Gadis Incaran Vampir

Nelson menghentikan mobilnya di depan pekarangan rumah Martha. Ini memang sudah sangat larut. Tapi ternyata, Darryl masih ada di rumah Martha. Pria itu dan bibi Martha langsung menghampiri mobil Nelson yang berhenti di depan pekarangan.

Nelson melihatnya. Dia hanya melirik ke arah Angel yang sepertinya memang tidak terlalu dekat dengan Darryl, atau terlalu perduli. Buktinya saat Nelson melihat ke arah Angel. Gadis itu malah lebih dulu menoleh ke arah bibi Martha, alih-alih melihat ke arah Darryl yang setengah berlari menghampirinya.

"Angel..."

"Ibu" kata Aline yang memeluk ibunya.

Aline benar-benar merasa khawatir pada ibunya. Takut ibunya sangat mencemaskannya. Dari mata Martha, sebenarnya kekhawatiran itu sama sekali tidak bisa disembunyikan.

"Syukurlah kalian baik-baik saja!"

"Angel kamu baik-baik saja?" tanya Darryl.

Angel mengangguk perlahan. Dia segera menghadap ke arah Nelson.

"Tuan Nelson terimakasih banyak sudah mengantar kami sampai di rumah" kata Angel yang langsung di angguki oleh Nelson sambil membenarkan posisi kacamatanya.

"Tuan Nelson, terimakasih sudah menjaga anak-anak. Terimakasih banyak" kata bibi Martha.

"Tidak masalah nyonya. Semuanya terjadi di luar pengawasanku. Tapi itu tetap akan aku pertanggung jawabkan. Aku berjanji pada kalian. Tidak akan terjadi hal seperti itu lagi! Sudah malam, aku permisi!" kata Nelson yang segera masuk ke dalam mobil dan pergi.

"Kamu tidak terluka?" tanya Darryl yang masih berusaha memperhatikan Angel.

Angel menggelengkan kepalanya.

"Tidak kak, tidak apa-apa!" kata Angel.

Sebenarnya tadi salah satu sudut bibirnya terluka. Tapi karena memang obat yang diberikan oleh Nelson itu sangat ajaib. Luka itu hilang seketika.

"Ibu lega tuan muda Valleroy yang mengurus semua ini. Sejak dulu, ibu memang sering mendengar kalau nona muda keluarga Nowela itu sangat suka cari masalah. Itulah kenapa ibu selalu katakan pada kalian. Jauhi pada bangsawan itu!" kata Martha yang masih terlihat khawatir.

"Kami juga tidak tahu Bu, kenapa si Pamela itu menuduh Angel. Ada dua saksi, tapi kata tuan Nelson mereka hanya cari perhatian Pamela. Untuk apa mereka menuduh kita? menyebalkan!" keluh Aline.

"Tapi tuan Nelson bilang, tidak akan ada lagi hal seperti ini. Bibi jangan khawatir" kata Angel merangkul lengan Martha.

Mereka berbincang beberapa saat. Hingga Aline mengeluh kelelahan dan minta di antar ibunya masuk ke dalam rumah. Karena sudah larut malam, Darryl juga berpamitan pada Angel.

Darryl masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangannya pada Angel. Awalnya Angel hanya mengangguk dan sedikit tersenyum. Sebenarnya hari ini cukup membuatnya shock.

Namun ketika dia akan berbalik, dia ingat tentang pemikirannya tadi pagi. Bukankah ketika dia melambaikan tangan pada Darryl. Akan selalu terjadi masalah pada tangannya itu. Pria yang dingin itu, yang tadi siang bersikap sangat acuh seolah tak mengenalnya itu, bukankah akan memberikan pelajaran padanya.

Dan muncullah ide yang sebenarnya sedikit konyol di pikiran Angel. Angel mengangkat tangannya, dan melambaikan tangan pada Darryl.

"Sampai bertemu besok, Angel!" Darryl tersenyum karena Angel membalas lambaian tangannya.

"Sampai jumpa kak Darryl!" sahut Angel.

Setelah mobil Darryl menghilang dari pandangannya. Angel pun masuk ke dalam rumah.

Matanya tampak sedikit berputar, dia benar-benar ingin lihat. Apa yang akan pria itu lakukan ketika dia kembali melambaikan tangan pada Darryl. Memang sedikit konyol, tapi Angel penasaran saja, apa benar semua prasangkanya.

Angel membersihkan dirinya dan bersiap berbaring di tempat tidurnya.

Namun ketika dia akan membaringkan tubuhnya yang terasa lelah. Dia langsung terjingkat, bahkan langsung melompat dari tempat tidurnya.

