NovelToon NovelToon
Oh My God, Aku Punya Harem

Oh My God, Aku Punya Harem

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Sistem
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.

bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.

ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.

Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.

tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

Hari keberangkatan pun tiba.

Langit pagi masih diliputi kabut tipis saat Lili dan Real bersiap meninggalkan Pangkalan B. Di dalam rumah kecil yang mereka tempati sementara, suasana terasa lebih hangat dari biasanya. Bukan hanya karena keberangkatan mereka, tapi juga karena Real yang tampak lebih terbuka, lebih tenang. Mungkin ini karena dia merasa memiliki arah dan tujuan yang jelas: kota baru yang ingin mereka bangun.

Saat itu, Real sedang duduk bersila di lantai sambil membuka satu kantong besar yang biasa dibawa prajurit untuk perjalanan panjang. Ia menoleh pada Lili yang tengah berdiri di samping

“Lili, kalau bisa, keluarkan beberapa bahan makanan. Setidaknya yang bisa ditinggalkan untuk keluarga-keluarga prajurit di sini,” ucapnya sambil mulai melipat beberapa pakaian dalam koper kain. “Mereka mungkin tidak banyak mengeluh, tapi aku tahu persediaan mereka menipis.”

Lili tersenyum kecil, mengangguk. “Baik. Tapi jangan kaget, yang aku punya kebanyakan makanan cepat saji.”

" bagaimana dengan beras,minyak dan gula, bagus juga jika ada daging mentah?"

Lili hampir tertawa bahagia,dia berkata,"Kakak ku sayang, kataku apapun yang kau gunakan semua akan dilipatgandakan menjadi hal yang serupa.Ingat? Apakah kau makan beras atau makan minyak hum?"

Real tiba tiba terdiam,dia memang melupakan itu. satu waktu dia makan roti kukus, mie instan juga hotpot yang bisa memanaskan sendiri. paling mewah dia makan sepotong coklat tapi mana pernah makan beras dan minyak mentah kan.

Real bingung, apakah dia harus menelan beras mentah mulai sekarang?

Tidak, tragedi hari kiamat baru terjadi beberapa bulan.real sangat yakin jika masih ada pakai nasi yang bisa memanaskan sendiri.

Pada dasarnya Real, hanya harus menemukan banyak makanan yang masih layak dimakan untuk beberapa waktu ke depan agar segalanya bisa dilipatgandakan dan dia serta anggota keluarga prajurit akan makan dengan pada terbuka.

Ya ide bagus.

"Ehem,lili, lupakan saja soal beras, ambil apa saja yang bisa, ohhkan,uh roti kukus yang banyak. ini bisa disimpan dan dipanaskan jika ingin memakannya kembali"

Lili menganggukkan kepala.

Dengan satu gerakan jari, dia membuka akses gudang sistem yang terhubung dengan Blok R. Meski stok di sana tidak sempurna,tidak ada bahan dasar seperti minyak, gula, atau beras, namun menu-menu cepat saji yang telah dilipatgandakan cukup melimpah.

Seketika, ratusan roti kukus mulai muncul dari ruang sistem. ratusan sosis dan Beberapa kotak mie instan .

Satu per satu, mereka tersusun rapi di atas tikar besar yang telah disiapkan Real. Roti-roti kukus itu masih hangat, seolah-olah baru keluar dari oven, mereka sebesar telapak tangan, dengan isian sayur-sayuran bergizi. Meski sederhana, aromanya begitu menggoda. Dan yang terpenting, mereka bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa mudah basi.

“Kau benar-benar punya… banyak,” gumam Real, tercengang melihat jumlah yang mencapai hampir lima ratus butir.

Lili terkekeh pelan. “Beberapa hari ini kamu makan terlalu banyak. Jadi, sistem terus menggandakan.”

Real terdiam sejenak. Kemudian, ia tersenyum kecil, senyum tulus yang jarang muncul. “Terima kasih, Lili. Ini lebih dari cukup. Mungkin… ini akan jadi semangat tambahan bagi mereka.”

Prajurit nya kehilangan semangat juang.Ketika mereka harus bertarung di garis depan, kerabat mereka tidak memiliki jaminan sosial.

Ketika mereka mati, keluarga akan langsung di usir secara halus.Jika sudah begitu, siapa yang mau jadi prajurit.Sementara , untuk sekarang, prajurit ini belum diketahui apakah mereka di gaji .

