NovelToon NovelToon
Jodohku Pria Lumpuh

Jodohku Pria Lumpuh

Status: tamat
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Tamat
Popularitas:615.7k
Nilai: 4.5
Nama Author: Anjana

Demi melunasi hutang orang tuanya, Venzara harus menerima pernikahan paksa dengan anak majikan bibinya. Mau tidak mau, Venza akhirnya menerimanya dan siap menerima syarat yang ditentukan.

Tidak hanya terikat dalam pernikahan paksa, Venza juga harus menerima perlakuan buruk dari suaminya. Namun, sosok Venza bukanlah perempuan yang lemah, bahkan dia juga perempuan yang berprestasi. Sayangnya, perekonomian keluarganya tengah diambang kehancuran.

Jalan satu-satunya hanya bisa menikahkan Venza dengan lelaki kaya dengan kondisinya yang lumpuh.

Akankah Venza mampu bertahan dengan pernikahannya? yuk simak kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingin sembuh

"Kak Gilang," panggil Nandin pada kakak laki-lakinya.

"Hem, apa?"

"Aku izin ya, aku mau dijemput nih sama karyawan butik. Tadi bilang ada tamu yang sedang menunggu, katanya sih ada survei apa gitu, belum jelas juga sih. Gak apa-apa kan Kak, kalau aku tinggal ke butik?"

"Gak lagi bohong, 'kan?" tanya Gilang dengan tatapan serius.

"Bohong darimana sih Kak? aku serius lah, jugaan nanti Mama datang kok, boleh ya boleh."

"Ya, sana."

"Siap, makasih Kakakku yang paling ganteng setelah Kak Razen." Ucap Nandin dan mencubit gemas kedua pipi milik kakaknya.

"Aw! Nandin, apa-apaan sih kamu ini. Sakit, tau." Pekik Gilang saat kedua pipinya mendapat cubitan gemas dari adik perempuannya

Kemudian, Nandin justru menjulurkan lidahnya tanda meledek.

"Kakak ipar, aku pergi dulu ya, bye bye sama Kak Gilang yang paling resek, wek ...!"

Nandin langsung pergi dan lari, agar tidak mendapat kejaran dari kakak laki-lakinya.

"Itu anak dari dulu gak pernah berubah, selalu aja bikin ulah." Gumam Gilang sambil melihat kepergian Nandin yang semakin tak terlihat bayangannya.

"Namanya juga adik paling bontot, biasalah. Kamu masih beruntung mempunyai saudara laki-laki dan perempuan, tidak sepertiku yang hanya mempunyai saudara tiri. Maka, jangan sia-siakan mempunyai saudara dari kedua orang tua yang sama." Ucap Venza yang tiba-tiba teringat betapa sadisnya saudari tirinya yang begitu tega menukarkan kebahagiaannya dengan jumlah uang.

"Jadi, kamu gak punya saudara?"

"Aku enggak tau, sepertinya memang gak punya saudara. Oh ya, udah selesai kan ini." Jawab Venza dan mengalihkan obrolannya dengan lembaran formulir miliknya yang digunakan untuk mendaftar.

"Coba aku lihat, takutnya ada yang belum ke isi."

Venza langsung menyodorkan lembaran kertas formulir kepada adik iparnya.

Dengan seksama dan juga dengan teliti, Gilang memeriksa formulir milik kakak iparnya.

"Semua benar dan tidak ada yang salah, kalau gitu aku mau menyerahkan formulir ini ke kantor. Kakak ipar tunggu aku disini ya, gak lama kok." Ucap Gilang dan bergegas bangkit untuk menyerahkan formulir milik kakak iparnya.

Sedangkan Venza yang tengah menunggu adik iparnya, ia menyibukkan diri untuk mengamati di ruang lingkup kampus yang akan sering ia datangi.

"Mimpi apa aku kemarin itu, sampai-sampai aku berada di kampus besar ini. Aku yakin jika semuanya pasti dari golongan orang kaya semua, terlihat jelas dari penampilannya. Apalah aku ini yang hanya anak kampung dan harus gagal kuliah, dan justru aku bagai barang yang dijual belikan. Aku sendiri tidak yakin jika aku akan menemukan kebahagiaanku." Gumam Venza sambil melamun, sampai-sampai dirinya tidak sadar jika adik iparnya sudah duduk kembali didekatnya.

"Kakak ipar, lagi mikirin siapa hayo?"

"Eh kamu, gak kok. Aku tidak lagi mikirin siapa-siapa, cuma lagi mikirin apa aku bisa kuliah di kampus ini? itu aja kok."

"Kirain lagi kepikiran sama Kak Razen, nebak doang akunya."

