Amanda Groban tak dapat menahan amarahnya saat mengetahui fakta mengerikan di balik kecelakaan yang dialami oleh Emily, saudara kembarnya. Bahwa ternyata, dalang kecelakaan tersebut ialah suami Emily sendiri, bernama Glen.
Emily yang dinyatakan koma sengaja disembunyikan oleh Amanda di klinik milik temannya. Selagi menyembunyikan Emily, Amanda akan membalas kejahatan Glen dan kekasih gelapnya. Demi mencapai tujuan itu, Amanda menyamar menjadi Emily yang culun dan penakut.
Akankah Amanda berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emely Ada Di Rumah
Sopir pribadi Zack tiba di klinik dengan wajah menekuk. Zack benar-benar menguji kesabaran dengan memberinya perintah seenaknya dan kadang tidak masuk akal. Lihatlah, sekarang Zack memberinya perintah untuk menuju klinik dan menjaga Emely malam ini.
Ketika tiba di depan pintu ruangan, bersamaan dengan seorang perawat wanita yang baru saja keluar setelah memeriksa keadaan Emely.
"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat kesal begitu?" tanya wanita itu.
"Aku diperintahkan untuk menjaga Nona Emely malam ini. Padahal aku ini sopir, bukan bodyguard," gerutunya panjang lebar.
"Mungkin Dokter Zack hanya percaya kepadamu saja."
"Aku tahu. Sungguh sebuah kehormatan! Tapi kapan dia akan mengerti kalau ini akhir pekan dan aku juga butuh libur? Selain itu kapan dia akan mengerti bahwa namaku Mauricio, bukan Mauren?"
Wanita itu hanya mengatupkan bibir demi menahan tawa.
"Sabar. Bos memang tidak pernah salah."
Mauren duduk di depan ruangan masih dengan wajah menekuk.
"Nasib! Aku jadi penjaga di sini, sementara tuan berduaan dengan Nona Amanda di apartemen."
*
*
*
Perlahan Amanda membuka mata di pagi hari. Ia masih merasakan sisa denyutan di kepala. Dengan kesadaran yang belum utuh sepenuhnya, ia meneliti seisi ruangan tempatnya berada.
Spontan saja wanita itu menjadi sangat panik setelah menyadari sedang terbaring di sebuah tempat asing. Bayang-bayang kejadian semalam terlintas di benaknya.
"Bukankah semalam aku ada di restoran hotel dengan Glen?"
Berbagai pikiran negatif sudah memenuhi pikiran Amanda. Dia menyibak selimut dan meneliti keadaan tubuhnya yang masih menggunakan pakaian semalam. Lalu, apa yang baru saja dilakukan Glen kepadanya?
"Aaaa tidak!" Amanda histeris dalam kesendirian. Dia segera beranjak dari tempat tidur dan berlari keluar kamar.
Namun, apa yang ia dapati di depan sana membuatnya terpaku di tempat. Zack sedang tertidur di sebuah sofa panjang.
"Zack?"
Amanda yang belum mengerti apa yang telah terjadi langsung mendudukkan tubuhnya di sisi sofa tempat Zack sedang tidur.
"Zack, bangun!" bisik Amanda sambil mengguncang lengan laki-laki itu.
Bukannya terbangun, Zack malah menarik Amanda ke pelukan hingga berbaring bersamanya di sofa. Ia bahkan memeluk wanita itu seperti guling.
"Hey, lepaskan! Apa yang kamu lakukan?"
Tepukan keras mendarat sempurna di dada Zack yang membuat laki-laki itu membuka mata.
"Amanda?" Zack refleks melepas pelukan. "Maaf, aku tidak senagaja. Kenapa juga kamu harus di sini pagi-pagi?"
"Seharusnya aku yang bertanya? Apa yang terjadi, kenapa aku bisa di sini?"
Berondongan pertanyaan itu tak langsung dijawab oleh Zack. Dia sedang merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Tidur di sofa membatasi ruang gerak dan membuat tidurnya tidak nyaman semalaman.
Sebenarnya masih ada satu kamar di apartemen itu. Tetapi Zack memilih tidur di sofa karena takut Amanda akan terbangun dan kebingungan.
"Semalam si Predator Glen mau menjebakmu. Makanya aku membawamu ke sini."
"Lalu ini apartemen siapa?"
Amanda meneliti sekeliling. Apartemen itu terlihat sangat mewah dengan fasilitas lengkap. Dan setahu Amanda, Zack hanyalah seorang dokter biasa. Dia tidak mungkin memiliki hunian mewah seperti tempat mereka berada sekarang.
"Ini apartemen temanku. Aku meminjamnya semalam."
Akhirnya, Amanda bisa bernapas lega. Dia menatap Zack yang kini sedang membenarkan posisi duduknya. Tanpa sadar Amanda membenamkan diri di pelukan Zack.
