NovelToon NovelToon
Ketika Aku Jadi Karakter Dalam Novel

Ketika Aku Jadi Karakter Dalam Novel

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Agya Faeyza

Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut

Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mempersiapkan sejak awal

Di sudut kamarnya yang remang, Alethea duduk di depan laptop. Cahaya biru layar memantulkan siluet wajahnya yang serius. Dengan gerakan jari yang cepat dan penuh ketelitian, ia menelusuri jalur-jalur tersembunyi di internet, melewati firewall dan sistem keamanan seolah itu hanya rintangan kecil. Tujuannya jelas: menemukan lokasi pasar gelap.

Mata Alethea menyipit saat sebuah forum rahasia terbuka. Puluhan tawaran ilegal terpampang di sana — mulai dari senjata, bahan peledak, hingga zat berbahaya. Ia mencari dengan sabar, menyeleksi penjual yang tampak terpercaya. Malam itu, ia tak hanya berencana membeli bahan peledak, tetapi juga bahan-bahan beracun yang sulit didapatkan di dunia nyata.

(Melalui chat terenkripsi di sebuah forum pasar gelap)

"Aku butuh C-4 dalam jumlah lumayan besar. Juga beberapa reagen kimia.apa Bisa kau urus?" ,ucap alethea serius

"Tentu. C-4 tersedia, 500 gram minimum. Untuk racun, spesifik apa yang kau cari?" , ucap seorang penjual

"Sesuatu yang tak berbau, tak berwarna. Efek cepat, dan fatal". Sahut alethea

"Aku punya VX dan ricin. Mana yang kau pilih?"

"Ricin. Lebih mudah disamarkan"

"Baik. Kirimkan lokasi pengambilan dan metode pembayaran. Kita tidak banyak waktu" ucap si penjual

"Siapkan semuanya. Aku akan kirim koordinat sesaat lagi" .ucap alethea datar

(Alethea mengetikkan perintah cepat, mengirim lokasi pertemuan di sebuah gudang kosong di pinggir kota. Ia menutup laptopnya, matanya berkilat penuh tekad.)

"sebelum permainan di mulai aku akan mempersiapkan semuanya lebih awal , dan siapa pun yang menginginkan aku celaka , bersiap lah kau " . Gumam alethea dalam hati dengan tatapan mata menajam .

Malam semakin larut Alethea mengenakan jaket hitam dan memasukkan beberapa alat ke dalam tasnya — ponsel tanpa identitas, uang tunai dalam amplop tebal, dan pisau kecil yang tersembunyi di sabuknya.

Ia melangkah keluar dari balkon kamar nya secarara mengendap-endap, membiarkan kegelapan menelannya.

Di pinggiran kota, sebuah gudang tua berdiri sepi. Catnya mengelupas, jendelanya pecah, dan hanya suara angin malam yang menemani langkah Alethea saat ia mendekat. Ia memeriksa sekeliling — tak ada lampu mobil, tak ada langkah kaki lain.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam tanpa plat berhenti perlahan di dekat gudang. Seorang pria bertudung keluar, membawa koper logam di tangannya.

"apa kau queen" .(Suara rendah dan terjaga dari si penjual ).

" ya " , ucap nya singkat

"Barang sesuai pesanan. C-4, pemicu elektronik, dan satu paket ricin dalam bentuk serbuk. Hati-hati menggunakannya". Ucap si penjual sembari memberikan koper di tangan nya

" aku tau apa yang aku beli ,jadi tak perlu memperingati ku".(Membuka koper sebentar, memeriksa)

"pembayaran?".(Memiringkan kepala sedikit)

(Alethea mengeluarkan amplop berisi uang, menyerahkannya tanpa banyak bicara.)

"oke pas sesuai dengan harga yang sudah di tetap kan, senang berbisnis dengan mu , kalau kau butuh sesuatu lagi langsung hubungi saja aku , aku siap menyiapkan dengan cepat " , ucap nya

"senang juga bisa berbisnis dengan mu , oh ya , apa kau menerima jika ada yang ingin menjual racun dan peledak padamu ?".

" tentu , aku membeli dan menjual yang menurut ku bisa menghasilkan uang , kalau kau ingin menjual racun dan peledak setelah kau racik dan kau rakit , kau bisa menemui ku" .

" baik lah kalau begitu" .

