NovelToon NovelToon
Melahirkan Anak Rahasia CEO

Melahirkan Anak Rahasia CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Anak Kembar
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda wistia fitri

Menginjak usia 20 tahun Arabella zivana Edward telah melalui satu malam yang kelam bersama pria asing yang tidak di kenal nya,semua itu terjadi akibat jebakan yang di buat saudara tiri dan ibu tirinya, namun siapa sangka pria asing yang menghabiskan malam dengan nya adalah seorang CEO paling kaya di kota tempat tinggal mereka. Akibat dari kesalahan itu, secara diam-diam Arabella melahirkan tiga orang anak kembar dari CEO tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda wistia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Keesokan harinya, suasana di Arabella Technology berjalan seperti biasa.

Para staf sibuk keluar masuk ruang riset, layar-layar di laboratorium menampilkan data uji coba chip terbaru yang akan dikirim ke Abu Dhabi.

Di tengah kesibukan itu, Arabella duduk di ruang kerjanya, fokus memeriksa hasil simulasi performa chip generasi baru.

Suara ketukan pelan di pintu memecah konsentrasi.

“Masuk,” ucapnya tanpa menoleh.

Eliza, asisten pribadinya, melangkah masuk dengan ekspresi ragu.

“Bella… ada dua orang yang ingin menemui Anda,” katanya pelan.

“Siapa?” tanya Arabella masih menatap layar.

“Mereka bilang… Ayah dan Ibu Anda.”

Arabella sontak menghentikan aktivitasnya.

Tangannya yang memegang pena berhenti di udara, lalu perlahan diletakkan di atas meja.

Ia menarik napas panjang sebelum menjawab datar,

“Suruh mereka naik. Aku akan temui di sini.”

Eliza tampak khawatir. “Bella, apa kamu yakin, ?”

Arabella tersenyum samar.

“Tenang saja, Eliza. Aku sudah cukup kuat untuk menghadapi siapa pun dari masa lalu.”

Beberapa menit kemudian, pintu kembali terbuka.

Julian masuk lebih dulu, berpenampilan necis seperti biasa, diikuti oleh Chaterine yang mengenakan gaun mahal berwarna merah marun, lengkap dengan perhiasan mencolok.

Keduanya tampak begitu percaya diri, seolah datang bukan untuk meminta, tapi menawarkan sesuatu.

Arabella tetap duduk di kursinya, tak sedikit pun berdiri menyambut.

Tatapannya tenang, tapi dingin.

“Kursi di depan masih kosong. Silakan duduk,” katanya datar.

Julian mencoba tersenyum.

“Bella… kau terlihat luar biasa sekarang. Papa bangga sekali padamu.”

Arabella hanya menaikkan satu alisnya.

“Bangganya baru muncul setelah tahu aku menghasilkan seratus miliar dalam seminggu?”

Chaterine tersenyum tipis, menyilangkan kaki dengan angkuh.

“Oh Bella, jangan bicara seolah kau sudah sangat berkuasa. Tanpa nama Edward, kau bukan siapa-siapa.”

Arabella menatapnya tajam, lalu tersenyum dingin.

“Nama Edward justru menjadi beban. Aku membangun semua ini tanpa sedikit pun bantuan dari kalian.”

Julian berdehem, mencoba menengahi.

“Sudahlah, jangan seperti ini. Papa datang bukan untuk bertengkar. Aku hanya ingin memperbaiki hubungan keluarga kita.”

“Hubungan?” Arabella menatapnya lurus. “Hubungan macam apa yang papa maksud? Saat papa mengurungku lima tahun lalu? Saat papa menutup mata ketika aku kehilangan segalanya?”

Chaterine mencondongkan tubuhnya ke depan, suaranya lembut tapi penuh sindiran.

“Bella, kau masih menyimpan dendam rupanya. Papa hanya ingin yang terbaik. Kau tahu, bisnis real estat butuh tangan dingin sepertimu. Kami berpikir… bagaimana kalau Opulent Holdings dan Arabella Technology bekerja sama?”

Arabella menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyilangkan tangan di dada.

“Kerja sama? Maksudmu, aku menyerahkan hasil jerih payahku supaya kalian bisa kembali menguasainya?”

Julian menatapnya dengan senyum penuh strategi.

