Entah nasib sial, atau memang sudah menjadi takdir dari seorang Zakiya Alarice. Kedua kabar buruk menimpanya dalam satu waktu, yang pertama kabar kebangkrutan keluarganya hingga ia kehilangan semua aset-aset berharganya, dan yang kedua kabar penangkapan kakaknya yang selama ini menjadi satu-satunya pelindung untuknya karena kasus pembunuhan.
Kia yang selama ini hanya tahu tentang bersenang-senang, tiba-tiba dihadapkan pada masalah yang rumit. Tanpa tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan kekayaannya dan juga menolong kakaknya.
Disaat kebingungan itu, Kia menemui seorang pengacara atas perintah kakaknya. Namun, sang pengacara justru meminta dirinya untuk menjadi istri sirri sebagai imbalan untuk penyelesaian masalahnya.
Maukah Kia menjadi istri sirri sang pengacara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon annin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.25
"Aku sudah berusaha membawanya kembali, karena aku memiliki tanggung jawab atasnya sebagai suami. Namun, saat aku tahu dia telah membunuh calon anakku, aku tidak bisa lagi mentolerir tindakannya. Aku tidak ingin lagi ikut menanggung perbuatannya yang salah. Karena itu aku memutuskan untuk menceraikannya," ucap Satria setelah menceritakan kisahnya dengan Sarah.
"Sebenarnya, aku tidak pernah melakukan poligami. Karena hanya kamu-lah satu-satunya istriku. Aku hanya belum bisa membuat status kita resmi di mata hukum," sambung Satria.
Kini Satria dan Kia saling menatap. Semua jauh dari pikiran Kia. Tadinya Kia pikir, Satria sama saja dengan lelaki kebanyakan, yang tak puas dengan satu wanita, dan Satria telah memanfaatkan kasus kakaknya untuk menikahinya.
"Jadi, papa mertuamu tidak tahu soal hubunganmu yang sesungguhnya dengan Sarah?"
Satria mengangguk. "Kami menyembunyikannya, karena kondisi Tuan Aditya yang menderita sakit jantung. Dia selalu berharap kami bisa bersama, karena itulah Sarah tidak ingin aku mengurus perceraian ini."
"Sampai kapan semua ini, kamu juga bilang pernikahan kita ini bukan pernikahan kontrak. Lalu, apa kamu pernah memikirkan nasibku kedepannya, bagaimana jika aku hamil. Apa kamu juga sudah memikirkannya?"
Tentu saja Kia jadi khawatir, mengingat dia dan suaminya sudah melakukan hubungan suami istri. Bukan tidak mungkin kan, kalau dia bisa hamil.
"Aku akan membujuk Sarah pelan-pelan, dan aku akan mengatakan yang sejujurnya pada tuan Aditya. Percayalah, aku tak akan menyia-nyiakanmu," janji Satria.
Satria membawa Kia dalam dekapannya, mengecup lembut pucuk kepala istrinya.
🍁🍁🍁🍁
"Dimana Satria, kenapa kamu pulang sendiri?" tanya Aditya yang melihat putrinya itu pulang tanpa suaminya.
"Kurasa dia tidur di kantornya, bukankah itu kebiasaannya," jawab sarah.
Aditya menghembuskan nafas pelan seperti memikirkan sesuatu. "Sarah, Papa ingin bicara denganmu," sergah Aditya saat Sarah akan berlalu ke kamarnya.
Sarah menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya dan duduk di sofa di sebarang papanya.
"Papa ingin bicara apa?"
"Sarah, Papa minta kali ini turuti Papa. Tetaplah di sini, dan jadilah istri yang baik untuk suamimu," pinta Aditya pada Sarah.
"Aku masih punya kontrak kerja, Pa. Aku janji setelah kontrakku selesai, aku akan mengikuti keinginan Papa. Menjalani rumah tangga seperti yang Papa inginkan."
"Apa kamu yakin, sampai saat itu tiba, Satria masih mau menunggumu?"
Sarah terlihat kaget dengan pertanyaan papanya. Sekarang saja Sarah sudah tahu, kalau suaminya diam-diam sudah menikah lagi. Satria yang dulu mencintainya sudah jadi milik wanita lain.
"Kamu tahu, kenapa Papa memintamu kembali. Bukan hanya karena Papa sedang tidak sehat, tapi Papa benar-benar ingin kamu hidup bersama Satria di rumah ini, menemani Papa."
Aditya memang, yang telah meminta Sarah untuk kembali, karena akhir-akhir ini kesehatan Aditya menurun.
"Papa sangat berharap kamu dan Satria bisa segera memberi Papa cucu, agar Papa tidak kesepian."
"Nanti Sarah bicarakan dengan Satria, Pa. Sekarang Sarah mau istirahat dulu," pamit Sarah dan langsung meninggalkan papanya sendiri di ruang keluarga.
