THE STRONGEST

Pagi ini perguruan Chang sedang melakukan seleksi, murid yang telah meningkatkan kultivasinya akan dipilih dan tempat tinggal mereka akan berpindah.

Terlihat Yi Ling yang sudah kembali dari hutan lembah dan melakukan latihan tertutup setelah menyerap anggrek kuning, ikut menyeleksi para murid-murid di sana, bersama dengan para guru dan tetua.

"Bagaimana dengan tempat tinggal yang berada di bagian timur?" ucap Yi Ling pada salah satu murid.

"Kami sudah memeriksa juga membersihkannya, Kakak. Semuanya sudah siap,"

"Bagus, beberapa buku yang sudah tua, kumpulkan dalam satu tempat. Kita akan membawanya pada Ayah,"

"Baik, Kakak Ling,"

Yi Ling kemudian berjalan ke arah lain, untuk melihat murid-murid yang lainnya.

Tuan Wen juga tidak terlihat sibuk, karena dia bersama sebagian guru tengah membuat pembatas dan memperkuat segel di area perguruan bagian belakang.

"Tuan Wen, sepertinya ini sudah cukup," ucap salah satu tetua.

"Benar, baiklah jika begitu kita kembali,"

"Baik,"

Beberapa tetua kembali melihat segel yang mengelilingi perguruan Chang, kemudian mereka semua berjalan kembali ke bangunan utama perguruan.

"Tuan Wen, bagaimana keadaan Nona Wen Jian Yi di perguruan Xuan?" ucap salah satu tetua.

"Dia sangat baik. juga berlatih dengan baik,"

"Kami tidak pernah melihatnya berlatih di perguruan. Aku harap dia tidak membuat masalah di sana,"

"Membuat masalah? Meskipun Jian Yi tidak pernah berlatih di perguruan Chang, tetapi dia tahu bagaimana harus bersikap,"

"Ma...maksudku bukan seperti itu,"

Tuan Wen tidak memperdulikan ucapan salah satu tetua itu, dia mengerti jika para tetua dan guru di perguruan Chang sangat khawatir jika Jian Yi akan membuat masalah, yang akan membuat nama perguruan Chang buruk.

Namun, semua penilaian itu karena mereka tidak tahu jika Jian Yi sebenarnya memiliki kultivasi, dan inti kultivasi yang dia miliki berbeda.

...----------------...

Cahaya matahari sudah cukup tinggi, Jian Yi yang sudah bangun sebelum matahari muncul, terlihat sudah sangat kelelahan.

Setalah dia bangun tidur, dia langsung melatih tubuh dan kekuatannya.

Dan sekarang beberapa pohon terlihat sudah jatuh di atas tanah, karena tebasan dari kipas yang Jian Yi gunakan.

"Istirahatlah, kau sudah berlatih sebelum matahari terbit," ucap Jin Cheng yang baru saja kembali.

"Tadi malam, apakah terjadi sesuatu?"

"Tidak ada,"

Jian Yi mengangguk, kemudian dia duduk untuk beristirahat.

Jin Cheng melihat sekeliling, dia merasa aura di sekitar mereka sedikit berubah dari pertama kali mereka tiba di sana.

"Ada apa?" ucap Jian Yi.

"Sepertinya kita akan kedatangan sesuatu yang tidak terduga,"

"Sesuatu?"

Jin Cheng mengangguk.

Srak!

Srak!

Jin Cheng dan Jian Yi mendengar suara mendekat ke arah mereka. Jian Yi yang tadi duduk, segera berdiri dan mendekat pada Jin Cheng.

"Siapa yang datang?"

"Grrrrrrrrrr!"

Kedua mata Jian Yi membulat saat melihat seekor harimau keluar dari balik semak-semak. Bukan hanya harimau, serigala bertanduk perak pun keluar dari balik semak yang lainnya.

"Ka.... Kakak Cai. Bukankah ini adalah pinggiran hutan lembah? Ta...tapi kenapa kedua hewan spiritual tingkat tujuh ada di sini, seharusnya tidak berada di sekitar sini, bukan? Kemarin juga," ucap Jian Yi.

"Sepertinya mereka datang karena ada seseorang yang mengendalikannya,"

"Seseorang?"

Jin Cheng mengangguk, kedua matanya menatap dua hewan spiritual tingkat tujuh itu.

"Raja Qin, kau benar-benar akan melakukan apapun untuk menyingkirkan murid-murid kuat dari perguruan!"

Jian Yi yang kultivasinya berada pada pengumpulan Qi tingkat empat, merasa tertekan oleh aura kekuatan yang dikeluarkan dua hewan spiritual itu.

"Ka.... Kakak Cai," Jian Yi memegang bahu Jin Cheng untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

Jin Cheng mencoba menahan tubuh Jian Yi, "Bertahanlah! Aku akan menahan kekuatan mereka yang menekanmu,"

Jian Yi hanya mengangguk, saat ini dia benar-benar merasa hanya akan menjadi beban karena tingkat kultivasinya yang rendah, juga tidak lagi memiliki inti kultivasi.

"Grrrrrrrrrr!"

Harimau itu membuka mulutnya dengan lebar, kedua matanya seperti telah mengunci Jin Cheng sebagai buruannya.

Tangan kiri Jin Cheng bergerak, dan membuat sebuah simbol yang kemudian mengeluarkan cahaya.

Tak lama, cahaya berwarna kuning melingkari Jian Yi yang sudah berdiri di belakangnya.

