NovelToon NovelToon
Ayah Untuk Ayasya

Ayah Untuk Ayasya

Status: tamat
Genre:Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:130.7k
Nilai: 5
Nama Author: ShasaVinta

Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.

Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.

Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.

Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?

Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Ke mana Tessa dan Aya?

Beberapa saat yang lalu di kediaman Nawra ….

Sekembalinya dari dapur untuk mengambil kudapan, Nawra tak kembali duduk di tempatnya semula. Bibir yang berpoleskan gincu berwarna merah itu tersenyum, saat ia mendapatkan kesempatan untuk duduk bersampingan dengan pria incarannya.

Owen menggeser tubuhnya sedikit ke samping menjauhi Nawra. Akan lebih baik lagi seandainya ia bisa duduk di tempat yang jauh dari Nawra, pikirnya. Sayangnya sudah tak ada lagi tempat duduk yang kosong.

“Makasih ya, sudah datang ke rumahku,” bisik Nawra. Sontak Owen semakin menggeser tubuhnya agar lebih berjarak lagi dari Nawra.

Nawra mencebik karena sikap Owen yang terang-terangan menolak berdekatan dengannya. Apalagi respon Owen dilihat oleh temannya yang lain, Nawra jadi salah tingkah.

Tetapi bukannya menyerah, keinginan Nawra untuk menaklukkan Owen semakin besar. Maka dengan tak tahu dirinya, Nawra segera bergelayut manja di lengan Owen.

Sorakan dari teman-teman mereka pun riuh terdengar. “Cie … sepertinya malam ini bakal ada yang CLBK,” ucap Abraham.

“Iya ya, kalian kan dulunya lengket macam perangko. Kirain bakal beneran ke pelaminan,” sahut teman yang lainnya.

Mendengar komentar dari teman-temannya, Nawra pun tertawa menampakkan deretan gigi putihnya. “Kalian bisa saja,” balas Nawra.

“Kami kan baru bertemu lagi setelah bertahun-tahun berpisah, masa main langsung ke pelaminan saja.”

“Bener nggak, Wen?” tanya Nawra menoleh ke arah Owen.

Pria itu tak acuh pada pertanyaan Nawra. Ia sedang berusaha melepaskan rangkulan di lengannya. Semakin Owen berusaha menarik tangannya, semakin Nawra mempererat pelukannya.

“Lepasin!” Peringat Owen dengan tegas.

Namun Nawra seolah tak peduli. Ia malah semakin berani dengan menyandarkan kepalanya di pundak Owen.

Tak ada yang tahu, jika di balik pintu Tessa mendengar semua yang mereka bicarakan. Ternyata benar dugaannya jika Nawra dan suaminya dulu pernah memiliki hubungan spesial.

Sengaja ia bungkam mulutnya dengan kedua tangan, tak ingin kehadirannya diketahui. Saat akan pergi, hatinya bertambah sakit. Dari jendela, ia bisa melihat Nawra yang bersandar di pundak sang suami.

Dengan langkah yang ia percepat, Tessa kembali ke rumahnya. Kekesalannya meningkat berkali-kali lipat, manakala ia tiba dirumahnya dan kembali mendengar tangisan putrinya. Bayangan akan tawa yang ia dengar di rumah Nawra membuatnya merasa yang terjadi saat ini sungguh tak adil.

“Pantas saja Bang Owen tak menjawab panggilanku,” gerutu Tessa. “Toh dia sedang sibuk mengenang cinta masa lalunya!” Gerutu Tessa.

Sementara di rumah Nawra, Owen semakin merasa tak nyaman saat banyak dari teman-temannya yang mulai menyudutkannya.

“Lepasin!” Suruh Owen sekali lagi pada Nawra.

“Nggak mau! Aku masih nyaman nyender gini. Sudah lama juga kita tak bertemu, aku kangen sama kamu.” Nawra semakin tak tahu diri membuat Owen semakin geram dibuatnya.