Real menatap lili dengan rasa syukur.

Dia kemudian mengambil semua perbekalan dan memasukkannya ke dalam kontainer besi, siap untuk dititipkan kepada komandan logistik pangkalan.

Sisa makanan akan ditinggalkan di ruang makanan umum yang sudah dikondisikan agar aman dari pencurian.

Lili menatap Real dalam diam. Dalam benaknya, ada kekhawatiran… tentang Evan, tentang masa depan, tentang hati Real. Tapi saat itu, melihat pria itu sibuk mengurus makanan untuk orang lain, dia merasa… mungkin, semuanya akan baik-baik saja.

setelah beberapa waktu kemudian.

Suara deru mesin terdengar dari luar rumah tepat ketika Lili selesai memeriksa barang bawaannya. Sebuah mobil lapis baja dengan simbol resmi pangkalan berhenti di depan pintu, menyemburkan sedikit debu ke udara pagi yang mulai hangat.

“Mobilnya sudah datang,” ujar Real seraya mengangkat tasnya ke bahu. Tatapannya lurus ke depan, tak ada keraguan, hanya ketegasan.

Lili mengangguk pelan. “Ayo, kita berangkat.”

Mereka keluar dari rumah. Beberapa prajurit yang berjaga memberi hormat singkat kepada Real, yang dibalas dengan anggukan kepala. Tak ada upacara perpisahan, hanya sunyi dan langkah kaki yang mantap.

Pintu belakang mobil terbuka otomatis. Real naik lebih dulu, lalu menarik tangan Lili agar lebih mudah masuk. Di dalam, interiornya dingin dan kedap suara, memberikan kesan terisolasi dari dunia luar. Hanya getaran mesin yang mengingatkan mereka bahwa mereka masih melaju.

Sepanjang perjalanan menuju pintu gerbang Pangkalan B, tak banyak kata terucap. Lili duduk diam, sesekali mencuri pandang ke arah Real yang menatap keluar jendela dengan pandangan yang dalam—seakan melihat sesuatu yang lebih dari sekadar jalanan berdebu dan dinding tinggi pangkalan.

Setibanya di gerbang, mobil melambat. Prajurit di pos pemeriksaan memberikan salam dan mengangkat penghalang logam berat yang menutup jalan.

Mobil berhenti dengan lembut. Pintu terbuka otomatis.

“Sudah sampai,” gumam Real sambil menoleh pada Lili.

Lili menatap gerbang besar di hadapannya. Di baliknya… dunia terbuka.

Berikut lanjutan narasi sesuai dengan alur yang kamu inginkan:

Real turun lebih dulu dari mobil dan langsung dikelilingi oleh beberapa prajurit kepercayaannya. Dengan langkah tegas, ia mulai memberikan instruksi tentang perjalanan, persediaan, dan rute cadangan yang akan mereka tempuh. Suaranya tenang tapi penuh wibawa, membuat semua yang mendengarnya langsung patuh dan bersiap.

Namun, Lili tak benar-benar menyimak.

Matanya terarah ke sisi lain halaman depan gerbang. Di sana, berdiri Evan Qi—dengan senyum khas yang selalu memikat siapa pun yang menatapnya. Tapi bukan itu yang membuat dada Lili terasa sesak. Di sebelah Evan, berdiri seorang gadis dengan rambut terikat dua dan mata penuh kekaguman. Mereka berbicara sangat dekat. Terlalu dekat.

Dalam memori tubuh ini, Lili langsung mengenali gadis itu,salah satu dari mereka yang selalu mengelilingi Evan sebelum kiamat, menatapnya seperti pahlawan, bahkan ketika dia tidak melakukan apa-apa.

“Dia terlalu mesra…” gumam Lili pelan.

Tanpa sadar, ia memanggil sistemnya dalam hati. "Sistem, apakah nilai emosi Evan terhadapku masih sama?"

Suara sistem muncul tenang dan datar di pikirannya.

[Nilai emosi Evan Qi terhadap Host stabil, tetapi memiliki pola yang mirip terhadap individu perempuan lainnya. Terdapat kecenderungan sifat oportunistik—memanfaatkan rasa suka orang lain untuk keuntungan pribadi.]

