NovelToon NovelToon
TERJEBAK PERMAINAN KAKAK TIRI

TERJEBAK PERMAINAN KAKAK TIRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Terlarang
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: julies

Area ehem ehem! Yang bocil harap Skip!!!

Bagi Candra, sang Casanova, tidak ada perempuan yang bisa dia ajak serius untuk menjalin suatu hubungan setelah merasa hidupnya hancur karena perceraian sang ayah dan ibunya.

Perempuan bagi Candra adalah miniatur, pajangan sekalian mainan yang hanya untuk dinikmati sampai tetes terakhir.

Namun, kehadiran Lila, seorang gadis yang kini menjadi adik tirinya, membuat dia harus memikirkan ulang tentang cinta. Cinta dan benci hadir bersamaan dalam indahnya jalinan kasih terlarang.

Lalu bagaimana jika larangan itu tetap dilanggar dan sudah melampaui batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Yang Tidak Bisa Lupa?

"Mas ... kenapa ke sini? Aku udah ngantuk." Kalila mundur perlahan, menutup pintu lemari, memeluk piyama tidur yang bahkan belum sempat dipakainya.

Tubuhnya berhias handuk, Candra bisa melihat dua gundukan indah itu membulat sempurna dengan p*ting mencuat tegang, maybe ... minta diberi sentuhan?

Ah, Kalila menutupnya segera dengan piyama yang masih berada di tangannya. Sadar ia juga sedang menginginkan hal lain yang lebih berbahaya.

"Tolong, pergilah, Mas," kata Kalila sambil terus mundur.

Candra menggeleng, ia masih menatap Kalila intens. Pandangan mendominasi, bertujuan menjinakkan.

"Gue gak bisa, Lila."

"Kenapa enggak? Mas lihat, hujan udah reda, Mas harusnya lupa apa yang udah kita lakukan di bukit tadi."

Candra tertegun. Benar, bukankah ia sendiri yang meminta Kalila untuk lupa kejadian tadi setelah hujannya reda.

Candra mengalihkan pandangannya, menatap bias gerimis yang masih turun walau hujan tak sederas tadi.

"Hujan berhenti separuh, Lila. Bukan sepenuhnya."

Bukan Candra namanya kalau tidak bisa memenangkan perdebatan. Kalila menggeleng. Ia sudah rapat dengan tembok dingin, tak bisa lagi mundur.

"Terus, Mas Candra mau apa? Kita udah sepakat untuk lupain ini semua kan?"

Candra tak menjawab, terlebih setelah menyadari ia lah pihak yang sudah melanggar kesepakatan mereka. Candra mendekat, kembali merapat ke tubuh Kalila yang semakin gemetar menahan takut juga menahan rasa bersalah yang semakin menggunung tak kala ia ingat mamanya.

"Lila, gimana kalo gue pengen?" tanya Candra serak.

Kalila menggeleng cepat, "Enggak, Mas. Jangan aku. Lakukan aja sama Bella. Dia pasti sukarela melakukannya sama kamu." Kalila menolak. Candra malah semakin merapatkan tubuhnya. Begitu rapat hingga ia bisa merasakan dua benda indah dari balik handuk itu menempel erat di dadanya sendiri.

"Kalo lo gak mau, kenapa lo tegang? Lo pengen juga kan?" tanya Candra dengan tatapan masih mendominasi.

"Mas ..."

Candra membuat kalimat Kalila sukses berhenti saat ia mengusap bibir Kalila yang basah dan lembut itu dengan jemarinya. Kalila memejamkan mata, jemarinya sendiri perlahan mencengkram lembut pinggang Candra.

Candra menyelipkan jemari di antara dinding dan punggung Kalila, lalu ia mengangkatnya cepat membuat Kalila tersentak. Kini Kalila bisa merasakan sesuatu di bawah sana milik Candra sudah bangun sempurna. Membengkak dua kali lipat dari ukuran aslinya. Parahnya, karena posisi Lila yang terangkat dengan kedua paha mengapit Candra, handuknya tersibak, terasa sesuatu menekannya. Kalila menggigit bibirnya kuat.

"Mas ... udahin. Aku gak bisa." Kalila menggeleng berusaha menekan gejolak hasrat yang menghantamnya kuat.

Candra sendiri masih betah menikmati pemandangan wajah Kalila yang menahan desahannya kala Candra menyelipkan satu jari mengelus lembut bulu halus yang masih melindungi area terlarang milik Kalila. Basah. Candra tersenyum simpul mendapatkan mata Kalila begitu sayu dan sendu. Adik tirinya itu sedang berjuang melawan nafsu!

"Ssttt, Mas ..." Kalila mendesah saat Candra mulai memasuki area terlarang itu tepat di labiya minora milik Kalila. Candra sendiri memejamkan matanya, menikmati hangatnya area terlarang itu.

"Apa, Lila? Kita ke sana ya."

Candra menggendong Kalila, lalu merebahkannya di ranjang. Terasa pusakanya menegang. Sudah bertahun-tahun ia tidak melakukannya. Semenjak ia sembuh dari ketergantungan akan narkoba, semenjak itu pula Candra menghindari memasuki tubuh perempuan sekalipun kepada Bella, yang akan dengan senang hati membuka pahanya untuk Candra.

Namun, entah mengapa, semenjak Kalila berada di rumahnya, juga semenjak mereka sering terlibat perdebatan sengit yang berujung adu mulut, ia malah merasakan ada hal lain, membangunkan sisi singa jantan yang selama ini sudah tertidur.

Benarkah kata orang-orang, bahwa batasan antara cinta dan benci itu sangat tipis?

"Kalila ..." bisik Candra di telinga Kalila yang kini sudah mengalungkan lengannya di leher Candra. Kalila terpejam menikmati kecupan Candra di lehernya. Hembusan nafas yang membuatnya menggila.

