NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 6

“Hlo kalian uda saling kenal?” tanya Ratna pada keduanya.

“Ehh bukan, gak gitu dek, tadi kan kamu ngenalin ke mas kalau namanya Andini, ya kan?” ucap Bagas sedikit tergagap.

“Iya mba ... bener yang dibilang ehh – pak Bagas ya,” sahut Andini cepat.

Ratna hanya diam mengamati mereka berdua. Batinnya mengatakan baik suaminya maupun Andini menyembunyikan sesuatu. Tapi ia tak tahu apa itu.

“Yaudah duduk yuk, ga enak ngobrol sambil berdiri kaya gini,” kata Ratna memecah keheningan yang menguar di antara mereka bertiga.

“Dek, Mas ke toilet dulu yaa ...” sebelum beranjak Bagas memberi kode kepada Andini untuk menyusulnya.

Beberapa saat kemudian Andini berpura-pura menumpahkan kopi ke atas celananya. Ia berseru dan buru-buru berdiri sambil mengibaskan celananya yang basah, “Aduh mba saya ke toilet dulu yaa.” Seru Andini mengambil beberapa lembar tisu dan beranjak ke toilet.

Sesampainya disana di depan pintu Andini menemukan Bagas telah menunggunya. Bisa terlihat kegelisahan di wajah Bagas.

Begitu Bagas melihat Andini, laki-laki itu langsung menarik tangan Andini dan mendorongnya ke tembok, “Apa rencanamu?! Katakan!” hardik Bagas dengan nada yang naik satu oktaf.

Andini menggeliat, mencoba melepaskan cengkeraman Bagas yang meninggalkan sedikit memar merah di lengannya, “Apa maksudmu?! Aku tak mengerti,” sergah Andini

“Jangan pura-pura! Kau yang merencanakan ini semua bukan?” cecar Bagas memaksa Andini.

“Kamu gila? Apa yang kurencanakan?!” jerit Andini benar-benar tak paham maksud Bagas.

“Kau ...! Kau sengaja menjebakku di hotel dan sekarang kau hadir disini bertemu dengan istriku dengan alasan mendesain gaun ulang tahun pernikahan kami. Dasar licik. Apa sebenarnya yang kamu mau?!” seru Bagas masih dengan nada yang tinggi.

“Hah? Jadi kamu menuduhku melakukan semua ini? Hei, aku tak mengenalmu apalagi istrimu. Aku tak punya urusan denganmu,  buat apa aku melakukan semuanya. Aku tak punya alasan apapun untuk melakukan itu. Lagipula siapa kamu!” tantang Andini  lebih tinggi lagi.

Ia tak terima dengan tuduhan Bagas.

Mata tajam Bagas menelisik Andini dengan begitu dalam. Seolah menyimpan kecurigaan.

“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ku dan Ratna, kupastikan kau akan menyesal berurusan dengan kami,” ancam Bagas dengan tetap berkeyakinan Andinilah yang merencanakan semua ini. Setelahnya Bagas meninggalkan Andini dan kembali ke meja dimana Ratna dengan tenang menghirup lattenya.

“Maaf ya mas lama, tadi antre di toilet.” Tutur Bagas sambil mengusap rambut panjang Ratna.

“Iya gapapa Mas, tadi Bu Andini juga ke toilet,” imbuh Ratna

“Oh ya? Mas ga tau,” sanggah Bagas.

“Jelas donk mas ga tau, kan toiletnya beda. Hihihi, gimana sih mas ini,” sela Ratna terkikik.

Andini yang keluar dari toilet melihat Bagas dan Ratna dari kejauhan dan menemukan betapa mesranya Ratna dan Bagas. Andini bisa merasakan tatapan Bagas yang begitu hangat dan penuh cinta pada istrinya.

Sesuatu yang belum Andini dapatkan.

Andini memang kurang beruntung dalam hal percintaan. Beberapa kali hubungannya kandas di tengah jalan.

Disuguhkan pemandangan seperti itu menimbulkan sedikit rasa iri pada Ratna. Wanita itu cantik dan Bagas ... yeah harus Andini akui Bagas tampan – sangat tampan. Keduanya terlihat begitu serasi. Dan yang pasti terlihat bahagia.

Andini mendekati keduanya, ia enggan terus tenggelam dalam pemikirannya – bukan saatnya.

“Bu Ratna dan Pak Bagas terlihat sangat serasi. Sudah berapa lama menikah?” tanya Andini begitu ia duduk di hadapan dua sejoli itu.

