Sumpah Pemuda, adalah nama sekolah buangan dan terkenal buruk norma dan etikanya. Sekolah yang tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya untuk masuk ke dalam sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang anak yang bernama Arka Bimantara yang terlahir dari keluarga yang terbuang harus bisa beradaptasi di lingkungan keras di sekolah itu di karenakan buruknya latar belakang keuangan keluarganya.
Namun di balik sekolah dan kisah kota tersebut, ada sebuah fakta busuk dari pemerintah dan para konglomerat negara.
Kisah ini bukan hanya sekedar cerita anak berandal saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yo Grae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjerat hutang (1)
Hujan yang deras membasahi bumi Pertiwi yang masih belum sepenuhnya bangun. Rembulan masih berada di puncak langitnya begitu pun ayam yang masih tidur pulas belum berkokok. Orang normal di malam hari yang di mandikan hujan ini dengan nyenyak nya menikmati tidur malam mereka dengan pulas. Dengan kasur empuk, bantal yang lembut dan selimut yang hangat mendukung nyenyaknya tidur mereka .
Tapi tidak di suatu tempat di gedung terbengkalai ini.
Di sudut daerah kota balikpapan, tepatnya di balikpapan kota, terdapat sebuah gedung terbengkalai. Gedung ini dulunya hendak di bangun bioskop yang berdiri sendiri tanpa di bawah naungan sebuah mall. Namun di karenakan kurangnya pembiayaannya maka pembangunan gedung ini di hentikan dan di tinggali. Tanahnya pun positif di jual oleh pemiliknya, namun sudah sekitar empat tahun semenjak pemberhentian dana itu, tempat ini tak terurus dan menjadi markas sebuah komplotan bisnis gelap kecil.
Pebisnis kecil ini bermarkas di sini untuk menghindari kejaran polisi, sekaligus bisa memulai. bisnisnya dengan lancar tanpa di ganggu warga lain. Bisnis mereka memang bukanlah narkoba, namun tujuan mereka adalah untuk membentuk perampokan halus ke warga sekitar. Yaitu koprasi gelap.
Koprasi ini mempunyai sistem yang menguntungkan mereka dan benar benar merugikan rakyat. Contohnya adalah ketika seorang ibu rumah tangga ingin meminjam uang seratus ribu, ia harus mengembalikannya lima puluh persen. Dan tentu sang ibu harus mengeluarkan seratus lima puluh ribu untuk membayarnya, adapun tenggat waktunya jika melampaui batasan maka akan di denda lima puluh persen juga perharinya. Jika orang tersebut tidak bisa mengembalikan uang sebanyak nilai yang telah di tentukan, maka salah satu bagian tubuhnya akan di ambil atau bisa saja barang barang nya yang berharga harus di ambil. Dan semuanya rapi di balut dengan tanda tangan persetujuan si konsumen.
Orang normal memang tidak akan mau untuk pergi ke koperasi tersebut, namun orang orang di komunitas ini mempunyai taktik yang membuat beberapa ibu rumah tangga ini mau meminjam uang di koperasi gelap ini. Biasanya mereka melihat problematik dari keseharian warga di sekitar situ, atau bahkan warga di tempat lain. Lalu kemudian mereka menawarkan jasa peminjaman tanpa bersyarat hanya cukup perlu tanda tangan dan uang akan di berikan. Tentu untuk ibu ibu yang sudah kepepet hutang dan tagihan biaya pasti ingin segera memiliki uang tersebut tanpa membaca apa isi dari surat yang di tanda tangani tersebut, alhasil membuat mereka tertipu dan tetap harus membayar sesuai yang ada di kertas yang telah di tanda tangani korban. Hal ini berlaku kepada semua kalangan tanpa bekas kesihan, bahkan kepada orang lansia sekalipun.
"Aku tak mau, pokoknya aku ingin kau harus membayar semuanya brengs*k" teriak seorang pria sekitar berumur dua puluh tahunan kepada seorang anak SMP yang sedang terduduk dalam keadaan babak belur.
Anak itu berseragam SMP Sumpah Pemuda dan tentu kalian tahu dia.
Dia adalah yang tercepat, Firman.
"Aku janji bakalan balikin" ucap Firman.
