Perkenalan Mia dan Asril berawal dari sosmed dan tidak butuh waktu lama, mereka pun menikah tapi sayang pernikahan mereka hanya seumur jagung itu disebabkan oleh hadirnya Ida mantan istri dari Asril. yang sedang hamil dari laki laki lain namun laki laki itu tidak mau bertanggung jawab sehingga Ida menjebak Asril agar bisa menikah dengannya. apakah nantinya kebusukan Ida terbongkar? dan apakah Asril dan Mia bersatu kembali? yuk kita baca bersama sama kelanjutan cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur leli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendatangi rumahnya
Asril mencoba menghubungi Mia kembali tapi tidak tersambung dan semakin terkejutnya Asril kalau Poto profil whatsApp nya Mia sudah tidak ada.
"apa kontak ku diblokirnya?" gumamnya.
"aahhhh sial" ucap Asril dan melemparkan ponselnya di kasur.
Asril benar benar kehilangan Mia. entah mengapa dia bisa merasakan kehilangan padahal ada Ida yang setia menemaninya.
"aku tidak bisa berdiam saja, besok aku akan kerumahnya. aku akan membujuk Mia agar dia mau kembali lagi padaku" ucap Asril yang mulai dilanda kegalauan.
Setelah mengantarkan Tara ke sekolah dia tidak langsung ke bengkel. Asril langsung menuju rumah Mia. Saat memasuki pekarangan rumah Mia, terlihat bu Siti duduk sendirian di teras rumah, tampak rumahnya sepi.
Dengan segera Asril memarkirkan motornya dan turun mendekati bu Siti.
"assalamualaikum Bu" ucap Asril sambil mencium punggung tangan bu Siti.
"wa'alaikumsalam, masuklah!"
balas bu Siti.
Meskipun bu Siti marah pada Asril, namun beliau tidak ingin para tetangga mengetahui permasalahan rumah tangga anaknya.
"Bu, Asril datang kemari ingin menjemput Mia dan Andi untuk pulang bersama Asril" ucap Asril serius.
"untuk apa? untuk melihat kamu selingkuh lagi dan menikah dengan mantan istrimu itu" terdengar bu Siti meninggikan suaranya.
"Asril bisa menjelaskan Bu, tolong dengarkan penjelasan Asril, Bu" Asril memohon agar bu Siti mau mendengarkannya.
"baiklah, coba jelaskan, saya mau mendengar langsung dari mulutmu sendiri."
"memang benar Asril ada hubungan dengan Ida tanpa sepengetahuan Mia, dan Asril juga tidak bisa berpisah dengan Mia, Asril sudah terlanjur sayang dengan Mia. Ida rela di madu dia tidak ada keinginan merebut Asril dari Mia. maka sedari itu Asril ingin Mia tetap dengan Asril dan memberikan izin untuk Asril menikah lagi" tutur Asril.
"gila kamu! sudah tidak waras otakmu itu, saya pikir kamu datang kemari ingin merubah jalan pikiranmu yang ngak masuk diakal itu, ternyata tidak ada bedanya. lebih baik kamu pulang! dan segera urus surat perceraian kalian" seru bu Siti yang sudah tersulut emosi.
"tidak Bu, Asril tidak akan menceraikan Mia sampai kapan pun." Asril gegas keluar dari rumah Mia dan pergi tanpa pamit dengan bu Siti.
"dasar gendeng itu anak, bisa bisanya dia minta izin poligami"
gerutu bu Siti.
"assalamualaikum ibu" ucap Mia yang sudah berada diambang pintu.
"wa'alaikum salam" sahut bu Siti yang masih terlihat sangat emosi.
"ibu kenapa? lagi marah dengan siapa?" Mia terlihat heran dengan sikap ibunya.
"itu tadi si Asril datang, dia ingin meminta izin untuk berpoligami, ibu pikir dia datang kemari penuh dengan penyesalan tapi malah sebaliknya" kesal bu Siti.
"jadi, ibu mengatakan apa ke dia?" tanya Mia.
"ibu emosi sekali dan langsung ibu suruh dia pulang dan ibu juga menyuruhnya untuk mengurus surat cerai kalian. tapi tahu dia mengatakan apa? dia tidak akan mau berpisah dengan kamu" tampak bahu bu Siti naik turun karena terlalu emosi dengan perilaku dan ucapan Asril.
"sudah, sudah, lebih baik ibu tidak usah menanggapi perkataan dia lagi, biarkan saja dia ingin mengatakan apa. aku yang akan mengurus surat cerai itu."
