Sebagai seorang putra mahkota Kekaisaran Tang, sudah selayaknya Tang Xie Fu meneruskan estafet kepemimpinan dari ibunya, Ratu Tang Xie Juan.
Namun takdir tidak berpihak kepadanya. Pada hari ulang tahun dan penobatannya sebagai seorang kaisar, terjadi kudeta yang dipimpin oleh seorang jenderal istana. Keluarga besarnya tewas, ibunya dieksekusi mati, dan kultivasinya dihancurkan.
Dengan cara apa Tang Xie Fu membalaskan dendamnya?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tubuh Api
Langit pagi yang begitu cerah. Awan-awan bergumpal di sela dedaunan yang bergoyang tertiup angin. Xie Fu menengadahkan kepala mengamati ranting-ranting pohon di atasnya untuk mencari burung-burung setelah tidak ditemukannya keberadaan hewan-hewan di dalam hutan.
Lama ia memandang ke atas, tidak ada seekor pun burung yang melintasi pandangannya. Yang terlintas hanya bayangan kabut yang belum sepenuhnya hilang tersapu sinar matahari. Di antara gumpalan kabut itu menyembul seraut wajah perempuan cantik dan anggun sedang tersenyum kepadanya. Senyum yang selalu menjadi energi utama dalam menjalani hidup, yaitu senyum seorang ibu kepada anaknya.
“Bunda,” ucapnya, “aku baik-baik saja.”
Xie Fu tersenyum lalu menundukkan wajahnya. Bukan karena tidak ingin terus menatap wajah ibunya, melainkan karena ia tidak ingin teringat kembali peristiwa kelam yang terjadi di istana. Selanjutnya ia pejamkan mata, terasa olehnya keberadaan aura iblis dari kejauhan.
“Gadis itu … aku harus segera kembali.” Dengan langkah cepat ia berkelebat.
Sementara dari posisi sang gadis, tampak dirinya masih dalam kungkungan makhluk jelek yang begitu piawai memainkan jemari nakalnya di setiap lekuk tubuh sang gadis seperti seorang orkestra di atas panggung megah. Kepiawaiannya membuat sang gadis terus mengerang mengalunkan melodi cinta yang mendayu di bawah pohon-pohon yang cemburu menjadi saksi bisu.
Meskipun demikian, Ji Ruyan masih meronta untuk melepaskan diri, tetapi lebih terlihat seperti sedang menggelinjang menikmatinya. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan menghindari serangan mulut jahanam sang iblis yang tidak kenal lelah terus mencari bibirnya yang ranum. Hingga akhirnya bibir itu kembali terpagut dan membuat sorot mata sang gadis meredup seketika.
Xie Fu yang baru saja tiba langsung terperangah menyaksikan pergumulan kedua makhluk yang berbuat mesum di tengah hutan.
“Ya ampun, kenapa aku harus melihat hal seperti ini?” Ia mendengus kasar dan seketika itu juga memalingkan wajah.
Keraguan menyergap relung hatinya yang bingung menentukan sikap, sementara suara-suara jahanam itu terus merayapi telinganya tanpa jeda. Xie Fu mengepalkan erat kedua tangannya dan dengan kejengahan yang tidak dapat ditahannya, ia pun berkata dengan suara lantang, “Ji Ruyan, aku sungguh tidak nyaman mendengarmu terus mendesah seperti itu. Tolong hentikan atau aku tidak akan mengikutimu lagi!”
Seakan bisa kembali bernapas, Ji Ruyan menyahut setelah bibirnya terlepas dari pagutan sang iblis, “Kak Xie Fu, tolong aku!”
Xie Fu terpelangak membatu di tempatnya. Teriakan minta tolong dari Ji Ruyan tidak dapat dicerna oleh pikirannya. Minta tolong …? Bukankah dia sedang menikmatinya? Ah, kau membuat kepalaku sakit! Xie Fu membatin, lalu berbalik dan secepatnya ia cengkeram leher si pria untuk melihat wajahnya. Kembali ia dibuat terkejut melihat wajah yang begitu buruk rupa. Pandangannya kemudian beralih ke arah Ji Ruyan dan secepatnya ia memalingkan wajah.
“Kau terlihat seperti bayi besar yang baru selesai mandi,” kata Xie Fu mengomentari tubuh polos bermandikan peluh yang terpampang begitu menggoda, lalu membawa jauh si pria iblis dan memojokkannya ke batang pohon. “Aura iblismu begitu pekat. Kau seorang kultivator jalur iblis atau memang seorang iblis?”