“Kalau dua perusahaan besar ini digabungkan, kita akan menjadi konglomerat terbesar di negeri ini. Bayangkan saja, Bella, kekuatan keluarga Edward kembali utuh.”

Arabella berdiri perlahan, lalu berjalan ke arah jendela besar di belakangnya.

Cahaya matahari jatuh di wajahnya, menyoroti sorot mata dingin yang kini tak lagi menyimpan kelemahan.

“Keluarga Edward?” katanya pelan tapi tajam.

“Keluarga itu sudah mati sejak kalian mengubur Ibu dengan aib dan kebohongan. Sekarang aku punya keluarga sendiri dan nama Edward tidak lagi berarti apa pun.”

Julian tampak geram, tapi Chaterine menahan tangannya dengan senyum palsu.

“Kau pikir kau bisa melawan kami sendirian, Bella? Dunia bisnis tidak sebersih yang kau bayangkan.”

Arabella berbalik, menatap keduanya penuh wibawa.

“Aku sudah hidup di tempat paling kotor yang kalian ciptakan. Tidak ada yang lebih kotor dari itu.”

Keheningan panjang menyelimuti ruangan.

Julian akhirnya berdiri, wajahnya kembali dingin dan penuh gengsi.

“Kau akan menyesal menolak tawaran ini.”

Arabella menatapnya tanpa gentar.

“Aku sudah menyesal cukup banyak karena mempercayai kalian dulu. Sekarang giliran kalian yang akan menyesal karena meremehkanku.”

Julian menarik tangan Chaterine, lalu berjalan keluar ruangan tanpa berkata apa-apa lagi.

Begitu pintu tertutup, Eliza masuk perlahan, membawa secangkir teh.

“Kau baik-baik saja Bella?”

Arabella menarik napas panjang, menatap langit dari balik jendela.

“Aku baik-baik saja, Eliza. Tapi sepertinya… badai baru saja mulai.”

Arabella tahu benar, penolakan yang baru saja ia lontarkan pada Julian dan Chaterine tidak akan berhenti begitu saja.

Ia bisa membaca ambisi papa nya bahkan dari cara Julian menatap tatapan seorang pria yang tidak akan pernah puas sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sambil menatap layar komputer di depannya, Arabella mengembuskan napas panjang.

“Mereka tidak akan diam. Aku harus bertindak sebelum mereka melangkah lebih jauh,” gumamnya pelan.

Ia membuka berkas digital tentang Opulent Holdings Company, perusahaan milik keluarga yang kini dikuasai Julian.

Di dalam laporan itu tercantum jelas 17% saham milik mendiang ibu Arabella masih tercatat atas namanya yang secara hukum kini menjadi milik Arabella sebagai ahli waris tunggal.

Saham itu mungkin tampak kecil, tapi dalam dunia bisnis, 17% bisa menjadi kunci pengendali.

Jika ia berhasil memindahkan kepemilikan saham tersebut ke bawah Arabella Technology, maka posisinya di dunia korporasi akan semakin kuat, bahkan mampu menyaingi perusahaan ayahnya sendiri.

Tanpa menunggu lama, Arabella meraih ponselnya dan menekan nama yang sangat ia percayai Leo, sepupunya sekaligus penasihat hukumnya.

“Halo, Leo. Aku butuh kamu datang ke kantor sekarang juga. Ini soal saham mama ku”

“Saham Opulent Holdings?” suara Leo di seberang terdengar serius.

“Ya. Aku baru saja menolak tawaran kerja sama dari Papa dan Chaterine. Aku yakin mereka akan segera mencari celah untuk mengambil saham warisan itu. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhnya.”

“Aku paham, Bella. Aku akan ke sana dalam waktu lima belas menit.”

Arabella menutup teleponnya, lalu bersandar di kursi.

Ia menatap foto ibunya yang terpajang di meja seorang wanita lembut yang kini hanya tinggal kenangan, tapi menjadi sumber kekuatan terbesar dalam hidupnya.

“Tenang, ma… kali ini aku tidak akan kalah lagi.”

Tak lama kemudian, pintu ruangan diketuk. Leo masuk dengan berkas di tangan, wajahnya tegas seperti biasa.

“Oke, ceritakan semuanya dari awal,” katanya sambil duduk di hadapan Arabella.