Lingkaran yang dibuat oleh Jin Cheng adalah sebuah perisai untuk melindungi Jian Yi, agar kekuatan dua hewan spiritual itu tidak begitu menekan Jian Yi.

Srang!

Jin Cheng mengeluarkan pedangnya, dan bersiap untuk menghadapi dua ekor hewan spiritual di depannya.

Jian Yi sendiri duduk bersila di dalam lingkaran perisai yang dibuat oleh Jin Cheng, dia mencoba untuk menstabilkan tubuhnya yang sempat ditekan oleh kekuatan dua hewan spiritual itu.

"Gggrrrrrrr!"

Srak!

Srak!

Wuuuuush!

Jin Cheng dan harimau tingkat tujuh mulai bertarung, meski Jin Cheng dapat menghadapai harimau itu, namun dia tidak bisa membunuhnya secara langsung.

Harimau itu dikendalikan oleh orang lain, jadi Jin Cheng tidak bisa membunuhnya, dan hanya bisa melumpuhkan harimau itu, agar dia bisa mencari orang yang mengendalikan dua hewan itu, dari alam kesadaran mereka.

Sementara Jin Cheng bertarung dengan harimau tingkat enam, Serigala yang masih berdiri, mulai menatap dan berjalan memutari Jian Yi yang berada di dalam perisai.

"Grrrrrrrrrr!",

Serigala hanya bisa berdiri agak jauh dari perisai itu, karena dia tidak dapat menyentuh perisai yang melindungi Jian Yi.

Bruk!

"Ggrrrrrrr!"

Harimau yang melawan Jin Cheng terpental dan jatuh karena serangan yang Jin Cheng lakukan.

Jin Cheng yang melihat kesempatan untuk melumpuhkan harimau, bersiap untuk kembali menyerangnya.

Serigala yang tadi fokus pada Jian Yi, kini beralih menatap Jin Cheng, keempat kakinya bersiap untuk melompat dan menyerang Jin Cheng dari belakang.

Jian Yi yang merasakan hempasan angin akibat hentakan kaki serigala, membuka kedua matanya.

Dengan tenaga dalamnya, Jian Yi merusak perisai yang dibuat oleh Jin Cheng.

"Cai Jin Cheng, awas!" teriak Jian Yi.

Jin Cheng yang lebih fokus pada harimau di depannya, seketika menoleh saat mendengar suara Jian Yin

Sreeet!

Bruk!

Serigala itu terlempar dan seketika mati terkena tebasan pedang Jin Cheng, saat dia mengayunkan salah satu kakinya.

Kedua mata Jian Yi membulat saat melihat darah keluar dari tangan Jin Cheng.

Meski Jin Cheng berhasil membunuh serigala itu. tetapi tangannya terluka karena tidak bisa menghindari cakaran serigala yang sangat cepat.

Harimau yang melihat Jin Cheng terluka, berdiri dan berlari untuk kembali menyerang Jin Cheng.

Syuuuut!

Jleb!

Sebuah pisau kecil melesat dan mengenai perut harimau itu.

Jin Cheng yang melihat harimau itu terluka karena sebuah pisau kecil, terkejut. Lalu menoleh ke arah Jian Yi.

Terlihat Jian Yi mengeluarkan darah dari mulutnya, karena memaksakan diri untuk menghancurkan perisai, dan juga melemparkan pisau kecil dengan tenaga dalamnya.

Dengan lemah, Jian Yi menatap Jin Cheng yang tengah memegangi tangannya.

Jian Yi mencoba berdiri dan berjalan mendekati Jin Cheng.

"Kakak seperguruan Cai, kau tidak apa-apa?" ucap Jian Yi.

"Aku tidak apa-apa, lebih baik sekarang kau memulihkan tenaga dalammu,"

Jian Yi menggelengkan kepalanya, "Aku tidak apa-apa, kita obati lukamu lebih dulu. Cakar serigala bertanduk perak tingkat tujuh sangat beracun,"

Jin Cheng melihat lengan yang terkena cakaran serigala. Apa yang dikatakan Jian Yi benar, di sekitar luka mulai terlihat warna biru kehitaman.

Jian Yi mengeluarkan sebuah botol kecil dari lengan bajunya, lalu dengan cepat menarik tangan Jin Cheng dan melihat dengan jelas luka itu.

"Kakak Cai, bisakah kau mengalirkan semua racunnya pada bagian yang luka ini, dengan tenaga dalammu?" ucap Jian Yi.

Jin Cheng mengangguk, kemudian tanpa menunggu lagi, dia segera mengalirkan racun yang sudah sedikit menyebar itu, untuk berkumpul pada luka cakaran di lengannya.

Jian Yi yang melihat racun telah berkumpul, segera menarik tangan Jin Cheng lebih dekat, dan menghisap racun itu dengan mulutnya.

Kedua mata Jin Cheng terbuka lebar, melihat apa yang tengah Jian Yi lakukan padanya.

"Puuuuh!"

Jian Yi memuntahkan darah Jin Cheng yang bercampur dengan racun dari mulutnya, kemudian dia kembali menghisap lengan Jin Cheng yang terluka.

Jian Yi melakukan itu beberapa kali, hingga luka di lengan Jin Cheng tidak lagi berwarna biru kehitaman.

Setelah itu, Jian Yi dengan cepat menaburkan obat dari botol kecil yang dia keluarkan sebelumnya, lalu membalut luka itu dengan sapu tangan miliknya yang dia simpan.