Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
"Aku pulang ya, Mbak," pamit seorang anak muda kepada janda yang baru saja memuaskannya.
Anak muda itu sudah mengenakan pakaiannya kembali dan kini dia dan wanita si pemilik rumah sudah berada di ruang tamu sambil berdiri di dekat pintu utama rumah tersebut.
Dengan berat hati, wanita yang belum puas akan kebersamaaan dengan anak muda itu memberi tanda dengan kepala mengangguk.
"Tapi kamu beneran bakalan main ke sini lagi kan, Sur?" tanya wanita itu memastikan janji yang pernah terucap beberapa detik yang lalu ketika mereka baru saja selesai melakukan permainan ronde kedua.
"akan aku usahakan, Mbak," jawab anak muda bernama Surya. "Tapi, Mbak Mila serius, bakalan mau melayaniku setiap aku kepengin melakukannya?" anak muda itu pun kembali memastikan tawaran yang dia dapat dari janda cantik itu.
"Serius dong," jawab janda bernama Mila tanpa rasa ragu. "Yang penting pas kamu lagi kepengin, di saat aku sedang tidak datang bulan."
Surya tersenyum senang. "Beres, Mbak," balas Surya. "Ya udah dah, Mbak, mumpung sepi, aku pulang ya?"
Wanita itu mengangguk lagi. Sebelum benar-bernar berpisah, wanita tersebut mengajak Surya untuk melakukan perang bibir. Setelah ajakannya terkabul, Surya pun segera keluar rumah dan dengan hati-hati dia menyalakan mesin motornya.
Seperti yang dikatakan Mila, daerah tempat tinggal wanita itu memang sangat sepi. Sejak petang menjelang, daerah itu sudah seperti tidak memiliki tanda-tanda kehidupan meski di sana terdapat cukup banyak rumah.
Mungkin karena daerah tersebut terletak di dekat jalan raya dan berada di belakang area pertokoan, jadi tempat itu sangat sepi begitu petang menjelang. Bahkan, warung pun hampir tidak kelihatan.
Waktu sudah menunjukan pukul dua malam ketika Surya berhasil melewati komplek perumahan yang dihuni Mila. Dengan kecepatan sedang Surya melajukan motornya. Perasaanya cukup senang ketika pikirannya kembali teringat dengan permainan nikmat yang baru saja dia lakukan.
Hingga sampai di rumahnya, perasaan senang itu masih terpancar di wajah Surya. Anak muda itu dengan santainya memasuki rumah tanpa harus membangunkan orang tuanya.
Kebetulan, karena anak bunganya sudah terbiasa pulang larut, Emak memberi kunci cadangan agar Surya bisa masuk. Meski bukan kunci pintu utama tapi itu cukup membantu jika anaknya pulang dalam keadaan sudah larut malam.
Surya masuk melalui pintu samping yang langsung tertuju ke area dapur. Setelah masuk ke dalam rumah, anak itu segera membuka pintu utama untuk memasukan motornya dan diletakan di ruang tamu sepeti biasanya. Begitu semuanya sudah beres, anak itu langsung menuju kamarnya.
"Gila sih, ternyata goyangan Mbak mila sama jagonya dengan goyangan mbak Rani," ujar Surya begitu dirinya terbaring sambil teringat permainan yang baru saja dia lakukan. "Coba kita bisa tinggal bareng, aku pasti bakalan minta digoyang terus sama mereka."
Senyum jahat Surya pun terkembang. Tubuh surya bergerak dan tanpa sengaja ketika kepalanya menoleh, matanya menangkap botol parfum yang dia temukan masih berada di lantai kamarnya. Saat itu juga dia jadi teringat dengan ucapan Mila ketika dia baru saja menyelesaikan permainan ronde pertama.
"Kalau dipikir-pikir, para wanita itu mau mengakui dan jujur suka pada ketiakku setelah aku memakai ini kan?" gumam Surya sambil memandangi botol parfum yang ada di tangannya. "Apa mungkin botol ini ada sangkut pautnya dengan kejujuran mereka?"
