Ariel tak menyangka pernikahannya dengan Luna, wanita yang sangat dicintainya, hanya seumur jagung.
Segalanya berubah kala Luna mengetahui bahwa adiknya dipersunting oleh pria kaya raya. Sejak saat itu ia menjelma menjadi sosok yang penuh tuntutan, abai pada kemampuan Ariel.
Rasa iri dengki dan tak mau tersaingi seolah membutakan hati Luna. Ariel lelah, cinta terkikis oleh materialisme. Rumah tangga yang diimpikan retak, tergerus ambisi Luna.
Mampukah Ariel bertahan ataukah perpisahan menjadi jalan terbaik bagi mereka?
Ikuti kisah mereka hanya di sini;👇
"Setelah Kita Berpisah" karya Moms TZ bukan yang lain.
WARNING!!!
cerita ini buat yang mau-mau aja ya, gaes.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1# Pertengkaran
"Jangan harap Ibu akan hadir di pernikahanmu!"
Kata-kata itu menghantam Ariel seperti gelombang tsunami, menghancurkan semua harapan dan impiannya. Dia terdiam, membeku di tempatnya, tak mampu berkata apa-apa.
Wajah ibunya yang keras dan tak terbantahkan, tatapan ayahnya yang penuh kekecewaan, semuanya terpatri jelas di benaknya. Kenangan itu kembali menghantuinya, semakin jelas dan menyakitkan.
"Pokoknya ibu nggak setuju kamu nikah sama dia, Ariel!" kata Bu Endang dengan tegas.
Ariel berdiri di hadapan ibunya, wajahnya penuh keyakinan. "Tapi aku mencintainya, Bu," sahutnya, berusaha meyakinkan. "Tolong, restui kami."
"Turuti perkataan ibumu, Riel. Insting orang tua itu kuat, Nak. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu," timpal Pak Herman, suaranya lembut namun tegas.
"Tapi kebahagiaanku ada bersamanya, Yah!" Ariel meninggikan suara, frustrasi. "Kenapa Ibu nggak suka sama Luna? Apa karena dia bukan dari keluarga berada seperti kita?"
Bu Endang menggeleng. "Bukan itu masalahnya, Riel. Ibu punya alasan sendiri. Kamu belum mengerti."
"Justru karena aku nggak ngerti, Bu! Kenapa Ibu selalu mengatur hidupku!" Ariel berdiri, mengepalkan tangan.
Pak Herman mendekat, berusaha menenangkan. "Ariel, jangan membentak ibumu! Hargai keputusannya."
"Aku sudah dewasa, Yah! Aku berhak menentukan pilihanku sendiri!"
Bu Endang menatap Ariel dengan tatapan yang sulit diartikan. "Ibu hanya tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari, Riel. Ibu merasa Luna bukan perempuan yang tepat untukmu."
"Ibu tahu dari mana? Ibu bahkan belum mengenalnya!" sergah Ariel, nadanya meninggi.
"Tidak penting dari mana Ibu tahu. Yang jelas, Ibu tidak akan merestui pernikahan kalian!" ucap Bu Endang, final.
.
.
.
.
.
Ariel membuka mata, tersentak dari lamunannya. Kata-kata ibunya masih terngiang jelas di telinganya, seolah baru diucapkan kemarin. Dia menoleh ke arah Luna yang membelakanginya, terlelap di ranjang.
Helaan napas berat lolos dari bibir Ariel. Dia merindukan Luna yang dulu, Luna yang sederhana dan menerima dirinya apa adanya. Bukan Luna yang sekarang, yang selalu menuntut lebih dan membandingkannya dengan orang lain.
Semalam, mereka kembali bertengkar. Pertengkaran yang sama, dengan alasan yang sama pula. Luna selalu mengungkit tentang adik perempuannya yang dinikahi seorang pengusaha kaya raya.
"Aku ingin seperti adikku, Mas. Hidupnya enak, nggak perlu kerja keras. Semua yang dia mau, tinggal minta sama suaminya," gerutu Luna, matanya berkaca-kaca.
Ariel berusaha menenangkan Luna, meskipun hatinya sendiri terluka. "Sayang, kita 'kan sudah sepakat untuk membangun semuanya bersama-sama. Kita memang belum kaya, tapi kita punya cinta dan kebersamaan."
Luna mendengus sinis. "Cinta doang nggak cukup, Mas! Aku ingin kepastian. Aku ingin masa depan yang lebih baik!"
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Ariel, nadanya lirih. Dia merasa tidak berdaya menghadapi tuntutan Luna.
"Kamu harus lebih ambisius dong, Mas! Cari kerja sampingan kek, atau buka usaha sendiri. Jangan cuma jadi karyawan biasa begini!"
"Aku sudah bekerja keras, Sayang. Aku lembur setiap hari. Tapi, penghasilanku memang segini adanya," jawab Ariel, berusaha sabar.
"Ya itu salahmu sendiri! Kenapa nggak cari kerjaan yang gajinya lebih besar? Percuma sekolah tinggi-tinggi kalau dapet kerja, tapi gajinya pas-pasan!"
