis, aku rasa Amila benar. Aku ingin mengatakan padamu bahwa aku yakin jika mereka adalah orang tuamu. Mereka sangat mirip denganmu, dan selama kau tak ada, mereka menceritakan semuanya bagaimana kehilanganmu. Louis mereka mengatakan kau memiliki tanda lahir di punggungmu. Dan aku pernah melihatnya saat kita berganti pakaian saat berolahraga." ujar Albert.

"Mereka mengatakan soal tanda lahirku." kata Louis terkejut.

Albert mengangguk.

Louis membuka bajunya lalu melihatnya di cermin, ia lupa akan tanda lahir yang ia miliki selama ini. Dan hatinya semakin goyah untuk menolak keduanya.

"Pikirkan itu, jika kau tak mau membawa mereka, kau juga tak perlu khawatir, aku dan istriku akan menjaga mereka disini." kata Albert lagi.

"Apakah aku begitu keras Albert? Tapi aku masih terkejut dengan kenyataan ini."

Albert mendekati Louis lalu menepuk pundaknya. "Aku tak menyalahkanmu, ini semua memang sangat mendadak. Aku hanya ingin kau berpikir lebih tenang."

"Aku minta maaf Albert, bulan madu mu terganggu dengan masalahku." ujar Louis.

"Kau tenang saja, kami kemari saja sudah salah satu bulan madu kami. Jangan pikirkan kami, fokus saja pada masalahmu."

"Mungkin aku akan memesan tiket pesawat untuk mereka, kau baik baiklah disini. Aku dan Amila akan segera kembali kemari untuk bulan madu kami juga."

"Kau bilang apa barusan?" tanya Albert.

"Aku hanya takut kehilangan Amila. Kau tahu ia keras kepala mirip seperti Kevin Pranadja." jawab Louis.

"Oke baiklah ini karena Amila." ejek Albert. "Pilihanmu sudah benar, aku ikut tenang sekarang." sambungnya seraya melangkah keluar kamar.

"Albert bantu aku satu lagi." pinta Louis.

Albert menghentikan langkahnya lalu menatap Louis. "What can i do?"

"Katakan pada mereka untuk bersiap siap berangkat ke Indonesia." pinta Louis.

"Oke." jawab Albert seraya keluar dan menutup pintu kamar Louis.

Louis menghembuskan nafas dengan keras, ia berharap apa yang ia lakukan sudah benar. Jika mereka benar benar orangtuanya, maka ia tak akan pernah menyesal. Tapi jika mereka hanya seorang penipu, maka anggap saja ia membawa mereka untuk bersenang senang sebelum masuk ke dalam penjara.

*****

Happy Reading All...😘😘😘