Teman yang lain pun ikut menimpali. “Wah, beneran bakal kejadian ini. Jangan lupa undang kita-kita, ya.”

Nawra tertawa bahagia mendengar penurutan salah seorang temannya.

Sementara Owen berdecak. “Jangan gila, deh! Sudah jelas itu nggak akan mungkin dan nggak akan pernah terjadi.” Owen menarik tangannya dengan kasar hingga Nawra sedikit meringis menahan sakit.

“Bro … nggak usah kaku gitu!” Tegur Ben.

“Santai saja … kita semua kan hanya bercanda. Lagian istrimu nggak akan tahu kok,” lanjutnya.

Setelah itu Ben tertawa. Disusul dengan Abraham lalu teman mereka yang lainnya juga ikut menertawakan ledekan Ben kepada Owen.

“Leluconmu nggak lucu Ben!” balas Owen.

“Pria yang suka mengumbar janji sepertimu, tak akan paham dengan yang namanya komitmen.”

Keadaan berbalik, yang tadinya mereka menertawakan Owen kini berubah menertawakan Ben.

“Benar, Wen. Aku setuju denganmu. Semenjak menikah dan memiliki anak, aku akan berpikir seribu kali jika ingin berbuat yang macam-macam. Rasanya keluargaku terlalu berharga untuk dipertaruhkan dengan kesenangan sesaat.” Salah satu teman Owen yang juga sudah berkeluarga ikut berkomentar, setuju dengan ucapan Owen.

“Tuh dengerin, Ben. Jangan tiap malam taunya gonta-ganti wanita saja,” Abraham pun ikut-ikutan menyudutkan Ben.

Ben berdecak, “Ya kalau yang jadi istriku adalah Tessa, aku juga akan sama seperti Owen. Tak mungkin akan kusia-siakan wanita secantik dia,” ungkap Ben memancing emosi Owen.

Mendengar Ben yang membawa-bawa istrinya, telah menyulut amarah Owen. Pria itu sontak berdiri menghadap pada Ben.

“Maksudmu apa, bawa-bawa nama istriku?” tanya Owen.

“Santai, Bro! Aku kan cuma berandai-andai.” Ben yang merasa Owen menantangnya juga ikut berdiri.

“Berandai-andai dengan membawa-bawa istriku?! Sama saja kau tak menghargaiku sebagai suaminya!” Bentak Owen.

“Harusnya aku memang tak pernah datang ke acara reuni si*lan ini!”

Owen segera meninggalkan rumah Nawra tanpa pamit. Saat berjalan menjauh, Owen masih mendengar suara Abraham yang memanggil-manggil namanya. Namun tak ada niatan Owen untuk berbalik. Bahkan saat lengannya ditarik oleh Nawra, Owen dengan kasar menghempas tangan wanita itu.

“Wen!”

“Apa?! Sebenarnya apa maumu, hah?” Owen membentak Nawra.

“Aku hanya ingin kita bisa dekat seperti dulu,” ungkap Nawra.

“Maaf, tapi aku tak bisa. Kau tahu, aku memiliki istri yang harus ku jaga perasaannya.”

“Tapi, aku tak berniat buruk. Aku hanya ingin kita bisa seperti dulu lagi. Kamu yang paling tahu aku tidak punya siapa-siapa lagi,” ucap Nawra.

“Saat kita bertemu lagi, aku merasa sangat bahagia. Kupikir akhirnya aku kembali memiliki sandaran, seperti saat dulu. Kamu selalu ada untukku.”

“Aku tak berniat jahat, sungguh.” Nawra berusaha untuk meraih tangan Owen, ia ingin menggenggamnya. Sayangnya sebelum itu terjadi Owen telah menjauhkan tangannya.

“Maaf karena kau harus kecewa, Nawra. Sebelum kau berharap terlalu jauh, seharusnya kau sudah tahu jika sekarang ini semua sudah berubah. Sekarang dan dulu tidaklah sama. Tak ada lagi kau dalam hidupku yang sekarang. Hanya ada istri dan putriku,” ungkap Owen.

