Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Wajah Elena memerah, bayangan saat Malvin mencium bibir nya dengan penuh gairah kembali terlintas di benak nya dan jantung nya pun berdebar kencang.
Elena tidak akan menunjukkan kamar nya pada Malvin!. Karena pria itu akan sangat berbahaya bagi nya.
" Hm... tentu saja ". Balas Elena lalu beranjak dari duduk nya.
Gadis itu mengambil posisi dengan berdiri di belakang kursi roda Malvin, sebelum akhir nya menarik dan mendorong nya pergi menjauh dari ruang makan.
Pandangan Elena tidak sengaja bertemu dengan Maya yang menatap nya dengan tatapan menantang, karena Elena merebut perhatian Malvin dari nya.
" Mau gak cari udara sejuk di halaman belakang? ". Tanya Elena menawarkan saat menyadari jika mereka tidak bisa naik ke kamar Elena karena di rumah ini tidak ada lift.
Malvin mengangkat bahu nya dan buka suara." Di mana pun tidak masalah selama aku bisa mencium mu ".
" Dasar mesum ". Wajah Elena memerah dan dia bersyukur karena Malvin tak bisa melihat nya, ada kebun binatang di perut Elena saat kata - kata pria itu terus terulang di benak nya, perut selalu terasa seakan di gelitik dari dalam.
' Di mana saja, asal dia bisa mencium Elena '.
Malvin sungguh pandai menggoda Elena.
Elena mendorong kursi roda Malvin keluar rumah menuju taman belakang rumah mereka yang di penuhi dengan beraneka ragam bunga yang di tanam oleh mendiang ibu Elena sebelum akhir nya para pelayan lah yang kini merawat bunga - bunga nya itu.
Sementara Elena hanya sesekali semenjak diri nya di sibukkan dengan pekerjaan nya di pusat perbelanjaan.
" Aku akan pergi sebentar, aku perlu membuat minuman hangat karena di luar dingin". Kata Elena pada Malvin.
" Baiklah tapi jangan terlalu lama ". Balas Malvin.
Elena menganggukkan kepala nya lalu pergi meninggalkan Malvin sebentar, untuk menyiapkan pria itu sebuah minuman hangat.
Tak berapa lama Malvin menunggu, tiba - tiba ia merasakan sebuah tangan bertengger di pundak nya. Malvin tak perlu menoleh karena pria itu sudah tahu siapa yang berani menyentuh seperti itu pada nya, jika bukan adik tiri Elena yang sedang berusaha mencari kesempatan untuk berbicara dengan nya.
" Jangan buang waktu mu untuk orang seperti Elena, dia hanya ingin memanfaatkan mu ". Bisik nya, lalu berjalan memutari Malvin dan duduk di depan kursi taman di depan Malvin. " Tuan Malvin, bukankah aku lebih baik jika di jadikan sebagai seorang istri untuk mu ? Elena sangat kolot dan dia masih mencintai Alvaro. Satu - satu nya hal yang Elena perdulikan hanya pusat perbelanjaan nya saja, dia memanfaatkan mu karena kekayaan mu ". Sambung Maya dengan senyum di wajahnya.
Maya membenarkan pakaian agar ke dua buah dada nya dapat di lihat oleh Malvin. Namun sayang, usaha nya sia - sia. Malvin justru melayangkan tatapan tajam nya ke arah Maya dan meskipun Maya merasa takut, Maya tak bisa menyangkal bahwa Malvin terlihat begitu tampan dengan aura nya yang kuat.
' aku harus buat dia jatuh cinta dengan ku '. Pikir Maya dalam hati nya.
" Apa keunggulan yang kau miliki, sampai berani mengatakan jika kau pantas untuk ku ?". Kata Malvin dengan malas.
Maya mengira jika Malvin bersedia mempertimbangkan diri nya dan kegembiraan menghampiri perasaan Maya. Jauh di lubuk hati gadis itu, ia menyeringai dan merasa puas. ' aku bahkan gak perlu berusaha keras dan dia udah jatuh cinta dengan kecantikan ku '. Kata Maya dalam benak nya dengan rasa bangga nya.
Dengan senyum di wajah nya, maya mulai buka suara. " Gak seperti Elena, aku didik di sekolah yang terbaik di kota ini. Aku tau gimana caranya bersikap sopan santun karena aku di besarkan untuk menjadi istri dari seorang pria berpengaruh seperti mu. Elena tidak punya sopan santun dan dia mungkin akan mempermalukan mu di saat menghadiri acara - acara kelas atas. Satu hal lagi, aku pewaris Starlight Inc , ayah juga sudah berjanji soal itu, bahwa dia akan menyerahkan perusahaan itu pada aku ". Kata Maya menjelaskan panjang lebar.