Pria itu ada di atas tempat tidurnya.

'Apakah aku bermimpi? aku bahkan belum memejamkan mata' batin Angel.

Bahu gadis itu naik turun dengan cepat. Tatapannya tidak beralih dari pria yang berbaring di tempat tidurnya, dan kini bangkit perlahan memposisikan dirinya duduk dengan kaki satu ditekuk dan satu lagi diluruskan.

Pria itu menatap Angel dengan tatapan yang langsung bisa membuat seluruh tubuh Angel merinding.

'Aku pasti berhalusinasi. Ini pasti hanya halusinasi. Jendela tertutup dan terkunci, pintu juga aku kunci. Ini hanya halusinasi, aku terlalu memikirkan sikapnya tadi siang yang sok gak kenal itu. Aku tinggal memejamkan mata. Dia akan hilang' batin Angel.

Dan Angel segera melakukan apa yang di katakan dalam hatinya itu. Gadis itu sungguh memejamkan matanya. Berharap ketika dia membuka mata, pria itu sudah tidak ada di atas tempat tidurnya dengan posisi meresahkan seperti itu.

Satu detik, dua detik...

Angel membuka matanya perlahan.

Deg

Pria itu memang sudah tidak berada di atas tempat tidurnya. Tapi pria itu kini berada persis di depan Angel.

"Kamu sudah tahu, aku tidak suka kamu bicara manis, dan melambaikan tangan pada pria lain! kenapa masih dilakukan?" tanya Zevran dengan suara yang benar-benar bisa membuat jantung berdebar sangat kencang.

Suara Zevran mengandung kecubungg sepertinya. Benar-benar bisa memabukkan siapapun yang mendengarnya.

Rasa takut itu sebenarnya masih ada dalam diri Angel. Tapi entah kenapa, dia merasa pria di depannya itu tidak semenakutkan apa yang dia kira. Meski jantungnya masih berdebar tak menentu, terlihat jelas dari bahunya yang naik turun begitu cepat. Bahkan untuk bisa mengeluarkan suaranya, Angel dengan susah payah berusaha menelan salivanya yang sulit meluncur mulus di kerongkongannya itu.

Angel pada akhirnya membalas apa yang Zevran katakan.

"Kamu benar-benar dia?" tanya Angel.

Angel hanya ingin memastikan, kalau bukan hanya dirinya yah merasakan hal ini. Entah ini mimpi atau kenyataan. Angel hanya ingin memastikan kalau Zevran juga mengalami hal ini.

"Dia?" balas Zevran bertanya, dengan tatapan seperti ingin menerkam Angel dalam satu lahapann.

"Zevran Valleroy!" ucap Angel dengan bahu kian naik turun.

Gadis itu sudah seperti mempertaruhkan nyawanya untuk bicara. Tapi pria itu selalu menanggapinya dengan sangat santai.

"Menurutmu?" Tanya Zevran dengan suara yang masih tak kalah darat dari sebelumnya.

Kesabaran Angel benar-benar di uji. Kalau saja dia tidak takut pria itu tiba-tiba mengigitt tangannya lagi, atau tidak takut pria itu tiba-tiba menciumnya paksa lagi. Dia pasti sudah mendorong pria itu menjauh. Kenapa juga harus terus mendekat setiap dia bicara.

Angel mundur beberapa langkah. Tapi pria itu juga terus maju mengikuti Angel.

"Bukan! pasti bukan. Ini hanya mimpi, pergilah dari mimpiku. Jangan datang lagi! kamu membuatku tidak bisa tenang!" kata Angel.

Alih-alih mendengarkan, pria itu malah asik sendiri dengan arah pandangannya. Zevran memandang ke arah sudut bibir Angel.

"Pasti sakit ya?" tanya pria itu dengan nada suara yang berbeda. Tidak dingin dan datar lagi, tapi cenderung sangat lembut dan penuh perhatian.

Deg

Tangan pria itu bahkan menyentuh bibir Angel.

"Apa yang kamu laku... empttt!"

Serangan mendadak lagi! Zevran kembali menciumm bibir Angel secara tiba-tiba.

"Aku sedang mengobatimu" kata pria itu di sela ciumannya.

Angel baru mau membalas ucapan itu, tapi baru buka mulut. Zevran kembali membungkam Angel dengan ciumannya.

'Agkhhh, lepaskan aku. Mana ada orang mengobati bibir yang terluka dengan cara seperti ini. Lepaskan!' pekik Angel dalam hatinya.

***

Bersambung...