“Tolong ingat itu, Ra. Jadi kumohon jangan lakukan lagi, hal-hal yang membuatku akhirnya kembali membencimu!”

Setelah memperingatkan Nawra, Owen berbalik dan mempercepat langkahnya untuk menuju rumahnya. Keningnya mengernyit saat melihat pagar rumahnya terbuka lebar dan tak ada mobil di carport.

“Tessa! Aya!” Pekiknya seraya berlari masuk melewati halaman rumahnya.

Owen tak memikirkan di mana keberadaan mobilnya. Hal terburuk yang ia pikirkan, bagaimana jika ada penjahat yang membobol rumahnya lalu mencelakai istri dan putrinya.

Dugaan Owen diperkuat saat pintu rumahnya tak terkunci seperti biasanya. Owen semakin cemas, memikirkan hal terburuk apa yang bisa menimpa istri dan putrinya.

Owen berjalan masuk ke dalam rumah, tempat pertama yang ia tuju adalah dapur. Pikirnya ia harus membawa sesuatu yang bisa ia pakai membela diri. Namun saat melihat tumpukan piring kotor di wastafel, seketika keningnya mengenyit.

Ia merasa heran dengan apa yang dilihatnya. Tak biasanya Tessa meninggalkan piring kotor semalaman. Istrinya itu bahkan pernah mendumel seharian hanya karena Owen lupa janjinya yang hendak mencuci piring dan membiarkan piring kotor itu semalaman.

Terlebih saat ia melihat tumpukan makanan di tempat sampah. Seingatnya, semua itu adalah hidangan makan malam yang dibuat istrinya.

Tanpa menunggu lama, Owen merogoh saku celananya untuk menemukan ponselnya. Betapa terkejutnya Owen, saat banyak panggilan tak terjawab dari nomor ponsel istrinya. Tak ingin membuang lebih banyak waktu, Owen melangkah cepat menuju kamarnya.

Saat pintu terbuka, tak ada siapa-siapa yang ditemukan Owen. Ia masuk ke dalam kamar, memeriksa kamar mandi juga walkin closet. Hasilnya pun masih tetap nihil.

Owen berpikir tempat terakhir adalah kamar putrinya. “Tessa pasti tertidur di kamar Aya,” gumam Owen lirih.

Saat ia buka pintu yang terhubung dengan kamar putrinya, hanya kekosongan yang menyambut Owen. Tak ada siapa pun di sana.

Dengan ponsel yang sejak tadi berada dalam genggamannya, Owen mencoba menghubungi Tessa. Panggilannyanya tak terjawab meski sudah berkali-kali ia ulang. Owen mencoba berpikir tenang, ia dudukkan dirinya di tepi tempat tidur.

Netranya membingkai secarik kertas yang ada di atas nakas. Kertas dengan tulisan tangan Tessa, dan ada sedikit jejak tetesan air mata di sana. Tak banyak kata yang ditulis Tessa untuk dibaca Owen. Namun, isi pesan Tessa begitu jelas hingga membuat tangan Owen bergetar.

“Aya sakit!” pekiknya.

“Oh, Tuhan … kebodohan apa lagi yang kulakukan kali ini?” gumamnya lirih.

“Lalu ke mana mereka pergi?”

Owen mengusap wajahnya kasar. Ia tinjukan tangannya ke udara. Jika ia saja kecewa pada dirinya sendiri, lantas bagaimana kecewanya Tessa dan putrinya.

Ponselnya di atas nakas bergetar, segera Owen meraihnya. Ia sempat menghela napas berat ketika melihat nomor telepon rumah sakit yang tertera di layar ponsel pintarnya.

“Oh, apa lagi ini?” keluhnya. Di pikirannya, ada keadaan darurat di rumah sakit yang membutuhkan kehadirannya. Sungguh ia tak akan siap jika benar seperti itu. Pikirannya sedang kacau, memikirkan ke mana Tessa dan putrinya pergi.

“Halo,” Owen menjawab panggilan dengan lesu.

