"Aku cinta kamu. Meskipun kamu duda, aku enggak peduli. Aku pasti bisa membuatmu jatuh cinta padaku," ucap Berliana.
"Satu tahun. Jika kamu mampu bertahan dan membuatku jatuh cinta padamu, maka pernikahan kita berlanjut. Tetapi jika tidak, kita bercerai. Deal?" tanya Dion memulai kesepakatan.
"Oke, aku setuju. Aku yakin Mas Dion akan jatuh cinta padaku sebelum jangka waktu satu tahun pernikahan kita," jawab Berliana penuh keyakinan.
Berkat kekerasan yang selalu ia dapatkan, kematian kedua orang tua dan adik-adiknya serta dendam tak kunjung padam akibat ulah pihak ketiga, membuat dirinya tumbuh menjadi sosok Sadisme. Tidak ada wanita yang sanggup seranjang dengannya. Tanpa Berliana tahu bahwa suaminya itu tengah menyembunyikan identitas dan karakter aslinya.
Sanggupkah Berliana Cahaya Mahendra menjadi dermaga cinta terakhir suaminya, walau tubuhnya akan hancur dan terkoyak?
Simak kisahnya💋
Update Chapter : Setiap Hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Belum Sembuh
Dion langsung menghentikan euforia sadismenya setelah telinganya mendengar istrinya merintih menyebut nama mendiang ibunya. Seketika ia teringat dengan senyum dan perhatian ibunya sewaktu ia masih kecil. Dan kini kesadarannya telah kembali.
Deg...
Ia mendongak menatap Berliana yang tengah menangis lirih dan tiba-tiba ia merasa tangannya lembab. Sontak ia menurunkan pandangannya dan pupil matanya melebar seketika. Tatkala melihat paha mulus istrinya penuh cakaran dan goresan hingga berdarah membasahi sprei ranjang mereka.
Tentu saja semua itu hasil perbuatan sadismenya yang masih belum bisa ia kendalikan sepenuhnya.
"Ber... ma_af. Maaf..." cicit Dion terbata-bata. Ia tengah dihimpit rasa bersalah mendalam pada istrinya.
"Enggak a_pa-apa, Mas." Berliana pun menjawab dengan senyum walaupun sudut matanya masih meneteskan air mata menahan perih dan sakit di kakinya.
Hatinya juga dirundung kesedihan karena merasa terapi yang dijalani suaminya beberapa minggu ini belum maksimal. Namun ia tak menampakkan itu semua di hadapan suaminya. Karena ia tak mau suaminya itu menyerah dan putus asa.
"Mas Dionku lelaki yang baik. Lelaki hebat. Boleh minta tolong buat bersihkan dan kasih obat ke kakiku," cicit Berliana.
"Tentu sayang, tentu." Dion tanpa sadar memanggil Berliana dengan sebutan 'sayang'.
"Alhamdulillah..." batin Berliana mengucap syukur. Sebab suaminya cepat sadar dari euforia sadismenya dan ia mendengar kalimat 'sayang' tersebut terlontar dari bibir suaminya.
Ia tak membahasnya terlalu dalam karena tak mau merusak suasana hangat ini.
Dion pun mengangkat tubuh Berliana ala bridal style. Lantas ia memindahkan istrinya itu ke sofa. Lalu ia mengambil air putih dan kotak P3K yang selalu siap tersedia obat-obatan khusus untuk luka yang memang sebelumnya telah Berliana siapkan.
"Minum dulu," titah Dion seraya memberikan segelas air putih pada istrinya.
Tanpa banyak bersua, Berliana menghabiskan segelas air putih pemberian suaminya itu. Dion juga sudah bisa menyuntikkan sendiri pereda anti nyeri pada tubuh istrinya itu. Sehingga tidak perlu memanggil dokter lagi untuk datang ke rumahnya. Tak lupa ia menutup luka di paha istrinya itu dengan perban.
Bergegas ia ganti sprei ranjangnya dengan yang baru. Dan memindahkan kembali Berliana ke tempat tidur mereka.
"Terima kasih Mas. Love you..." ucap Berliana tersenyum.
"Maafkan aku, Ber. Aku_" ucapan Dion terpotong oleh jari telunjuk Berliana yang menutup bibirnya.
"Aku sudah maafin. Ayo bobo sudah larut," ucap Berliana lembut.
"ARGGGHHhh !!" jerit Dion tiba-tiba yang mencakar rambutnya sendiri di hadapan Berliana.
"Aku suami penyakitan, Ber. Aku cuma bisa nyakitin kamu saja. Enggak bisa bikin kamu bahagia," ucap Dion yang terus menyalahkan dirinya sendiri.
Grepp...
Berliana pun langsung memeluk erat suaminya. Ia berusaha menenangkan dan membisikkan kalimat-kalimat positif yang menyejukkan hati di telinga Dion. Dan tak lama amarah Dion surut seketika dan jambakan tangannya di rambutnya melemah.
Lelaki ini tiba-tiba memeluk istrinya dan menangis meraung-raung.
"Hiks...hiks...hiks... aku pantas mati, Ber. Kamu pasti jijik dan benci padaku. Enggak ada yang sayang sama aku. Enggak ada yang cinta sama aku. Semuanya pergi ninggalin aku," tangis Dion semakin menjadi dalam dekapan hangat Berliana.
"Siapa yang ninggalin, Mas?" tanya Berliana memastikan.
"Semuanya. Keluargaku, ketiga mantan istriku enggak ada yang sanggup tahan hidup sama lelaki sepertiku. Mereka sebut aku sakit jiwa. Aku enggak minta jadi begini, Ber. Bayangan itu terus menghantuiku," ucap Dion tanpa sadar mengeluhkan tentang apa yang ia rasakan pada istrinya.
"Lihat aku, Mas. Jika seluruh dunia membenci Mas dan membuangmu, maka aku tidak akan melakukan hal yang sama seperti mereka. Mas harus ingat, aku istrimu saat ini, esok dan selamanya hingga aku menutup mata untuk selama-lamanya. Aku cinta kamu dan enggak akan nyakitin kamu atau ninggalin, Mas. Buang jauh-jauh kenangan buruk yang selalu menghantui, Mas. Ikhlaskan kepergian keluarga, Mas. Bukankah Mas ingin tahu bagaimana senangnya saat dipanggil Ayah oleh putra kandungmu sendiri? Benar kan?" tanya Berliana yang dijawab anggukan oleh Dion.
"Aku ingin, Ber. Aku ingin merasakan bahagia itu," cicit Dion lirih.
"Jadi, Mas harus tetap rutin terapi dan menjalankan semua perintah Dokter Aldo dan Pak Kyai. Aku selalu mendoakan Mas agar cepat sehat. Yakinlah suatu hari Mas pasti bisa sembuh dan bahagia seperti yang kamu inginkan," ucap Berliana meyakinkan.
"Amin..." jawab Dion lirih.
Akhirnya malam ini keduanya gagal mendaki puncak madu asmara. Namun sebuah kemajuan bahwa malam ini keduanya tidur saling mendekap hangat di bawah gulungan selimut tanpa hasrat. Hanya ada rasa nyaman dan menenangkan.
Walaupun ke depan jalan yang mereka berdua lalui tak akan mudah. Tetapi selama keduanya saling menggenggam erat tangan dan tetap berusaha untuk bangkit, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Usaha dan doa tak akan pernah mengkhianati hasil akhir yang kita cita-citakan.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Tapi males baca cerita lanjutannya, berliana dibikin meninggal 🙁