NovelToon NovelToon
Mencintai Dalam Diam

Mencintai Dalam Diam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Husnul rismawati

kisah cinta di dalam sebuah persahabatan yang terdiri atas empat orang yaitu Ayu , Rifa'i, Ardi dan Linda. di kisah ini Ayu mencintai Rifa'i dan Rifa'i menjalin hubungan dengan Linda sedangkan Ardi mencintai Ayu. gimana ending kisah mereka penasaran kaaan mari baca jangan lupa komen, like nya iya 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Husnul rismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 25 sakit takberdarah

Minggu pagi itu, sinar matahari menembus tirai kamar Ayu, membawa serta janji hari yang lebih cerah. Ayu sedang duduk di teras rumahnya, ditemani Ardi. Mereka berdua asyik membahas desain-desain baju baru yang akan dijual di website. Secangkir teh hangat dan beberapa sketsa berserakan di meja.

"Menurutku, model yang ini akan laris manis, Yu. Simpel tapi elegan," kata Ardi sambil menunjuk salah satu sketsa.

Ayu mengangguk setuju, matanya berbinar penuh semangat. "Iya, aku juga suka yang itu. Tinggal cari kain yang pas, terus kita mulai produksi."

Tiba-tiba, sebuah motor berhenti di depan rumah Ayu. Ayu dan Ardi saling pandang, bertanya-tanya siapa yang datang sepagi ini. Tak lama kemudian, pintu pagar terbuka, dan munculah Rifa'i, kali ini tidak sendiri. Iyadi temani Linda. Jantung Ayu berdebar lebih kencang dari biasanya. 

Ayu berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa seperti diremas. Ardi, yang menyadari perubahan suasana, menoleh ke arah tamu dengan tatapan bertanya.

"Assalamualaikum! Lagi pada serius banget, nih. Kayak mau sidang skripsi aja," sapa Rifa'i, dengan nada usil khasnya.

"Waalaikumsalam, Rif! Ganggu aja, deh. Kita lagi mikirin nama yang cetar buat koleksi baju Ayu," jawab Ardi, sambil melirik Linda. "Eh, ada Linda juga. Tambah rame, nih."

"Hai, mbak Ayu! Maaf ya, baru bisa jenguk sekarang. Kemarin  Rifa'i sibuk banget ngurusin acara kampus," kata Linda, sambil memeluk Ayu sekilas.

"Santai aja, Lin. Yang penting kalian datang," balas Ayu, sambil tersenyum. "Eh, kalian punya ide nggak buat nama koleksi baju? Aku sama Ardi lagi mentok, nih."

"Wah, boleh tuh! Aku kan ratunya ide," kata Linda, sambil memasang pose berpikir. "Hmm... gimana kalau 'Medan Metropolitan'? Atau 'Sumatera Style'?"

"Terlalu generik gak sih yang, Nggak ada gregetnya," komentar Rifa'i, sambil menjitak pelan kepala Linda.

"Enak aja! Coba kamu kasih ide yang lebih bagus," balas Linda, sambil cemberut.

"Oke, oke. Gimana kalau 'Batak Chic'? Atau 'Horas Haute Couture'?" usul Rifa'i, sambil tertawa.

"Horas Haute Couture? Seriusan, Rif? Kayak nama band metal aja," celetuk Ardi, sambil terkekeh.

"Eh, tapi lumayan juga idenya," kata Ayu, sambil berpikir. "Ada unsur lokalnya, tapi tetap modern."

"Tuh kan! Dengerin Ayu, Di. Jangan meremehkan ide-ide brilianku," kata Rifa'i, sambil memasang wajah bangga.

"Iya, deh, iya. Terserah kamu aja, Rif. Yang penting jangan sampai nama koleksinya jadi 'Rifa'i Fashion'," balas Ardi, sambil tertawa.