"Terima kasih, Zack. Aku tidak tahu apa jadinya kalau semalam kamu tidak menolongku."
Zack mematung di tempat. Jantungnya berdetak sangat cepat. Dia sedikit khawatir jika Amanda akan mendengar detak jantungnya.
"Tidak apa-apa, Amanda. Aku senang bisa membantumu."
Amanda melepas pelukan. Masih ada sedikit pertanyaan yang menghinggapi benaknya.
"Tapi bagaimana kamu tahu kalau semalam aku bersama Glen di restoran itu?"
Untuk beberapa saat Zack terdiam. Bagaimana bisa ia lupa menyiapkan jawaban masuk akal jika Amanda bertanya. Dia tidak mungkin memberitahu Amanda bahwa dirinya sengaja mengirim orang untuk mengawasi Amanda, kan?
"Tidak usah memikirkan aku tahu dari mana. Seharusnya kamu memikirkan dirimu sendiri. Bagaimana kamu bisa seceroboh ini? Bagaimana kalau Glen berhasil dan melakukan sesuatu padamu!"
Amanda menundukkan kepala. Ia sadar bahwa semalam dirinya sangat ceroboh dan kurang berhati-hati, sehingga Glen dapat memanfaatkan keadaan.
"Maafkan aku, Zack. Lain kali aku akan lebih hati-hati dengannya."
Amanda melirik jam yang melekat pada dinding ruangan. Ia harus segera kembali ke rumah keluarga Golden.
****
Di tempat lain, Glen baru saja terbangun dan mendapati dirinya tengah terbaring seorang diri di sebuah kamar hotel yang semalam dipesannya.
Buru-buru ia merubah posisi menjadi duduk bersandar. Laki-laki itu langsung meringis ketika merasakan nyeri pada seluruh tubuhnya. Detik itu juga ia teringat kejadian semalam.
"Apa yang terjadi sebenarnya? Dan siapa yang sudah membawaku ke sini?" tanya nya sedikit bingung.
Semalam, anak buah Zack sengaja membawa Glen ke kamar hotel yang dipesannya dan meninggalkan Glen seorang diri di sana.
Sekarang pikiran Glen hanya tertuju kepada Emely. Ia khawatir jika ternyata orang-orang semalam adalah orang suruhan Shara dan ibunya.
"Emely?" gumamnya.
Glen lantas meraih ponsel dan mencoba menghubungi nomor sang istri. Namun, setelah mencoba berulang-ulang tak kunjung tersambung. Glen yang sudah terpikat oleh Emely merasa tidak rela jika Emely sampai disakiti atau dibunuh oleh orang suruhan Shara dan ibunya.
*
*
*
Glen baru saja tiba di rumah keluarga Golden. Langkahnya terlihat gontai akibat rasa sakit di tubuhnya.
Semalam, dua orang berbadan besar itu menghajarnya tanpa ampun.
"Glen, kamu dari mana saja? Semalam Shara terus menangis mencarimu?" Pertanyaan itu menjadi sambutan pertama bagi Glen.
Ibu Liana yang baru saja selesai sarapan begitu terkejut melihat kondisi Glen yang tampak sangat kacau. Ia juga baru tiba di rumah setelah semalam menjaga Shara di rumah sakit.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu pulang dalam keadaan babak belur?"
Melihat Ibu Liana yang tampak sangat terkejut, Glen jadi yakin bahwa pelaku penyerangan semalam bukanlah orang suruhan Shara atau ibunya.
"Semalam aku dan Emely diserang orang tidak dikenal."
"Jadi semalam kamu tidak menemani Shara karena makan malam dengan Emely?" Ibu Liana menatap penuh curiga.
Glen mengatupkan bibir. Sepertinya ia baru saja salah bicara.
"Emely mengajakku makan malam bersama di sebuah restoran, Bu. Aku tidak mungkin menolak, kan? Dia bisa curiga nanti."
Meskipun kesal, namun Ibu Liana tak ingin terlalu mempermasalahkan. Baginya sekarang yang terpenting adalah kesehatan Shara. Emely bisa disingkirkan nanti.
"Oh ya, sepertinya aku harus mencari Emely. Orang-orang semalam telah menculiknya, Bu."
Dahi keriput Ibu Liana tampak berkerut. "Emely? Tapi dia sedang tidur di kamar."
"Apa? Tapi itu tidak mungkin, Bu."
"Emely ada di kamarnya, kalau tidak percaya lihat saja sendiri."
Glen yang tak percaya lantas menuju lantai atas dan cepat-cepat ke kamar Emely.
Benar saja, Emely ada di sana sedang tertidur pulas.
"Ada apa ini? Bukankah semalam mereka membawa Emely pergi?"
Glen menatap penuh curiga.
****
bener gak sihh kk author 🤭🤭🤭🤭