Ayesha seorang gadis muda yang harus merawat bayi kembar yang ditinggalkan ibu kandungnya begitu saja pasca melahirkan.
Luma tahun kemudian satu persatu identitas dari bayi kembar itu mulai terungkap dengan sendirinya saat ia bertemu langsung ayah kandung si kembar.
Ironisnya ayah kandung si kembar mengira Ayesha adalah seorang janda dan dia jatuh cinta dengan gadis yang telah merawat anak kandungnya selama ini.
"Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
" Apakah ibu kandung si kembar meminta kembali anaknya dari Ayesha ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Gugup
Seperti biasa, Ayesha yang biasa di panggil Eca ini berangkat ke rumah sakit membawa sendiri mobilnya. Sekitar pukul sebelas malam Eca sudah melakukan absen dan mulai melakukan visit ke setiap pasiennya.
Ia berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan Alin, ibu kandungnya si kembar. Dua suster yang mendampinginya begitu heran dengan sikap dokter Eca yang selalu mengintip terlebih dahulu keluarga pasien di kamar pasien yang akan mereka kunjungi.
"Ada apa dokter..? Kenapa malam ini anda kelihatan lebih gelisah saat melakukan kunjungan pada pasien?"
"Tidak ada apa-apa suster Dita! Aku sedang memastikan sesuatu. Karena aku seperti sedang melihat salah satu kerabat jauh pernah mengunjungi rumah sakit ini. Entah dia sendiri yang sakit atau keluarganya yang sakit."
Ujar dokter Eca sambil meminta catatan pasien untuk ia pelajari kasus yang tersisa dari keluhan yang mereka sampaikan.
"Tapi sikap dokter terlihat ragu-ragu bahkan cenderung ketakutan saat masuk ke kamar pasien. Apakah ada seseorang yang sedang dokter hindari, mungkin pacar atau..?"
"Saya rasa ini bukan urusan anda. Kenapa anda terlalu vokal ingin tahu urusan pribadiku?"
Ketus Eca sebel dengan suster Dita.
Dokter Eca ke ruang kerjanya membuka laporan data kasus pasien di komputer, yang akan melakukan bedah besok malam.
Ia membaca seluruh nama pasien yang akan melakukan bedah.
"Astaga! Kenapa aku sampai tidak tahu nama ibu kandungnya si kembar. Aku hanya bisa mengenali wajahnya tanpa tahu namanya. Bagaimana caraku mencari data pasien melalui foto mereka. Ini sangat membuatku gusar."
Umpat dokter Eca yang membuka satu persatu data pasien melalui foto copy KTP mereka.
" Permisi dokter Eca! Ada pasien di ruang IGD membutuhkan penanganan anda." Pinta dokter Desi.
"Baik suster! saya akan ke sana."
Dokter Eca segera meraih stateskop miliknya untuk melakukan pemeriksaan pada pasien.
Pasien yang menderita serangan jantung itu segera ditangani dengan baik oleh dokter Eca dengan memperhatikan diagram EKG nya.
Dokter Eca mendengarkan kronologi sakit pasien yang terkena serangan jantung dari keluarganya.
"Maaf tuan! Sepertinya ayah anda perlu melakukan pemasangan ring karena alat pompa jantung ayah anda terlalu rendah untuk menyampaikan oksigen ke seluruh tubuh untuk memacu peredaran darah kembali ke jantung sangat kecil. Bapak harus menjalani kateterisasi untuk pemasangan ring."
"Baik dokter. Lakukan yang terbaik untuk ayah saya." Ucap keluarga pasien itu.
"Baik!"
"Suster tolong pindahkan pasien ke kamar inap! Persiapkan pasien untuk pemasangan ring jam lima pagi." Titah dokter Eca pada dokter Desi.
Dokter Eca kembali lagi ke ruang kerjanya. Waktu terus berjalan dokter Eca mondar-mandir memeriksa pasien yang ada ruang IGD hingga tidak terasa sudah menjelang fajar.
Ia pun bergegas melakukan sholat subuh sebelum melakukan visit lagi ke kamar inap pasien. Sekitar jam enam pagi dokter Eca sedang bersiap-siap untuk meninggalkan rumah sakit namun ada telepon masuk dari dokter Gaes untuk datang ke ruang kerjanya.
Dokter Eca memakai lagi masker dan jas putihnya menuju ruang kerjanya dokter Gaes.
Cek lek...
"Silahkan masuk dokter Eca!"
Eca menapaki langkahnya ke dalam ruang kerjanya dokter Gaes dan melihat CEO rumah sakit itu sedang bicara dengan seorang wanita yang sedang memunggungi dirinya.