Di kamar, Sarah mulai memikirkan ucapan Papanya. Kenyataan bahwa sekarang Satria sudah menikah lagi, membuat hati Sarah bergemuruh. Sarah sangat marah kala tahu suaminya itu menikah lagi.
Sarah selalu berfikir, sejauh apapun ia pergi Satria akan selalu menunggunya, dan seburuk apapun sikapnya pada pria itu, Satria akan selalu menerimanya. Mengingat betapa Satria sangat mencintai dirinya. Tapi, kemana cinta itu sekarang, kenapa Satria menikah lagi diam-diam.
Penolakan Satria kemarin, menunjukkan kalau Satria benar-benar ingin lepas darinya. Selama ini Sarah tidak peduli dengan talak yang Satria ucapkan, asal dia masih berstatus istri dari Satria di mata hukum, itu sudah cukup baginya. Karena pernikahannya cuma ia jadikan tameng dalam karirnya.
Semua sudah berubah, cinta Satria untuknya tak lagi sama, dan entah kenapa Sarah tidak suka dengan kenyataan ini. Cinta Sarah memang tak sebesar cinta Satria, namun Sarah tidak suka ada yang mengambil miliknya. Meskipun ia sudah tak menginginkannya lagi, Sarah lebih suka sesuatu itu jadi pajangan atau teronggok begitu saja dari pada harus dimiliki orang lain.
🍁🍁🍁🍁
Kia terbangun di pagi hari dalam dekapan suaminya, Kia menatap mesra mata yang terpejam itu. Memperhatikan hidung mancung hingga bibir sexy suaminya. Bibir yang semalam mulai membuat Kia merasakan candu akan sentuhannya. Bibir yang memberikan rasa manis dalam setiap rasa yang Kia cecap.
Sangat tampan, bahkan lebih tampan dari semua mantanku. Kalau saja pertemuan kita bukan berawal dari kesepakatan, aku pasti sudah sangat mencintaimu.
Kia memegangi dadanya, debarannya mulai berubah, yang awalnya biasa saja, menjadi lebih cepat. Kia menutup matanya kembali, menarik nafas pelan dan menghembuskannya. Berusaha menetralkan detak jantungnya. Tapi bukannya menjadi normal, debaran jantungnya makin menggila. Saat matanya terbuka, retinanya menangkap bayangan suaminya yang sedang memperhatikannya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Kia jadi salah tingkah. Canggung, itu yang ia rasakan. Akan lebih baik jika ia terbangun sendirian seperti kemarin.
"Ada apa?" tanya Satria dengan suara beratnya. "Apa ada yang sakit?" lanjutnya.
"Huh?!" jawab Kia melongo.
"Kenapa kamu memegangi dadamu dari tadi, apa ada yang sakit?" tanya Satria lagi.
Seketika Kia menatap dadanya, di mana tangannya masih betah menahan jantungnya agar tak keluar dari tempatnya. Dengan cepat ia menurunkannya.
"Oh ... aku baik-baik saja," akunya sambil tersenyum canggung.
"Syukurlah, aku kira kamu sakit."
Satria kemudian bangun, dan tanpa malu ia berjalan ke lemari untuk mengambil jubah tidurnya guna menutupi tubuhnya yang polos. Kia yang memperhatikan suaminya dari tadi, hanya bisa menelan ludahnya kasar. Bisa-bisanya pria ini berjalan tanpa menghiraukan dirinya yang menatapnya seperti orang bodoh.
"Sayang, kemarilah!" Teriak Satria dari dalam kamar mandi.
Kia memang mendengar, tapi dia tetap bergeming. Tidak tahu siapa yang dipanggil Satria.
Satria kembali menghampiri Kia yang masih terpaku di ranjang. "Apa kamu tidak mendengar panggilanku, aku memintamu datang ke kamar mandi," ucapnya dengan kesal.
"Eh ... kamu memanggil ku?" tanya Kia bodoh.
"Tentu saja, kamu pikir ada orang lain di kamar ini selain kita berdua?"
"Ku kira kamu memanggil orang lain, karena tadi kamu menyebut dengan panggilan sayang."
"Sudahlah, ayo mandi," ajak Satria.
"Huh?!" teriak Kia.
"Kenapa? aku mengajakmu mandi, bukan mengajakmu bercinta di kamar mandi. Tidak perlu ekspresi berlebihan," cibir Satria.
Karena memang reaksi Kia saat diajak mandi sungguh berlebihan. Kia membuka mulutnya lebar dan biji matanya seperti mau keluar karena kaget.
"Tidak perlu, aku bisa mandi sendiri," jawab Kia setelah bisa mengendalikan ekspresinya.
"Tidak ada penolakan, aku ingin kamu menemaniku mandi. Kita mandi bersama!" titahnya pada Kia.
Kia pun beranjak dari ranjangnya, melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Dengan terpaksa ia berjalan mengikuti Satria ke kamar mandi. Memenuhi keinginan suaminya.
Tengkyu untuk semua supportnya ❤️❤️❤️❤️