"Enak aja! Nggak ada ya, nama koleksi baju ada nama cowoknya," protes Rifa'i, sambil pura-pura marah.

"Lho, kenapa nggak boleh? Kan ayang ku ini yang paling fashionable di antara kita," timpal Linda, sambil mengedipkan mata ke arah Rifa'i. 

Ayu tersenyum mendengar candaan mereka. Ia merasa lebih rileks dan bahagia.

"Udah, udah. Jangan berantem soal nama. Yang penting kita semua kasih ide yang terbaik buat Ayu," kata ardi, melerai. "Ayu, kamu sendiri gimana? Ada ide lain?"

Ayu berpikir sejenak. "Sebenarnya, aku kepikiran nama 'Songket Soul'. Gimana menurut kalian?"

"Songket Soul? Wah, keren juga! Ada unsur tradisionalnya, tapi tetap catchy," kata Ardi, sambil mengacungkan jempol.

"Aku juga suka! 'Songket Soul' kedengarannya elegan dan berkelas," timpal Linda.

"Nah, kan! Akhirnya Ayu punya ide yang paling bagus," kata Rifa'i, sambil tersenyum. "Berarti fix ya, namanya 'Songket Soul'?"

"Fix!" jawab Ayu, sambil tertawa. "Makasih ya, guys, udah bantuin mikirin nama. Kalian memang sahabat terbaikku."

"Sama-sama, Ayu. Kita selalu ada buat kamu," kata Rifa'i, sambil merangkul Ayu dan Linda.

"Betul banget! Apalagi kalau ada makanan gratis," timpal Ardi, sambil menyengir.

"Dasar, Ardi! Selalu aja mikirin makanan," kata Linda, sambil tertawa.

Suasana di teras rumah Ayu semakin hangat dan ceria. Mereka berempat melanjutkan obrolan dengan akrab, membahas rencana peluncuran koleksi "Songket Soul" dan berbagai ide promosi yang kreatif. Ayu merasa sangat beruntung memiliki sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyayanginya. Meskipun hatinya masih menyimpan sedikit luka, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ada Ardi, Rifa'i, dan Linda yang selalu siap menemaninya dalam suka maupun duka.

Setelah kepergian Rifa'i dan Linda, Ayu dan Ardi kembali melanjutkan diskusi mereka yang sempat tertunda. Namun, obrolan tentang desain dan strategi pemasaran terasa hambar. Pikiran Ayu masih tertinggal pada Rifa'i, pada senyumnya, pada candaannya, pada fakta yang menyakitkan: Rifa'i adalah kekasih Linda, sahabatnya sendiri.

Ayu berusaha keras untuk bersikap biasa, tapi hatinya terasa seperti diremas. Ia tahu, perasaannya pada Rifa'i adalah sebuah kesalahan. Ia tidak seharusnya mencintai kekasih sahabatnya sendiri.

Ardi, yang peka terhadap perubahan suasana hati Ayu, mencoba mencairkan suasana. "Yu, kamu yakin nggak apa-apa? Kok kayaknya melamun terus?"

Ayu tersentak dari lamunannya. "Eh, nggak kok, Di. Aku cuma lagi mikirin... nama yang pas buat koleksi kita." Ayu berbohong. Ia tidak ingin Ardi tahu tentang perasaannya pada Rifa'i. Ia tidak ingin Ardi tahu bahwa ia masih menyimpan harapan pada pria yang sudah menjadi milik orang lain.

Ardi menatap Ayu dengan tatapan menyelidik, tapi ia tidak memaksa. "Ya udah, kalau ada apa-apa cerita aja ya. Aku siap jadi tempat sampah buat semua keluh kesahmu." Ardi tersenyum, berusaha menghibur Ayu.

Ayu membalas senyum Ardi, meskipun hatinya terasa berat. "Makasih ya, Di. Kamu memang sahabat terbaik."

