Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam Naungan Klan Revelton
Dr. Evans, dokter keluarga yang sudah tua dan dipercaya, tiba dengan cepat dengan tas besar di tangannya.
Ruangan langsung hening saat dia bekerja. Ryan menarik Devon menjauh untuk memberi ruang, tapi Devon menolak, bersikeras untuk tetap berada di samping tempat tidur melihat Ava dari dekat.
Dokter dengan hati-hati membuka pembalut darurat di luka wanita itu. Semua orang menarik napas dalam-dalam.
Sebuah luka sayatan yang kecil namun cukup dalam terbentang di pinggang belakangnya. Darah masih merembes sedikit.
"Cukup dalam," gumam Dr. Evans sambil membersihkan area sekitar luka dengan antiseptik. “Tapi sayatanmu cukup rapi, Devon. Dia akan baik-baik saja.”
Devon menghela napas panjang, wajahnya sedikit tenang. Ryan meletakkan tangan yang menenangkan di bahu putranya, merasakan otot-ototnya yang menegang.
Proses penjahitan luka itu terasa lama bagi Devon, apalagi ketika Ava merintih. Jarum menusuk kulit pucat itu, benang hitam menyatukan daging yang robek.
Ryan mendengar Devon memanggil nama Ava dalam bisikan dan wanita itu tidak bergerak, tak sadarkan diri, mungkin sudah kelelahan atau reaksi obat.
Hanya sekali, saat jarum menusuk lebih dalam, sebuah rintihan lemah keluar dari bibirnya, dan Devon langsung mengencengkan genggamannya pada tangannya.
*
*
Setelah luka tertutup rapi dengan perban putih bersih, Dr. Evans menyuntikkan antibiotik kuat dan obat penenang. "Dia akan tidur nyenyak," ujarnya. "Dia butuh istirahat total. Waspada jika demam."
Setelah dokter pergi, meninggalkan aroma disinfektan, ketegangan di kamar itu sedikit mengendur.
Ava terbaring lemah di tempat tidur, napasnya sudah lebih teratur, wajahnya masih pucat tapi tidak lagi seperti tadi.
Obat penenang membawanya ke alam mimpi yang jauh dari rasa sakit.
Ryan menutup pintu kamar perlahan. Dia menatap Devon yang masih duduk di tepi tempat tidur, menatap Ava dengan pandangan yang begitu dalam dan penuh perhatian, seolah takut wanita itu akan menghilang jika dia berkedip.
"Devon," panggil Ryan, suaranya lebih lembut sekarang. "Dia baik-baik saja. Kau istirahatlah.”
Devon menarik napas panjang dan dalam. Dia akhirnya beranjak dari tempat tidur.
Ryan melihat putranya. Devon, yang biasanya santai dan cukup cuek, sekarang berdiri di hadapannya dengan kekhawatiran yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Dan dia melihat cara Devon memandang wanita yang terbaring lemah di kamar itu. Itu adalah pandangan seorang pria yang hampir kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
"Kau sudah melacak latar belakangnya?" tanya Ryan.
Devon mengangguk. “Dia bersih sebelum bergabung bersama Don Vittorio. Dan semua ini karena Alex, kakaknya, yang merupakan orang kepercayaan Don Vittorio. Ava dimanfaatkan dan diintimidasi.”
Ryan mengangguk perlahan.
"Baiklah," kata Ryan, suaranya kembali berwibawa, tapi kali ini dengan nada protektif. "Dia akan bersama kita, dilindungi oleh Keluarga Revelton.”
Devon menatapnya. “Ya, dan dia akan selalu ada dalam pengawasanku.”
Ryan mengangkat tangannya dan menepuk bahu putranya. "Dia akan tinggal di sini untuk sementara, di mana kita bisa menjaganya. Kita akan mengerahkan tim keamanan kita. Perbatasan properti akan diawasi ketat. Tidak ada orang tak dikenal yang boleh mendekat. Aku juga akan melakukan beberapa panggilan. Don Vittorio perlu memahami bahwa mengganggu Ava sekarang berarti berurusan dengan keluarga Revelton dan Ivanov."
Setiap kata diucapkan Ryan dengan tenang tapi penuh kekuatan.
Ryan Revelton baru saja mengeluarkan perintah perlindungannya. Ava, entah dia menyadarinya atau tidak, sekarang berada di bawah naungan salah satu keluarga paling berpengaruh.
"Terima kasih, Dad," gumannya.
Ryan masih meletakkan tangannya di bahu Devon. "Dia penting bagimu. Itu sudah jelas. Dan apa yang penting bagimu, penting bagi kami."
Ryan memandang ke arah ranjang di mana Ava tertidur. "Sekarang, kau perlu istirahat. Dia akan baik-baik saja. Kita semua akan menjaganya."
*
*
Malam itu, Kediaman Revelton berjaga dengan lebih ketat. Lampu-lampu dari monitor keamanan memantul di ruang kontrol, menunjukkan setiap sudut properti yang luas.
Para penjaga berseragam berlalu lalang menjaga kediaman Revelton.
Dan di kamar tamu, Ava tertidur lelap, terlindungi. Devon memutuskan untuk berbaring di sofa yang dia tarik sampai ke samping tempat tidur, agar tangannya bisa menggenggam tangan Ava yang sekarang sudah lebih hangat.
Dia berjaga, dan tidak akan pergi kemana-mana.
Ryan dan Joey, sebelum beranjak ke kamarnya, berhenti sejenak di pintu kamar.
Dia melihat putranya yang masih berjaga, dan wanita yang telah membawa badai sekaligus cinta pada Devon.
Sebuah senyum kecil menghiasi bibir Joey. “Dia mencintainya, ya kan?” bisiknya.
“Hmm … itu terlihat jelas. Dia tak pernah menyembunyikan perasaannya. Jika dia suka maka dia akan mengungkapkanya dan mengejarnya sampai dapat. Itu sudah karakternya sejak kecil, right?”
Joey tertawa pelan dan mereka pun berbalik pergi.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