“Lima tahun, Bu. Bu Andini sendiri bagaimana?” Ratna yang menyahut pertanyaan Andini.

“Aiih lima tahun, saya pikir baru satu tahun. Keliatan kaya pengantin baru saking lengketnya,” ujar Andini sambil menutup mulutnya. “Saya masih sendiri, Bu Ratna.”

“Masa perempuan secantik Bu Andini masih sendiri? Pasti banyak yang antre nih jadi pasangan Bu Andini, ya kan Mas?” timpal Ratna pada suaminya.

Bagas yang tengah menatap Andini agak tergagap menimpali pertanyaan istrinya, “Ehh i-iya dek,”

Andini yang mendengar Bagas tergagap sedikit menundukkan kepalanya. Entah kenapa ia merasa malu.

“Mas, karena Mas dan Bu Andini ada disini, adek mau minta izin Mas buat undang Bu Andini ke pesta ulang tahun pernikahan kita. Gimana? Boleh ya Mas?” ujar Ratna sedikit manja dengan Bagas.

Membuat Andini entah mengapa tidak suka. Mungkin karena ia adalah wanita pekerja keras dan pantang baginya untuk bersikap manja pada pasangan karena itu menunjukkan kelemahan.

“Ap-apa? Me-mengundang?”

“Iya ... sebagai ucapan terimakasih sama Bu Andini yang udah desain gaunku, Mas. Gaunnya cantik banget. Adek suka, makanya adek mau undang Bu Andini. Boleh ya Mas,”Ratna mengamit lengan suaminya. Berharap Bagas akan menyetujui usulnya.

Bagas sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya menyetujui permintaan istrinya, “Iya boleh. Terserah adek aja gimana baiknya,” ucap Bagas sambil menjawil dagu istrinya.

Lagi-lagi Andini harus menyaksikan adegan mesra yang semakin membuatnya tak nyaman. Ia meneguk kopinya untuk menghilangkan keresahannya. Ia dapat melihat Bagas yang melirik tak suka padanya seolah sebenarnya Bagas tak rela Andini akan hadir sebagai tamu undangan di pesta pernikahannya.

Untuk menghilangkan ketidaknyamanannya, Andini pamit undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya. Ratna mengingatkannya kembali untuk hadir di pestanya pukul tujuh malam. Andini mengangguk sebagai tanda persetujuan.

Segera Andini lekas beranjak pergi. Ia sudah tak tahan terhadap tatapan tak suka Bagas padanya. Entah apa salahnya. Mungkin Bagas masih berpikir ia yang merencanakan semuanya.

Andini tidak mau ambil pusing, pekerjaannya jauh lebih penting ketimbang asumsinya terhadap Bagas.

Dalam perjalanan pulang, Bagas masih mencoba bernego dengan istrinya perihal mengundang Andini ke pesta ulang tahun pernikahan mereka.

“Kan Mas udah setuju tadi,” tukas Ratna tak mengerti.

“Kita kan ga kenal dia dek,” imbuh Bagas.

“Tapi Adek udah terlanjur undang Mas. Lagian tadi Mas setuju-setuju aja,” sungut Ratna agak kesal.

“Iya Iya ... mas minta maaf ya ....” ujar Bagas mencoba meredakan kekesalan istrinya.

“Ga mau, adek ga mau maafin Mas.” Ratna berpura-pura marah dan membuang muka.

Bagas yang tahu istrinya hanya berpura-pura segera menghentikan laju mobilnya dan meraih wajah istrinya lantas mengecupnya,”Udah yaa jangan marah lagi yaa dek,”

Ratna yang sejatinya memang tak sanggup memendam amarah pada Bagas hanya mampu senyum tertunduk malu – membuat Bagas semakin gemas.

Keduanya lantas saling menggenggam tangan dengan mesra dan hangat. Mobil kembali melaju ke arah rumah mereka.

Sesampainya di rumah, Ratna dan Bagas mandi bersama, sesuatu yang sering mereka lakukan jika baru saja keduanya bersitegang. Gesekan antar kulit mampu meredakan rasa kesal yang tertinggal di antara keduanya. Sesaat kemudian mereka selesai dengan aktivitas mandi bersama.

Bagas masih ada urusan di dalam kamar mandi sedang Ratna berjalan keluar mengenakan handuk kimono

Tak lama Ratna mulai mengetik pesan pada seseorang.

...Pastikan semua sesuai rencana....

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!