"Eh iya ya, hampir saja aku lupa. Aku boleh meminta tolong gak sama kamu."

"Minta tolong apa Kak?" tanya Gilang penasaran.

"Kamu mau gak, beliin alat penyangga untuk kakak kamu, maksudnya aku tongkat penyangga."

"Untuk Kak Razen?"

"Iya, aku akan mengurangi jadwal penggunaan kursi roda. Kamu bisa membelikannya alat bantu itu, 'kan?"

Gilang tersenyum saat mendengar permintaan kakak iparnya.

"Tentu saja, nanti aku akan belikan lewat pak Erik. Kakak ipar gak perlu khawatir, nanti akan aku pesankan. Tunggu sebentar ya Kak, aku mau menghubungi Pak Erik dulu."

"Ya, silakan. Maaf ya, kalau aku lagi-lagi harus merepotkan kamu lagi." Ucap Venza.

"Tidak apa-apa, ini juga untuk Kak Razen. Bentar ya Kak, aku hubungi dulu pak Erik." Jawab Gilang dan segera merogoh ponselnya, kemudian segera menghubungi orang kepercayaan keluarganya.

Venza yang permintaannya di penuhi, pun merasa lega. Sedangkan Gilang tengah menghubungi Pak Erik.

"Halo Pak Erik, tolong pesankan alat bantu penyangga alias tongkat penyangga Kak Razen ya Pak, ini atas permintaan istrinya Kak Razen, yaitu kakak ipar. Tolong untuk sore ini pesanannya datang." Ucap Gilang yang langsung pada pokok intinya.

Pak Erik yang mendengar lewat sambungan telepon, pun tersenyum senang. Tentu saja sangat menyanggupinya.

Razen yang dapat menangkap obrolan dari Pak Erik pun, seolah tidak mendengarnya.

"Siapa yang menelpon mu, Pak?" tanya Razen sambil menyibukkan diri dengan layar komputernya.

"Ini Tuan, Tuan Gilang menelpon saya untuk menyampaikan pesan dari istrinya Tuan Razen." Jawab Pak Erik.

"Pesan apaan, Pak?"

"Nona Venza meminta saya untuk memesankan alat bantu penyangga untuk Tuan Razen. Jadi, saya jawabnya iya, meski saya sudah memesannya lebih dulu. Rupanya Nona Venza sangat peduli dengan kondisinya Tuan, semoga saran dari istri Tuan akan merubah kondisi Tuan bisa kembali sembuh seperti dulu lagi."

"Semoga saja, Pak Erik boleh pergi."

"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." Jawab Pak Erik dan bergegas keluar dari ruang kerja majikannya.

Setelah Pak Erik pergi, kini tinggal Razen yang tengah sendirian di ruang kerjanya sambil menyibukkan diri dengan layar komputernya.

"Leoni, lihatlah nanti, kamu akan menyesal telah mengkhianati ku. Aku akan tunjukkan padamu kalau aku bisa sembuh tanpa mu, dan kamu akan menyesalinya." Gumam Razen yang teringat akan hinaan kondisi fisiknya yang tidak bisa berjalan, lebih lagi dokter mengatakan kelumpuhan, tentunya sangat menyakitkan untuk diterima.

1
Nurlaila Hasan
endingnya....
cessie
bagus, tapi masih banyak nama yabg tertukar
Evi Lusiana
msa udh tamat aj thor
Anjana: Sudah kak🙏
total 1 replies
Evi Lusiana
knp venza gk ajk suaminy ziarah k mkm ibuny
Evi Lusiana
cerdas bi darmi sdh memikirkn seandainy venza jd janda,drpd hidup sysah dn d jodohkn sm pilihan ibu tiri lucnut
Juna Dong
luar biasa
Betty
bagus
Rani Peranginangin
bagus semoga terspinya berhasil
Rani Peranginangin
bagus menyingkir darioada gabung sama manusia kurang kerjaan
Rani Peranginangin
semakin menarik ceritNya . lanjut
yena
suami mu cemburu itu Zen pergi sm Gilang
yena
ngintip dikit gak papa Zen suami sendiri halal kok 🤗
yena
makanya pak cari istri yg bener jgn cm mikir sawah setumpuknya aja cari istri yg baik jgn matre kayak Melani 🙄
yena
kenapa gak mati aja papanya venza
yena
hai author
Anjana: Hai juga kakak
Terima kasih sudah berkenan mampir di karya recehan ini🥰
total 1 replies
Nur Andi Baharuddin
/Grievance/
Sandi afrizal A
hai
Linda Sun
Luar biasa
difaq aisyah
Lumayan
Rahma Waty
kok elena... venza kale
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!