Gigolo Tapi Perjaka

Arsya kelelahan karena menghabiskan waktu semalaman untuk bergadang. Ia tak sengaja tertidur di sofa.

Ponsel Arsya tiba-tiba berdering. Awalnya dia mengabaikan panggilan tersebut, namun karena terus berdering, Arsya terpaksa menanggapi.

"Halo?..." lirih Arsya malas. Bola matanya melirik ke jam dinding. Waktu kala itu menunjukkan jam dua dini hari. Ia sekarang paham kenapa dirinya merasa sangat malas menanggapi panggilan telepon. Ternyata itu adalah panggilan telepon di larut malam. Saking malasnya, Arsya bahkan tak memeriksa siapa yang sedang meneleponnya.

"Hiks..." Suara tangisan pilu perempuan terdengar dari seberang telepon.

"Kak Sean..." ujar gadis itu.

Mata Arsya langsung terbuka lebar. Ia sangat mengenali suara gadis itu, siapa lagi kalau bukan Laluna. Suara manjanya begitu khas di telinga Arsya.

"Kau kenapa?" tanya Arsya santai. Mengingat ini bukan kali pertama dirinya mendengar Laluna menangis. Bisa dibilang Arsya sudah biasa mendengar Laluna menangis. Apalagi saat gadis itu menjalani program dietnya. Laluna tak jarang menangis hanya karena tak bisa makan burger, kue, dan pizza.

"Tolong aku, Kak... Pria itu ingin--"

"Cepat buka pintunya! Cepat!"

Terdengar suara gedoran pintu dan teriakan pria yang terkesan marah.

Arsya merubah posisi duduk. Dia yang tadinya santai, mendadak jadi cemas.

"Kau dimana? Aku akan ke sana!" ujar Arsya.

"Aku ada di hotel galaksi, kamar nomor 201... Dia tadi memaksaku ke sini..." sahut Laluna.

"Aku akan ke sana! Selagi menunggu, coba telepon petugas keamanan atau--" Arsya berhenti bicara karena panggilannya dengan Laluna mendadak terputus.

Beberapa saat kemudian, pesan dari Laluna masuk.

'Jangan hubungi siapapun. Lelaki yang bersamaku sekarang bukanlah orang biasa.'

Begitulah bunyi pesan dari Laluna. Tanpa pikir panjang, Arsya segera pergi ke hotel galaksi. Dia sampai mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi.

Setibanya di hotel, Arsya langsung mendatangi kamar nomor 201. Dia cukup kaget saat mengetahui kamar itu merupakan kamar vip. Arsya lalu mencoba membuka pintu, berharap pintunya tak dikunci.

Arsya cukup kaget saat mengetahui pintunya tak dikunci. Dia melangkah masuk ke kamar. Hanya ada keheningan yang menyambut. Ia bahkan tak mendengar suara tangisan Laluna.

Namun saat itulah Arsya merasa curiga. Ia sadar kalau banyak kejanggalan yang terjadi. Arsya curiga, Laluna sedang mengerjainya. Ia tadi benar-benar tak berpikiran apapun karena baru bangun tidur, selain itu dirinya juga masih merasa lelah karena sibuk menyusun rencana balas dendamnya.

Ketika yakin kalau ini semua jebakan, Arsya bergegas berbalik ke arah pintu. Akan tetapi dia sudah terlambat, karena Laluna tampak sudah berdiri di depan pintu.

"Kau mengerjaiku?" timpal Arsya.

"Nggak kok. Aku cuman kangen," tanggap Laluna sambil tersenyum. Ia tampak hanya mengenakan handuk kimono dan berjalan mendekati Arsya.

"Kau sudah keterlaluan! Sekarang biarkan aku pergi!" kata Arsya.

Laluna tidak mengatakan apapun. Dia memamerkan key card nya. Lalu tanpa diduga, Laluna melepas handuk kimononya. Ia tampak hanya mengenakan bra dan celana segitiga seksi. Tubuhnya yang sudah ideal, terlihat begitu menggoda.

"Aku sudah berusaha menahan semuanya selama ini. Tapi tidak bisa. Aku sangat ingin menyentuhmu. Aku janji, akan membayar berapapun yang kau mau," kata Laluna penuh obsesi.

Arsya hanya terdiam. Menatap Laluna yang sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Tapi... Aku ingin kau benar-benar melakukannya. Jangan hipnotis aku!" ucap Laluna. Perlahan dia masukkan key card ke dalam celana segitiganya. Senyuman miring terukir di wajahnya.