Entah kenapa kata pelet yang terucap dari mulut Mila, membuat Surya kepikiran kalau apa yang terjadi akhir-akhir ini ada kaitannya dengan botol parfum itu. Surya berpikir sejauh itu karena sebelumnya dia tidak pernah mengalami kejadian unik yang berhubungan dengan ketiaknya.
Selama ini, Surya sudah sering bertelanjang dada. Bahkan jika sedang berolahraga, anak muda itu selalu melepas kaosnya dengan cuek meski keadan tempat berolahraga cukup ramai.
Namun selama itu pula, tidak ada satupun wanita yang mendekatinya dengan alasan apapun. Maka itu. Surya jadi kepikiran kalau para wanita yang menyukai ketiaknya kemungkinan ada hubungannnya dengan botol parfum itu.
"Tapi kayanya ngak mungkin pelet deh," dengan sendirinya Surya malah melempar bantahan. "Bisa saja ketiakku memang dari dulu sudah menarik wanita, tapi baru kali ini ada wanita yang mau mengakuinya secara terbuka." gumamnya.
Otak Surya terus bekerja dan batinnya bertarung sendiri sampai akhirnya dia harus menyerah oleh rasa kantuk yang menyerang matanya. Surya pun terlelap dan perasan yang damai serya bahagia.
####
Hari kembali berganti dan saat ini waktu sudah menunjukan pukul sebelas siang. Di waktu tersebut, Surya baru saja menunjukan tanda-tanda bangun dari tidurnya. Begitu kedua matanya terbuka, hal pertama yang Surya ingat adalah ponselnya untuk memeriksa petunjuk waktu.
Seperti biasa juga, Surya akan bermalas-malasan terlebih dahulu jika dia baru bangun tidur. Anak muda itu selalu mengecek sosial medianya dalam waktu yang tidak ditentukan sampai dia merasa bosan, baru anak muda itu memutuskan untuj keluar kamar.
Mungkin karena pengangguran, jadi Surya sering bertindak sesuka hatinya. Meski kadang orang tuanya geram dengan tingkah Surya, tapi anak muda itu tetap saja menunjukan siap cuek selagi dia belum menemukan kesibukan rutin yang bisa menghasilkan uang tetap.
"Anak yang lain jam segini udah ngumpulin uang banyak, eh, kamu, jam segini malah baru bangun," sindir Emak begitu melihat anaknya keluar dari rumah dan duduk di warung menghampiri sang emak.
"Emang kamu nggak bosen, Sur, hidupmu kaya gitu terus? begadang bangun siang, begadang bangun siang."
"Ya bosen nggak bosen, Mak," jawab Surya cuek sambil mencomot gorengan dan langsung menikmatinya. "Nanti kalau udah dapat kerja, Emak pasti bakalan kangen sama aku yang biasa bangun siang."
"Dih, mana ada," bantah emak setelah mencebikan bibirnya. "coba sih cari info sama teman teman kamu yang sudah pada kerja."
"Sudah, Mak," jawab Surya. "Sampai capek aku tanya sama mereka. Loker lagi pada kosong," ujarnya. "Lagian kan Mas Malik pesan, aku lebih baik nerusin usaha bapak daripada kerja."
"Tapi kapan mulainya?" protes emak. "Mbok ya kalau mau meneruskan usaha bapak, tiap hari kamu tuh main ke toko, bukannya bangun siang terus."
Surya langsung cengengesan. "Gampang, nanti mak, kalau panggilan dekorasi mulai sepi," jawab Surya. "Minggu ini aja ada dua tempat, yang menginginkan dekorasi berbeda. Aku harus bisa fokus demi kepuasan klien."
"Dih, klien, sok sibuk kamu," cibir Emak tapi si anak kembali cengengesan.
Di saat ibu dan anak itu masih asyik berdebat, mereka kedatangan tamu yang hendak membeli makanan. Di saat itu pula, ponsel Surya berdering dan dia segera mengangkatnya.
"Apa? Iya, aku ke sana segera," ujar Surya begitu menerima panggilan telfon. Anak muda itu pun bergegas keluar warung untuk memenuhi panggilan seseorang.