“Julian dan Chaterine datang ke sini. Mereka ingin menggabungkan Opulent Holdings dengan Arabella Technology tapi aku tahu itu hanya alasan untuk mengambil alih semua yang sudah kubangun,” jelas Arabella dengan nada tajam.

“Klasik gaya Julian,” gumam Leo. “Kita harus segera buat langkah hukum untuk mengamankan 17% saham milik mamamu. Kalau tidak, mereka bisa manipulasi data kepemilikan atau memanfaatkan celah administrasi lama.”

“Kamu bisa urus semuanya?”

“Bisa. Tapi kita harus bergerak cepat sebelum mereka tahu kita sedang bertindak.”

Arabella mengangguk mantap.

“Lakukan apa pun yang perlu, Leo. Aku tidak akan membiarkan siapa pun lagi merampas warisan mama.”

Leo menyalakan laptopnya dan menghubungkan flashdisk berisi salinan dokumen saham lama yang ia simpan sejak beberapa tahun lalu.

Layar menampilkan berkas dengan judul “Legacy Shareholder Agreement Opulent Holdings (Revised)”.

Arabella memperhatikan setiap detail di layar dengan seksama.

Awalnya semuanya tampak normal data kepemilikan, nomor sertifikat, dan tanda tangan ibunya masih tercantum jelas.

Namun ketika Leo memperbesar bagian bawah dokumen, keduanya saling berpandangan.

“Tunggu… ini apa?” gumam Leo dengan kening berkerut.

Di sana, tepat di bawah tanda tangan mendiang ibunya, terdapat tambahan digital bertanggal dua tahun setelah kematian ibunya.

Sebuah pembaruan dokumen yang disahkan oleh Catherine Edward dengan status “Direktur Sementara Keluarga Edward”.

Arabella menegang.

“Catherine? Tapi… dia tidak pernah punya wewenang atas saham itu.”

Leo menggeser kursor ke kolom komentar digital yang tersemat pada file tersebut.

Komentar itu berisi pernyataan bahwa 17% saham mendiang Mrs. Eveline dipindahkan sementara ke rekening perusahaan induk Opulent Holdings untuk stabilitas modal perusahaan.

Leo memukul meja pelan, nadanya geram.

“Ini manipulasi administratif. Mereka memalsukan otorisasi setelah ibumu meninggal. Dengan cara ini, sahammu bisa dianggap bagian dari aset perusahaan, bukan milik pribadi.”

Arabella memejamkan mata, menahan emosi.

Ia bisa membayangkan Catherine dan Julian menyusun rencana itu dengan penuh perhitungan, menunggu waktu yang tepat untuk mengambil alih semuanya.

“Mereka pikir aku tidak akan pernah tahu…” katanya pelan tapi penuh amarah.

“Tapi mereka salah besar.”

Leo mengetik cepat di laptopnya, membuka sistem data hukum dan kepemilikan saham.

“Kita masih bisa melacak dokumen asli sebelum revisi ini. Aku punya akses ke notaris lama yang dulu menangani transaksi saham ibumu. Jika kita bisa dapatkan salinan fisik dengan cap basah, itu bukti kuat bahwa revisi ini palsu.”

“Baik. Aku akan ikut. Aku tidak mau hanya menunggu,” balas Arabella tegas.

Leo menatapnya, sedikit khawatir.

“Kau yakin ingin terlibat langsung? Catherine dan Julian tidak akan tinggal diam kalau tahu kita menyelidiki ini.”

Arabella tersenyum miring, mata cokelatnya berkilat tajam.

“Justru karena itu aku harus ikut. Mereka harus tahu, Arabella yang dulu sudah mati. Sekarang mereka berhadapan dengan seseorang yang tidak akan mundur lagi.”

Suasana ruangan menjadi tegang namun penuh tekad.

Lampu sore menembus kaca jendela besar kantor Arabella Technology, menyorot wajah Arabella yang kini bukan lagi gadis yang terluka melainkan wanita yang siap berperang melawan keluarganya sendiri demi keadilan ibunya.

1
tia
update lebih banyak Thor
tia
lanjut dobel up thor
tia
tumben belom thor
tia
lanjut thor
tia
lanjut Thor,,, semakin seru 👍
tia
lanjut thor cerita ny bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!