Pria yang tadi menteriakinya kini berbalik lagi dan datang kembali kepadanya, ia menghisap dalam rokok yang ia bakar di mulutnya, lalu kemudian membuangnya kasar.
"Ini sudah jatuh tempo dua bulan, kenapa kau gak bayar sama sekali?" pria itu menjambak rambut Firman.
Firman meringis kesakitan bukan hanya karna jambakannya, tetapi juga beberapa bagian luka di tubuhnya.
"Aku berjanji bakalan berusaha lagi, ini tertunda karna aku kalah berlomba sepeda " Jelas Firman.
Pria itu bersiul yang kemudian datang lah anak buahnya untuk membawa sebuah kertas foto yang berisikan foto ini firman.
"Ingat yah, kami sudah ada catatan di mana ibu mu. Jadi, kalau kamu lewat lagi tenggatnya sedikit aja ibu mu yang kami rampas"
Firman menggigit bibir sebentar untuk menahan amarah. "Memangnya apa yang kalian lakukan kepada ibuku?" sorot mata Firman benar benar tajam ke arah orang itu .
"Bisa kami jadikan menjadi pelacur sukarelawan?" Jawab orang itu.
Tanpa pikir panjang, Firman langsung menendang wajah orang itu dengan kecepatan tinggi yang ia miliki saat ini, namun orang ini terlampau kuat untuk seukuran Firman sehingga orang itu menangkap kaki Firman lalu memukulnya menggunakan potongan baja yang ada di dekatnya ke tulang kering Firman.
Firman ini berteriak namun di hentikan oleh anak buah orang itu dengan cara mensumpal mulutnya menggunakan kain lap dan sekalian di hajar hingga hampir masuk ke dalam tenggorokan.
"Anak brengsek, kau yang minjam kau yang tidak bayar. Dasar bangsat" orang itu berdiri dan menepuk nepuk tangannya.
Muncullah beberapa anak yang biasanya berada di samping Firman jika Firman berjalan kemana pun.
"Awasi lagi dia, nih duitnya " Orang itu memberi upah kepada ketiga anak yang telah melakukan pekerjaannya.
Ketiga anak itu memang bukan lah anak buah Firman sedari awal, mereka hanya di suruh oleh orang ini untuk mengawasi Firman dari dekat. Dan sebenarnya Firman sedari awal tidak mempunyai anak buah, ia lebih suka bergerak sendirian .
Firman berdiri dalam keadaan kepala tertunduk dan berjalan tertatih tatih menuju pintu keluar bangunan. Ketiga anak tadi mengikuti Firman hingga sampai depan pintu, namun setelah pintu itu di tutup lagi, Firman menyerang ketiga orang itu dengan kecepatan yang tidak bisa di lihat kasat mata mengunakan tendangannya. Dan merdeka bertiga pun tergeletak di depan pintu keluar gedung.
Hujan masih turun dengan deras, dalam keadaan yang kedinginan Firman berjalan tertatih tatih dalam keadaan tangan kanan yang menopang tangan kirinya yang masih ngilu untuk sekedar bergerak saja. Walaupun berat, namun ia harus terus maju demi ibu nya. Ibunya memang miskin dan ia harus menjadi orang yang bisa memperhatikan ibunya.
Tujuan awal ia meminjam uang demi mengeluarkan ibu nya dari rumah sakit, namun setelahnya ia tak tau bagaimana caranya untuk membayar hutang itu, lalu kemudian ia berjalan ke jalan jalan kecil untuk merampok dan bahkan membantai beberapa preman daerah untuk menyuruh mereka mencari uang bagaimana pun caranya dan memberi setoran kepadanya. Namun uang hasil dari rampokan mereka lebih sedikit ketimbang yang di perlukan agar bisa menebus uang itu. Ketika suatu hari ia melihat ada sebuah perlombaan balap sepeda dalam rangka merayakan hari ulang tahun kita, ia membeli sepeda dari hasil uang yang ia ambil dari para preman. Namun berkali kali ia mendaftar tetap saja ia kalah. Ia pikir dengen kecepatan saja ia bisa memenangkan perlombaan itu, namun skill sepeda itu jauh lebih sulit dari yang ia pikirkan di awal, Al hasil hutangnya menggunung dan belum terbayar sama sekali. Bahkan bunganya semakin membengkak hingga membuatnya setres dan nekat ingin menjadi preman .
...****************...