Tanpa satu kata tambahan, Alethea memutar tubuh dan pergi, membiarkan pria itu menghilang ke dalam gelap. Setiap langkahnya mantap, setiap napasnya terkontrol.

Kembali ke markas rahasianya — sebuah ruang bawah tanah tersembunyi di bawah gedung tua — Alethea menyalakan satu lampu meja kecil. Cahaya kekuningan menyoroti meja kerja penuh alat-alat: kabel, solder, sirkuit elektronik, botol reagen, dan koper logam yang baru ia bawa.

Ia menarik napas dalam-dalam, membuka koper dengan hati-hati. Di dalamnya, paket C-4 dibungkus rapi, bersama detonator elektronik kecil. Di sisi lain, tabung kaca berisi serbuk putih — ricin murni, mematikan hanya dalam satu tetes.

Dengan ketelitian surgawi, Alethea mulai memotong C-4 menjadi beberapa bagian. Ia menggunakan sarung tangan lateks dan masker gas tipis untuk melindungi dirinya.

Tangannya lincah menyambungkan kabel kecil ke dalam pemicu elektronik. Ia menyelipkan sensor getaran — tambahan pribadinya — agar bom bisa diaktifkan baik melalui sinyal maupun benturan keras.

Di sisi perangkat, ia menempelkan label kecil dengan spidol hitam:

"HADES 02"

Senyum kecil muncul di sudut bibir Alethea. Ini bukan bom biasa. HADES 02 adalah ciptaan spesial — kecil, ringan, tapi bisa meratakan sebuah bangunan dalam radius 20 meter ,

Setelah selesai dengan bom, Alethea beralih ke sisi meja lainnya. Ia menyiapkan kapsul kecil dari gelatin transparan, mengisinya perlahan dengan serbuk ricin menggunakan pipet mikro.

Beberapa kapsul ia susun rapi ke dalam kotak kecil berbentuk biasa — menyerupai vitamin harian. Yang lain ia campur ke dalam botol parfum, membuatnya menjadi senjata aerosol tanpa disadari.

Ia berbicara lirih pada dirinya sendiri:

“Satu hirupan... dan semuanya berakhir." gumam alethea

Malam semakin larut. Di hadapan Alethea, bom HADES 02 sudah siap, dan racun dalam berbagai bentuk penyamaran telah selesai.

Ia menatap hasil kerjanya dengan pandangan kosong, seakan menyadari — setelah ini, jalan pulang benar-benar telah tertutup.

Misi pembalasan... akan segera dimulai.

"mungkin aku bisa membawa beberapa semprotan racun ini untuk berjaga-jaga, dan beberapa pil sudah cukup,untuk HADES 02 akan ku simpan disini saja dulu, kalau dalam keadaan darurat baru aku akan mengambil beberapa bom HADES untuk meratakan musuh yang masih sembunyi di balik layar".

***

Setelah merampungkan persiapannya, Alethea memasukkan bom HADES 02 dan racun ke dalam kotak penyimpanan tersembunyi di bawah lantai ruang bawah tanah. Ia tidak bisa membawa semua itu ke atas sekarang — terlalu berisiko. Jadi ia hanya membawa beberapa butir pil racun dan semprotan racun di tas kecil nya .

Malam sudah mendekati dini hari saat ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Tapi Alethea tahu, ayahnya — seorang pria yang obsesif terhadap keamanan — telah menempatkan penjaga di beberapa titik rumah. Kamera tersembunyi, sensor gerak, dan patroli bergiliran menjadi rintangan yang harus ia lewati.

Alethea bergerak dengan kelincahan seekor bayangan. Ia menempelkan tubuhnya ke dinding gelap, mengatur napas serendah mungkin.

Di sudut pertama, seorang penjaga berdiri sambil memegang senter, matanya menyapu lorong. Alethea menunggu, menghitung detak jantungnya...

Satu... dua... tiga... sekarang.

Dengan langkah senyap, ia menyelinap di belakang tumpukan kardus, memotong jalan lewat pintu kecil di samping ruang penyimpanan.

Lorong berikutnya lebih berbahaya. Ada dua kamera pengintai yang berputar perlahan. Alethea mengamati pola gerakannya, lalu bergerak dalam jeda sempit, merayap di sepanjang lantai, nyaris menyentuh tanah.

"Zona utara aman. Lanjutkan patroli." suara petugas yang menjaga keamanan

Ia menahan senyum kecil. Mereka bahkan tidak sadar dia sudah ada di dalam perimeter.