“Dokter Owen, aku ingin mengabari jika istri dan putri Anda sedang berada di rumah sakit.” Padahal dia baru saja duduk di tepian tempat tidur. Namun, kabar mengenai keberadaan istri dan putrinya membuat Owen kembali berdiri.

“Putri Anda harus dirawat. Dugaan awal ia terserang penyakit demam berdarah. Tapi dokter spesialis anak masih menunggu hasil tes laboratorium,” jelas seorang perawat dari seberang telepon.

“Maaf jika saya lancang menghubungi Anda,” lanjutnya.

“Tak apa, Sus. Terima kasih karena telah menghubungiku.”

Setelah mengakhiri sambungan telepon tersebut, Owen bergegas pergi menuju rumah sakit.

...…...

Tak sampai 30 menit waktu yang diperlukan Owen untuk tiba di rumah sakit tempatnya bekerja. Berbekal informasi dari perawat yang tadi menghubunginya, Owen akhirnya bisa kembali melihat istri dan putri kecilnya.

Nyeri terasa di hati Owen, saat ia melihat putri kecilnya terbaring lemas dengan tangan yang sudah terpasang infus. Istrinya tampak begitu kacau, duduk di samping hospital bed dengan mata sembab. Entah sudah berapa lama istrinya itu menangis, Owen merasa bersalah tak ada di sisinya di saat Tessa sangat membutuhkannya.

Satu hal yang mengganjal di hati Owen, Tessa yang menyambutnya dengan tatapan dingin.

“Bun … maafkan aku.” Owen pun tak mengerti mengapa kata maaf yang pertama kali terucap dari bibirnya. Ia hanya merasa jika sekali lagi, ia telah melukai istrinya.

Namun yang tak Owen duga kembali terjadi. Tessa menepis tangan Owen yang berada di bahunya.

“Tinggalkan aku! Aku ingin sendiri,” ucap Tessa lirih.

...——————...

1
💞🍀ᴮᵁᴺᴰᴬRiyura🌾🏘⃝Aⁿᵘ
akhirnya setelah melalui beragam.rintangan kebahagian itu datang juga...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
benarkah???
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
keguguran keknya...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
saatnya kamu panen apa yg kamu tanam nawra...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
good job ben.. wis alih profesi jd aktor aja ...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
hhmmm gmn buuuu calon menantunya hamil anak laki lain mboh siapa bapaknya.....
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
iiihh dasar ben sedeng 11 12 sm.nawra
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
mungkiniah owen diauruh danira bertanggung jawab pd nawra? kalo.iya .. angel wis angel....
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
weh dasar nawra stress berat menjurus depresi... dah bawa aja nawra ke rsj...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
kok.melu panas bacanya 🙈🙈
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
sabar owen dengerin penjelasan alfio dl... tp jgn syok ya nanti...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
mereka lg sibuk anu bang alfio 🤭😅😅✌
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
wis waktunya bezuk debay 🤭😅😅✌✌
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
yah danira gampang pisan dihasut nawra... bgtulah kalo di hatinya tertanam kebencian ga punya pendirian ..
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
makanya alfio jan krn ambisi/nap su ingin bertemu/ merebut ayasya sembarangan milih patner kan runyam...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
ben ga usah kepo gitu urus aja urusan sendiri gmn caranya tobat dr maksiat...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
tessa menikah dg owen stelah melahirkan bkn saat hamil.. makanya ben jgn mudah percaya sm omongan nawra
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
ben percaya sama nawra.. syirik 🤭😅😅✌✌
nawra wanita licik, ben..
༄⃞⃟⚡𝙼𝙰𝙼𝙰ᶠᵉⁿᶦ𒈒⃟ʟʙᴄ 🍒⃞⃟🦅
Ye akhirnya happy ending. selamat ya tes doa dan harapan akhirnya tercapai dengan smua kejadian yang sudah kamu lalui akhirnya bisa berakhir bahagia.

wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.

kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
mewek betulan lah aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!