Mia merasa kasihan terhadap ibunya, seharusnya ibunya tidak mendapatkan pikiran seberat ini di usia senjanya.
"maafin aku ya Bu, ini salah ku, andai saja aku menurut dengan perkataan ibu, mungkin ibu tidak di bebani dengan permasalahan ini.
"sudahlah jangan menyalahkan dirimu terus, si Asril itu saja yang tidak ada pikirannya" ucap bu Siti.
"assalamualaikum" ucap Lisa yang sudah ada diambang pintu.
"wa'alaikum salam" balas serentak Mia dan ibunya.
"masuk Lis, duduk sini" Mia mempersilahkan Lisa masuk, gegas dia duduk di antar Mia dan bu Siti.
"ibu apa kabarnya?" sapa Lisa dengan lembut.
"Alhamdulillah baik, nak! balas bu Siti.
Lisa menatap Mia dan berganti menatap bu Siti dengan wajah kebingungan.
"maaf tadi tidak sengaja saya mendengar percakapan kalian, apa benar Asril mau poligami kamu, Mia?" Lisa menatap Mia.
Mia menganggukkan kepalanya yang mengartikan itu benar.
"dasar si Asril itu serakah banget jadi laki laki" gerutu Lisa.
"udah, udah tidak usah lagi ceritain dia, aku yang akan mengurus surat cerainya."
Mendengar ucapan Mia membuat Lisa sangat lega, ternyata Mia mantap berpisah dengan Asril. bukannya Lisa tidak ingin Mia mempertahankan rumah tangganya namun Lisa tidak rela melihat sahabatnya, Mia harus makan hati terus menerus akibat ulah Asril.
"Bu, aku mau pergi kepasar dengan Lisa ya, mau beli bahan bahan kue" terdengar Mia meminta izin ke ibunya.
"oh jadi Lisa datang kemari mau temani kamu ke pasar ya?" tanya bu Siti.
"iya Bu, tadi malam Mia mengirimi aku pesan untuk menemani dia kepasar" sahut Lisa.
"iya sudah, kami pergi ya Bu" mia dan Lisa berpamitan dengan bu Siti.
"sial, udah aku usahakan untuk datang ke rumahnya agar mendapat izin poligami malah di suruh pisah" tampak Asril memukul mukul setang motornya.
Asril tampak kesal sekali mendengar perkataan ibu mertuanya. "aku tidak akan mau berpisah dengan Mia, apa pun itu" gerutu Asril.
Asril terus berkomat Kamit seperti Mbah dukun di sepanjang jalan hingga sampai ke bengkel.
Dari ambang pintu kamar Ida, bu Emi sedang berdiri memperhatikan Ida yang sudah rapi dan wangi.
"mau kemana siang siang begini? dan kamu sudah minum obat dan vitamin yang diberikan oleh dokter?" tanya bu Emi yang mulai mendekati Ida.
"aku mau jemput Tara Bu, dan aku sudah meminum obat dan vitamin, ibu tidak usah cemas ya" tampak Ida tersenyum sumringah.
"ya sudah kalau begitu, hati hati" ucap bu Emi.
Mia pun berlalu dari kamarnya dan gegas pergi menjemput Tara dengan taksi online yang sudah dia pesan.
Sesampainya di sekolah dia tidak melihat sosok Mia. bel sekolah pun berbunyi menandakan waktu pulang sekolah.
Ida melihat Tara dan Andi jalan beriringan, Ida melambaikan tangannya ke arah dua anak laki laki itu.
"Bu, ibu sudah sembuh?" tanya Tara.
"sudah dong, ibu kan mau jemput anak ibu, jadi ibu harus cepat sembuh" tutur Mia lemah lembut ke Tara.
Ida melirik Andi sekilas dan berkata "man ibumu? tidak menjemputmu ya?"
Andi hanya menggelengkan kepalanya menandakan tidak.
namun Andi tidak ada bicara sepatah kata pun ke Ida.
"oh" Ida hanya ber oh ria saja setelah melihat ekspresi Andi.
"kita pulang sekarang yuk, sayang! ibu sudah memesan taksi online" ajak Ida.
"iya Bu" sahut Tara.
"bang, aku pulang duluan ya, Abang hati hati pulangnya dan titip salam buat ibu ya" ucap Tara ke Andi.
"iya, kamu juga hati hati ya" balas Andi.
Setelah melihat Tara dan Ida memasuki taksi online itu, Andi pun pulang dengan menaiki sepedanya. jarak rumah neneknya ke sekolah hanya butuh waktu lima belas menit maka dengan itu Andi selalu naik sepeda untuk datang ke sekolahnya.