Pertanyaan yang dilontarkan Xie Fu tidak ditanggapi. Tampaknya iblis yang berada dalam cekikannya itu sedang memadatkan energi spiritual. Hal itu terlihat dari munculnya api hitam di sekujur tubuhnya yang legam dan dipenuhi sisik; suhu tubuhnya pun meningkat drastis hingga membuat batang pohon di belakangnya menjadi gosong. Sayangnya, hal itu membuat simbol di kening Xie Fu menyala, lalu mengisap energi spiritual dan inti jiwa sang iblis yang pada detik berikutnya tubuh sang iblis berubah menjadi serbuk hitam.
“Inikah wujud asli bangsa iblis?” kata Xie Fu seraya mengusap dagu.
“Kak Xie Fu!” Terdengar suara yang begitu lemah dari belakang.
Xie Fu tidak berani berbalik sebelum memastikan sang gadis sudah mengenakan kembali pakaiannya. Ia terus membelakangi sang gadis dan bertanya, “Kau sudah berpakaian?”
“Sudah, Kak,” Ji Ruyan menjawab, suaranya masih terdengar sangat lemah.
“Maaf … aku tidak menemukan satu hewan pun di sekitar sini,” kata Xie Fu lirih. Ia kemudian berbalik dan dengan sigap menangkap tubuh Ji Ruyan yang seketika roboh ke arahnya.
“Apa yang terjadi denganmu?” Xie Fu segera membaringkannya dan langsung memeriksa denyut nadi sang gadis.
“Apa yang dilakukan iblis itu sebenarnya?”
Berbagai pertanyaan menguap keluar dari pikirannya. Xie Fu tidak menemukan jawaban dan tidak ada lagi yang dapat dilakukannya selain membawa Ji Ruyan secepatnya menemui seorang tabib.
Tubuh Ji Ruyan yang tergolek lemah ia tempatkan di atas pundaknya. Dengan langkah bayangan, Xie Fu melesat kilat di antara pepohonan rimbun. Meliuk-liuk membentuk gumpalan bayangan yang berkelebat dari satu pohon ke pohon lainnya.
Ia akan membawa Ji Ruyan ke kota terdekat, yaitu Kota Kuno yang berjarak sekitar dua hari perjalanan normal. Oleh karena dalam keadaan darurat, ia berlari untuk menghemat waktu dan meringkas jarak.
Embun pagi masih menempel di dedaunan; kabut tipis pun masih menyelimuti seisi hutan. Seiring waktu, hawa panas mulai terasa menjalar di tengkuk dan punggungnya. Namun, ia mengabaikannya. Ia cengkeram erat-erat tubuh Ji Ruyan tanpa sekalipun menolehkan pandangan ke belakang.
Hawa panas dari tubuh sang gadis terus meningkat. Mungkin saja karena terik matahari yang mulai membakar kulit, begitu pikirnya. Maka dari itu, Xie Fu menambah kecepatan agar bisa secepatnya sampai di tujuan.
Di belakangnya, desiran angin yang ditinggalkan oleh gerakannya menyapu semak dan dedaunan. Namun, ada satu hal yang tak disadarinya, bahwa hawa panas yang berasal dari tubuh Ji Ruyan telah berubah menjadi kobaran api yang muncul dari setiap pori-pori kulitnya. Dan api itu membakar ranting-ranting kering di sepanjang langkah yang ia lalui.
Xie Fu baru sadar ketika raungan api di belakangnya menderu begitu keras. Terdengar olehnya suara letupan dari runtuhan dahan yang terbakar, dan desis panas yang menggelegar seperti serangan makhluk buas. Ia menghentikan langkah dengan mendadak, menoleh, dan matanya langsung membelalak keheranan melihat hutan yang baru saja dilewati telah berubah menjadi lautan api.
“Ini … mengerikan,” ucapnya seraya menggelengkan kepala. “Untung saja aku berlari cepat. Kalau tidak ….” Ucapannya terhenti begitu melihat tubuh Ji Ruyan menyalakan api yang berkobar. Dan yang paling membuatnya tercekat. pakaian gadis itu telah terbakar habis.
“Ji Ruyan, kenapa kau jadi korek api yang terbakar?”
Xie Fu panik. Ia segera menjatuhkan tubuh Ji Ruyan ke tanah, lalu berusaha memadamkannya dengan mengguling-gulingkan tubuh si gadis di tanah. Namun, tubuh si gadis tak kunjung padam. Ia kemudian membentuk simbol kuno dan mengubur si gadis di dalam tanah. Hanya sekejap saja, lalu menariknya kembali.
“Akhirnya padam juga,” kata Xie Fu yang kembali harus melihat si gadis dalam kondisi polos tanpa busana. Ia pun menutupi bagian berharga si gadis dengan dedaunan, mirip seperti ikan pepes.
jawab gitu si Fan ini tambah ngamuk/Facepalm/