Lili terdiam. Matanya masih menatap Evan, tapi kini dengan pandangan yang berbeda. Pertanyaan berbisik muncul di benaknya,"Apakah dia memperlakukanku seperti mereka juga? Apakah semua perhatian itu hanya bagian dari kebiasaannya?"

Dadanya mulai terasa berat. Rasa tidak nyaman perlahan mengendap. Ia mencoba tersenyum, menepis pikiran itu, tapi bibirnya kaku.

Real menoleh sesaat dari percakapannya dan melihat Lili yang diam membatu. Dia tidak bertanya, tapi ada kilatan pengertian di matanya.

Lili menarik napas dalam-dalam. "Jangan baper… jangan tunjukkan apapun sekarang. Fokus ke tujuan." Tapi tetap saja, satu bayangan terus menempel di pikirannya,senyum Evan, dan betapa ringannya dia menebarkannya… kepada siapa saja.

Lili mengalihkan pandangannya. Senyum Evan yang tadinya terasa manis, kini justru membuat dadanya pahit. Namun, ia cepat-cepat menenangkan diri. "Untuk apa terlalu memikirkan satu pria?" pikirnya. "Jika aku bisa memiliki lebih dari satu, jika sistem sendiri sudah mengatur agar aku berada di puncak, kenapa harus terikat pada satu hati yang bahkan belum pasti?"

Rasa kecewa perlahan mengendap, tertutup oleh lapisan logika dan kebanggaan. Lili menghela napas perlahan. Wajahnya kembali tenang, seolah tak terjadi apa-apa. Hatinya yang tadi bergejolak kini mulai stabil kembali. Dia adalah pemilik sistem. Seharusnya dia tidak perlu merasa kecil karena satu lelaki.

Sementara itu, Real yang sedang berdiskusi serius dengan dua prajurit utamanya, sesekali melirik ke arah Evan. Tatapannya dalam dan penuh perhitungan, tapi wajahnya tetap tenang seperti biasa.

“…Dan satu hal lagi,” katanya kepada prajurit yang berdiri tegak di sebelahnya. Suaranya rendah tapi tegas, hanya cukup terdengar oleh mereka yang berdiri dekat. “Khusus untuk Evan Qi—aku ingin penyelidikan lengkap. Siapa dia, latar belakangnya, siapa saja yang dekat dengannya, apa motifnya berada di pangkalan ini.”

Prajurit itu menunduk. “Kami akan segera mulai, Tuan. Laporan akan tersedia sebelum Anda kembali.”

Real mengangguk pelan. Tidak ada emosi di wajahnya, tapi dalam hatinya sudah tersimpan kesimpulan sendiri. Pria itu,Evan,bisa menjadi ancaman. Dan ia tidak suka ada ancaman yang tidak bisa ia kendalikan.

Tak lama kemudian, Lili dipanggil untuk masuk ke dalam mobil. Ia naik tanpa banyak bicara, hanya melempar pandangan singkat ke arah Evan yang kini sudah tidak melihat ke arahnya lagi.

Beberapa prajurit juga naik, menyusul Real yang mengambil tempat duduk di sisi lain. Mesin mobil dinyalakan, roda perlahan bergulir menjauh dari gerbang utama.

Dari balik jendela kaca, Lili menatap bayangan pangkalan yang perlahan memudar.

Petualangan baru akan dimulai. Tapi bayangan Evan… masih tertinggal.

1
Afriatus Sadiyah
ceritaanya bagus..👍👍 autornya semangat...💪💪
samsuryati
ok
yanthi
niat hati tuh pingin Tek kumpulin banyak biar bisa maraton, tp keppo, JD g bisa
thor Doble up ya /Grin/
Rani Muthiawadi
kocak bgt
Rani Muthiawadi
cepet lili cari pasangan
Rani Muthiawadi
hhhhh
Rani Muthiawadi
,hadir
Rani Muthiawadi
ya woy
Rani Muthiawadi
ikut deg" an
Rahmat Rahmat
tegang
Rani Muthiawadi
tetap semangat thor
Rani Muthiawadi
semangat thor
yanthi
Tek tunggu Doble nya ya thor
samsuryati: oke tapi nggak sekarang ya say.
total 1 replies
yanthi
bisa jadi rekomendasi ini cerita
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Dewiendahsetiowati: ok deh
samsuryati: makasih tetep dukung aku ya paling tidak komen terus dan beri ide berharga dalam novel ini ,yang kita bentuk bersama-sama.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!