Ariel terdiam. Dia tahu, Luna tidak bermaksud menyakitinya. Akan tetapi, kata-katanya itu tetap saja menusuk hatinya. Dia merasa gagal sebagai suami, karena tidak bisa memberikan kebahagiaan materi yang Luna inginkan.
"Sayang, kamu kan tahu, jaman sekarang nyari kerjaan itu susah. Aku itu sudah beruntung dapet kerja di perusahaan besar. Gajiku juga sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan kita."
"Mana ada cukup, Mas! Sedangkan kita beli mobil sama rumah saja masih mengangsur. Apa itu yang kamu bilang cukup?"
"Tapi seharusnya kita bersyukur, Sayang. Di luaran sana masih banyak yang lebih di bawah kita."
"Itu karena yang kamu lihat di bawah kita, Mas. Coba kamu lihat mereka yang hidupnya di atas kita! Apalah kita ini, hanya butiran debu, Mas. Kita akan terus terinjak!"
"Cukup, Luna! Sampai kapan kamu akan terus membandingkan kehidupan kita dengan orang lain!" Ariel tak bisa lagi menahan emosinya.
"Kamu membentakku, Mas? Tega kamu!" Luna tak terima. " Kamu dulu berjanji akan membahagiakanku ketika kita masih pacaran, tapi mana buktinya? Bahkan aku masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhanku sendiri!"
Luna membalikkan badan, memunggunginya. Ia terisak, air matanya membasahi pipi.
Ariel menghela napas, berusaha menahan emosinya. "Sayang, maafkan aku. Aku...aku tidak bermaksud membentakmu. Maaf, kalau aku belum bisa membuatmu bahagia. Tapi, aku sudah melakukan yang terbaik. Aku kerja keras setiap hari, aku bahkan rela mengambil pekerjaan tambahan demi memenuhi kebutuhan kita."
"Ya itu memang tanggungjawab kamu sebagai suami lah, Mas! Memenuhi semua kebutuhan istri. Aku juga pengin kali kayak wanita lain, dimanja sama suaminya," sahut Luna dengan ketus.
"Percuma punya orangtua berada, tapi membiarkan anaknya hidup kekurangan! Aku capek hidup seperti ini terus!" Luna masih menggerutu.
Ariel terdiam, dia mendekat dan mencoba memeluk Luna, tetapi Luna justru menepis tangannya. "Jangan sentuh aku! Sebelum kamu bisa memenuhi semua keinginanku!"
Ariel tertegun, hatinya hancur berkeping-keping. Beberapa hari setelah menghadiri resepsi pernikahan adiknya, Luna menjadi pribadi yang berbeda. Rumah mereka yang dulunya penuh cinta dan tawa, kini dipenuhi dengan penyesalan dan kekecewaan.
Ariel menghela napas panjang. Percuma saja melanjutkan perdebatan ini. Luna tidak akan pernah mengerti. Dia selalu memprioritaskan kebahagiaan batin dan kebersamaan, sementara Luna selalu terobsesi dengan materi dan kekayaan.
Ariel bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Dia menatap langit malam yang dipenuhi bintang, mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya.
"Kenapa kamu bisa berubah secepat ini, Sayang? Mana Luna yang dulu aku kenal?" gumam Ariel dalam hati dengan perasaan hancur. Dia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
"Apakah Ibu benar?" gumam Ariel lirih, nyaris tak terdengar. "Apakah aku akan menyesalinya?"
Keraguan mulai menghantuinya. Dia mencintai Luna, sangat mencintainya. Akan tetapi, apakah cintanya saja cukup untuk mengatasi semua masalah yang mereka hadapi? Apakah dia bisa memberikan kebahagiaan yang Luna inginkan?
.
.
.
Jumpa lagi dengan karya Moms TZ, author yang masih amatir.
DEAR, PEMBACA YANG BUDIMAN 🤗
Moms jelaskan sedikit, ya. Mungkin banyak pembaca yang belum paham soal aturan-aturan untuk menulis di PF NovelToon.
Jadi, di NovelToon ini ada yang namanya perhitungan retensi untuk setiap karya yang on going. Semisal kalian baca novelnya tapi nggak lanjut lagi, atau lompat bab dan numpuk bab. Nah, perhitungan retensi novel itu menjadi kacau.
Sang author bisa saja gagal mendapat bonus dari retensi bab terbaik. Kasihan kan, kalau misal author tersebut menjadi gagal dapat bonus gara-gara kita tidak lanjut baca karyanya. Karena tidak semua author di sini mendapatkan bonus ya, gaes.
Juga hati-hati dengan jempol atau jari kalian. Jadi sangat disarankan jika dari awal sudah memberi like, maka selanjutnya untuk memberikan like setiap kali selesai baca.
Ini bukan sok menggurui ya, gaes. Just for information, ya. Senang sekali kalau sesama kita saling menghargai. Terimakasih atas pengertiannya.🤗
tapi seru 😂👍