Saat ia hampir mencapai tembok menuju lantai atas, satu penjaga mendadak berbalik, senter hampir mengenai Alethea.

Dengan refleks cepat, ia melompat balik dekat dinding. Menahan napas, jantungnya berdetak kencang.

Penjaga itu mengerutkan kening, mendekat perlahan, curiga ada gerakan. Tangannya meraih radio...

"Jika dia berbicara... aku selesai." ucap alethea dalam hati

Dalam satu gerakan cepat dan senyap, Alethea mengeluarkan jarum suntik kecil berisi cairan bius dari sakunya — alat yang selalu ia bawa untuk keadaan darurat. Ia muncul dari bayangan, menusukkan jarum ke leher penjaga dalam satu gerakan terlatih.

Penjaga itu sempat tersentak... lalu tubuhnya lunglai, jatuh tanpa suara.

Dengan napas teratur, Alethea menyeret tubuh penjaga itu ke sudut gelap, menyembunyikannya di balik lemari kayu tua. Tanpa membuang waktu, ia melanjutkan perjalanan.

Beberapa menit kemudian, Alethea akhirnya sampai di balkon kamar nya. Ia membuka pintu dan masuk, dan menguncinya kembali dari dalam.

Di dalam kamar, Alethea bersandar di pintu, menatap langit-langit.

Ia selamat... untuk malam ini.

Tapi dia tahu: ini baru permulaan.

Bom HADES 02 dan racunnya menunggu, dan misi besar segera akan dijalankan.

1
Abz
lnjut
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor💪💪💪💪💪
Agya faeyza: siap Bun , di tunggu ya☺️
total 1 replies
Abz
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Viona Syafazea
siapa Leon thor, kknya kan namanya Ares, Aryan, sama arvel. lahhhh Leon siapa..
Agya faeyza: typo kak maaf , ke inget Leon cerita lain☺️🙏
total 1 replies
Viona Syafazea
di deskripsi alethea katanya mati tersambar petir saat baca buku di taman, kok disini malah mati kecelakaan mobil ya.. 🤔
tutiana
lanjuuutttttt
Lala Kusumah
semangat Thea dan harus lebih hati-hati ya 🙏🙏😍😍
Lala Kusumah
aaaahhhhh jadi inget masa-masa remaja ya, serasa pengen diulang kembali 🥰🥰🥰
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Sayangi Gea
Kakak thor, menulis itu tidaklah mudah.
Tpi saya mw sedikit berkomentar, saya membaca novel kk karna tertarik membaca sinopsisnya.
Tapi menurut saya, percakapan ringannya terlalu banyak, membuat pembaca cepat bosan. Coba kakak kurangi percakapan2nya, tpi lebih menggambarkannya aja dan alur konfliknya buat lebih dalam kata2nya.

Terus penggambaran tokohnya agak kurang menjalankan perannya. seperti papa bram( kaya, hebat, punya banyak pengawal) tpi knapa anaknya kurang terjaga, gk ada pengawal yg memantauan dari dekat/jauh.
Arvel ( berjanji mau jaga adeknya di sekolah) tpi gk tw adek tersesat, pergi menyelatkan Aliando.

Gitu aja sih thor, semoga kedepannya lebih bagus, dan mohon jangan tersinggung dengan komentar saya.😊
Agya faeyza: saran di terima , terima kasih untuk masukan nya , kedepan nya akan saya perbaiki lagi ceritanya /Smile/
total 1 replies
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut... hadir ya 🙏
Agya faeyza: siap di tunggu ya☺️
total 1 replies
Triani Sutriani
🔥🔥🔥
Triani Sutriani
Semangat berkarya thor
Agya faeyza: terima kasih udah nyemangatin😁
total 1 replies
Musdalifa Ifa
aaah seru masih mau baca tapi udah habis😔, semangat up Thor dan semoga sehat selalu
Agya faeyza: aamiin yarobbal alamin makasih doanya teh say🥰
total 1 replies
Không có tên
Keren banget! Jadi gak bisa stop baca cerita ini!
Agya faeyza: terima kasih atas dukungan nya☺️
total 1 replies
Amiichan206
Susah tidur malam ini jadinya.
Agya faeyza: wah iya bisa samaan gitu ya/Smirk/
Triani Sutriani: nama kita sama thor
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!