Mereka kembali fokus pada pekerjaan mereka, tapi pikiran Ayu tetap berkecamuk. Ia berusaha keras untuk mengenyahkan bayangan Rifa'i dari benaknya, tapi semakin ia berusaha, semakin kuat bayangan itu menghantuinya.

"Yu, coba lihat desain yang ini. Menurutmu gimana?" Ardi menyodorkan sebuah sketsa gaun dengan motif songket yang modern.

Ayu menatap sketsa itu, tapi ia tidak melihat apa-apa. Pikirannya masih tertuju pada Rifa'i dan Linda, pada kebahagiaan mereka berdua, pada kenyataan bahwa ia tidak mungkin memiliki Rifa'i. "Bagus, Di. Semuanya bagus," jawab Ayu singkat, tanpa memberikan komentar yang berarti.

Ardi menghela napas. Ia tahu ada sesuatu yang salah dengan Ayu. Ia tahu Ayu sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi ia tidak tahu apa.

"Yu, dengerin aku," kata Ardi, sambil meraih tangan Ayu. "Aku tahu kamu lagi nggak fokus. Aku tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Aku nggak akan maksa kamu cerita, tapi aku ingin kamu tahu, aku ada di sini buat kamu. Apapun yang terjadi."

Ayu menatap Ardi dengan mata berkaca-kaca. Ia ingin sekali menceritakan semuanya pada Ardi, mencurahkan semua perasaannya, tapi ia tidak berani. Ia takut Ardi akan kecewa, marah, atau bahkan menjauhinya. Ia juga takut Ardi akan melihatnya sebagai wanita yang tidak tahu diri, yang mencintai kekasih sahabatnya sendiri.

"Aku... aku nggak bisa cerita sekarang, Di," kata Ayu lirih. "Maaf."

Ardi mengangguk mengerti. "Nggak apa-apa, Yu. Aku akan sabar menunggu sampai kamu siap."

Ardi memeluk Ayu dengan lembut. Ayu membalas pelukan Ardi, mencoba mencari kekuatan dalam pelukannya. Ia merasa bersalah karena telah berbohong pada Ardi, karena telah menyembunyikan perasaannya. Tapi ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tahu, ia harus melupakan Rifa'i. Ia harus merelakan Rifa'i bahagia bersama Linda. Tapi bagaimana caranya?

"Makasih ya, Di," bisik Ayu. "Kamu memang sahabat terbaik."

Ardi mengeratkan pelukannya. "Aku akan selalu jadi sahabatmu, Yu. Selamanya."

Setelah beberapa saat berpelukan, Ayu dan Ardi melepaskan pelukan mereka. Mereka saling menatap, dan Ayu melihat ketulusan di mata Ardi. Ia tahu Ardi benar-benar menyayanginya sebagai sahabat. Ia juga tahu, Ardi mungkin menyimpan perasaan lebih dari sekadar sahabat padanya. Tapi ia tidak bisa membalas perasaan Ardi. Ia masih mencintai Rifa'i, meskipun ia tahu itu adalah sebuah kesalahan.

"Ya udah, kita lanjutin kerja ya," kata Ayu, mencoba mengalihkan perhatian.

Ardi mengangguk setuju. Mereka kembali fokus pada pekerjaan mereka, tapi suasana di antara mereka tidak lagi sama. Ada jarak yang tak terlihat, sebuah jarak yang disebabkan oleh rahasia yang disembunyikan Ayu, dan oleh cinta yang tak terbalas.

1
Guillotine
Sudah nggak sabar untuk membaca kelanjutan kisah ini!
husnul risma wati: trimakasih kakak sudah mampir di karya sayaa🤗 mohon dukungan nya like komen nya iya kak trimakasih... 🤗🤗
total 1 replies
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Ayo thor update secepatnya, kita semua sudah tidak sabar untuk baca terus nih!
husnul risma wati: iya kak , makasih iya kak udah komentar di sini saya akan lebih semangat lagi 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!