"Dokter Eca! Kenalkan ini pasien baru anda ingin melakukan CT scan dengan anda. Tolong dilayani dengan baik! Alea ini dokter yang saya rekomendasikan untukmu."
Alea membalikkan tubuhnya melihat ke arah dokter Eca sambil tersenyum.
"Hahhhh!"
Eca membekap mulutnya dengan mata melebar dan tubuh yang hampir terhuyung ke belakang.
Ia tidak menyangka orang yang sedari kemarin membuatnya terganggu sudah ada di hadapannya.
"Ada apa dokter Eca? Apakah anda baik-baik saja?"
Dokter Gaes menghampiri Eca sambil memegang bahu Eca yang saat ini sangat terguncang dengan tubuh yang sangat gemetar.
Saat ini ia sangat gugup melihat sosok wanita di hadapannya yang di kira adalah ibunya si kembar.
Alea yang merasa cemas dengan keadaan dokter Eca ikut membantu gadis ini untuk duduk di sofa dan memberinya air. Dokter Eca duduk sambil menundukkan wajahnya dengan masker yang masih menempel di wajahnya.
"Minum dulu dokter Eca! Mungkin anda sedang kelelahan."
Ucap dokter Gaes sambil menyodorkan sedotan ke mulut dokter Eca.
Dokter Gaes membuka masker Eca membuat gadis ini menjerit.
"Jangan.. jangan di buka maskerku..!"
"Tapi anda harus minum dokter Eca! Lagi pula saya tidak meminta anda pakai masker di ruangan saya. Ayo minumlah? nanti anda bisa pakai masker lagi."
Pinta dokter Gaes sedikit memaksa dokter Eca membuat gadis ini pasrah membuka masker itu dengan air mata yang sudah mengalir.
Ia sudah tidak peduli lagi jika Alea melihat wajahnya. Ia meneguk minumannya dengan mata terpejam menahan tangisnya.
"Dokter Eca! Kalau seandainya anda tidak siap melakukan pemeriksaan pada saya, tidak masalah." Ucap Alea ramah.
Eca menautkan kedua alisnya merasa heran dengan respon Alea yang tidak mengenalinya sama sekali. Ia mengamati lagi wajah Alea lebih dalam dan tidak ingin banyak bertanya pada Alea.
"Kenapa gadis ini tidak mengenali aku sama sekali? apa yang terjadi kepadanya? Apakah dia sudah melupakan aku? aku harus mencari tahu apa yang terjadi pada gadis ini.
Mana mungkin ada kemiripan wajah atau jangan-jangan...astaga! Apakah mereka saudara kembar? berarti si kembar lahir karena faktor genetik dari ibunya."
Eca mulai sedikit lebih tenang setelah menarik kesimpulan bahwa saat ini yang dia hadapi bukan ibu kandungnya si kembar melainkan saudara kembar dari Alin.
"Apakah anda sudah baikan dokter Eca?" Tanya dokter Gaes.
"Sudah dokter. Saya siap melakukan CT scan pada nona Alea. Silahkan ikut saya nona Alea!"
Alea dan dokter Eca menuju ke ruang CT scan. Alea menggantikan baju miliknya dengan baju pasien.
Keduanya sudah saling interaksi saat tubuh Alea sudah masuk ke dalam tabung itu. Ternyata sakit yang di derita Alea adalah tumor ganas yang bersarang pada otak kirinya.
"Bagaimana keadaan saya dokter Eca?"
"Keadaan anda tidak baik-baik saja nona Alea!"
"Apa yang terjadi dokter?"
"Di ruang otak kiri anda terdapat tumor ganas. Anda harus melakukan tindakan operasi sebelum anda mengalami kebutaan permanen dan juga akan mengalami lumpuh."
Degggg....
"Apakah fisik saya akan mempengaruhi rahim saya jika suatu saat nanti saya hamil?"
"Apakah anda belum menikah nona Alea?"
"Saya belum menikah dokter Eca dan akan segera menikah kalau saya memastikan keadaan saya sudah baik-baik saja."
"Jika suatu saat anda hamil, itu tidak masalah kalau anda mau melakukan operasi pengangkatan tumor di otak anda.
Jika anda biarkan, anda akan sulit mendapatkan keturunan karena seumur hidup anda hanya mengkonsumsi obat-obatan yang tidak memungkinkan janin tumbuh di rahim anda, nona Alea.
Deggggg...
"Baiklah dokter! Saya siap di operasi."
"Itu lebih baik. Tapi apakah anda memiliki saudara kembar nona Alea?"
"Bagaimana anda bisa tahu kalau saya memiliki saudara kembar dokter Eca? padahal saya tidak menyinggung saudara kembar saya selama kita ngobrol seputar penyakit saya."
Degggg....
aku rindu.
eh mlah tamat /Angry/