" Ayah mu pasti buta ". Kata Malvin lirih.
" Apa? Kamu berbicara sesuatu? Aku tidak jelas mendengar nya ".
" Tidak, lupakan itu ".
" aku telah memenuhi syarat untuk menjadi pasangan mu kan, Tuan Malvin? Beri aku kesempatan untuk membuktikan jika aku memang pantas ".
Malvin menatap Maya dengan tatapan wajah datar nya. " Apakah kau Elena?".
Maya mengernyitkan dahi nya, bingung. Perlahan gadis itu menggelengkan kepala nya. " Bukan, jelas aku bukan Elena, aku Maya ".
" Fakta bahwa kau bukan Elena membuat mu tidak memenuhi syarat untuk berada di sisi ku, hanya dia yang pantas menjadi istri ku ". Balas Malvin dengan nada dingin nya.
" Dia hanya memanfaatkan mu, Elena sudah lama ingin menguasai perusahaan, dan dia menggunakan pengaruh mu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tn Malvin, dia tidak mencintai mu—".
" kalau begitu aku dengan senang hati di manfaatkan oleh nya ". Balas Malvin dengan santai nya.
Malvin tidak ingin Maya beranggapan jika diri nya menyukai gadis itu, jadi pria itu kembali buka suara. " Jadi kan ini kali terakhir kau mendekati ku, aku tidak akan berbaik hati lain kali, sudah ku katakan jika aku tidak suka ada wanita di dekat ku".
" T—tapi kamu membiarkan Elena mendekati mu ". Maya masih berusaha tak mau kalah dari Elena.
Apa istimewa nya Elena ?.
" Apakah kau serius membandingkan diri mu dengan Elena saat ini ? ". Malvin memandangi Maya dengan raut wajah jijik nya.
" Dia juga seorang wanita, tapi kamu membiarkan dia mendekati mu, kenapa aku tidak bisa ?". Tanya Maya tak terima.
" Elena itu calon istri ku, sedangkan kau bukan siapa - siapa bagi ku. Sekarang, pergilah dan jika kau mendekati ku lagi maka kau akan menyesal nanti nya". Ancam Malvin keras membuat Maya berlari masuk ke dalam rumah dengan mata nya yang telah berkaca - kaca.
Belum ada orang yang berbicara seperti itu pada nya selama ini, itulah sebab nya Maya menangis.
Maya berhenti ketika bersimpangan dengan Elena yang tetap berjalan sembari membawa nampan berisi minuman hangat dan terlihat akan membawa nya ke halaman belakang rumah.
Wajah nya tertekuk karena menatap Elena dengan tatapan permusuhan. Ini salah nya! Malvin membenci nya karena Elena.
Andai Elena tidak ada, mungkin Malvin tidak akan bersikap dingin pada nya, pikir Maya.
Maya mengepalkan tangan nya. " Aku tidak akan membiarkan kamu mendapatkan Malvin, Elena. Kamu akan membayar mahal karena sudah merebut Malvin dari ku". Kata Maya dengan rasa kebencian nya yang semakin besar terhadap Elena.
Maya benar - benar lupa bahwa dia sendiri telah menyerah Malvin pada Elena. Maya tidak menginginkan Malvin karena pria itu cacat, tetapi sekarang Maya menyalahkan Elena karena kemalangan nya.
Di sisi lain, Elena berjalan menghampiri Malvin dan duduk di depan kursi taman. " Maya tadi ke sini ? Apa yang dia mau ?". Tanya Elena sembari menyodorkan secangkir teh untuk Malvin.
Elena sempat melihat ada air mata di pipi Maya , saat Maya berlarian masuk ke dalam rumah dan berpapasan dengan nya.
Entah mengapa, Elena merasakan ada emosi yang tidak bisa di jelaskan dalam diri nya jika memang benar Maya baru saja bersama dengan Malvin beberapa menit yang lalu sebelum diri nya datang .
" Tidak ada yang penting". Balas Malvin, tetapi Elena merasa tidak puas dengan jawaban pria itu.
" Apa yang dia katakan? Dia kelihatan terluka. Apa yang kalian berdua bicarakan ?".
Malvin mengangkat sebelah alis nya ke atas dan tersenyum mendapati tingkah Elena yang seperti saat ini . " Apa kamu cemburu?".
Meski wajah Elena memerah, Elena mengakuinya. " Ya, dia menolak mu, kenapa dia ingin dekat dengan mu lagi ? Jangan toleransi dia lain kali ". Kata Elena dengan tegas.
Tetapi Malvin menyeringai mendengar hal itu, ia sama tidak marah pada Elena, justru menyukai balasan Elena.
" Keinginan mu adalah perintah untuk ku ".