Lalu keduanya mulai saling berpagutan lagi, semakin dalam kecupan, semakin kuat hasrat membelenggu keduanya. Kalila tahu ini salah, Candra paham ini terlarang. Tapi mereka tidak bisa berhenti. Kini Candra sudah membuka bajunya, hanya menyisakan celana pendek dengan pusaka menonjol sempurna.

Candra kembali menyelipkan jarinya, mengusap perlahan lalu kembali mempermainkannya dengan lembut agar Kalila tidak kaget.

Kalila juga tidak sadar, handuknya sudah terbuka separuh, dua benda bulatnya terpampang, mengencang dan menegang sempurna. Salah satunya terasa dikulum dan dikecup lembut. Kalila semakin lupa batasan norma yang telah dilanggar sedemikian rupa.

"Hangat, Sayang," bisik Candra di telinga Kalila.

Kalila membuka matanya kala mendengar Candra memanggilnya Sayang. Mata Candra sendiri sudah sendu. Keduanya bersitatap saling menyelami pikiran masing-masing.

"Aah, Mas Candra!" Kalila memekik saat jemarinya tak sengaja menyentuh sesuatu yang menonjol.

"Pegang aja."

Kalila menggeleng. Candra tersenyum kecil kemudian kembali membenamkan wajahnya di tengah dad* Kalila yang masih membulat sempurna itu.

"Mas ... stop, aku gak mau kecewain mama dan papa!" desis Kalila saat menyadari Candra yang matanya sudah memerah menahan gejolak ingin memasukinya.

Candra memejamkan sesaat matanya, lalu ia beranjak dari tubuh Kalila. Dipungutnya piyama Kalila barusan lalu diserahkannya kepada Lila yang hanya bisa diam.

Tidak ada yang terjadi setelah itu. Candra segera pergi dari kamar Lila sesaat setelah Kalila membenahi lagi handuknya. Lelaki itu duduk di pinggir kolam renang.

Hari sudah begitu malam, panggilan kedua sahabatnya yang mengajak ke club malam diabaikan begitu saja.

Candra menghisap dalam rokoknya. Lalu ia mendengar langkah kaki mendekat. Muncul Kalila dengan piyama dress berbahan satin menuju dirinya. Kalila menyodorkan sesuatu.

"Jam tangan Mas Candra ketinggalan."

Candra meraihnya. Kalila berbalik.

"Lo udah ngantuk?"

Suara Candra menghentikannya. Kalila menggeleng pelan.

"Lo gak mau temenin gue bentar aja di sini?"

Kalila berbalik lagi lalu perlahan mendekat dan duduk di pinggir kolam renang di samping Candra.

"Mas Candra kenapa belum tidur?"

Pertanyaan terbodoh yang keluar dari bibir gadis yang hampir saja melepas keperawanannya untuk sang kakak tiri.

"Lo sendiri?"

"Entah, udah hilang ngantuknya," jawab Kalila jujur. Candra tertawa kecil.

Diam lagi.

"Kenapa Mas ngelakuin itu sama aku?" tuntut Kalila. "Aku adik kamu kan?"

Candra menoleh. "Lo bukan adik gue, gue gak punya adik."

"Tapi mama dan papa udah menikah artinya kita saudara tiri. Apa yang kita lakukan tadi enggak pantas, Mas."

"Lo bukan adik kandung gue. Darah kita jelas gak sama."

"Tapi kenapa? Bukannya kamu benci aku?"

Candra menoleh, Kalila menyadari Candra benar-benar lelaki mempesona. Siapapun akan jatuh cinta.

"Gue akan membenci sesuatu yang mulai gue suka, Kalila!"

Candra berdiri, meninggalkan Kalila yang menatapnya bingung. Sekembalinya Kalila ke kamar, ia tertegun, Candra ada di kamarnya, berbaring santai.

"Mas salah kamar."

"Enggak, semenjak elo manggil nama gue dengan desahan lo kayak tadi."

Wajah Kalila memerah, apalagi saat Candra mendekat lalu mengangkat tubuhnya dan membaringkan tubuhnya di sana.

"Gue cuma pengen peluk elo sampai pagi, Lila." Candra berbisik lirih lalu memejamkan matanya.

1
Yayang Coedil
boleh aja ko KLO mau nikah .....DA ga ada ikatan darah .....bener ga sihhh
🎀evalidya 🆁🅰🅹🅰 ❀∂Я
selalu semangat kakak, Tuhan memberkati dgn kebahagiaan dan kesabaran....
july: makasih kakak
total 1 replies
moominRJ
Lanjutt kaa😍
moominRJ
Hahaa bner tuh ka mamam tuh gengsi🤣
moominRJ
Awas la hati2 nanti demit gondrong ganteng ngegrayangin kmu lagi😁
moominRJ
Makasihh ka up nya🥰
moominRJ
Wahhh wahh bisa2nya si gondrong memanfaatkan moment🤭
Yayang Coedil
nahlhoooo.........!!!!!
Susi Lawati
bagus juga cerita nya
🎀evalidya 🆁🅰🅹🅰 ❀∂Я
pokoknya the best kalo kak Julies, si ceo gondrong 🤗🤗🤗🤗
july: hihihi
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
moominRJ
Smngatt kaka mksih up nyaa🥰
moominRJ
Wah lila hati2 bucin sma keong racun🤣
moominRJ
Candra omesss🤣
moominRJ
Posesif sekalih anda bpa candra😁
moominRJ
Makanya bella ngaca sadar diri jg cuma sekertaris ko kya bos ngatur2
moominRJ
Makasih up nya kaka🥰
moominRJ
Posesif amat pak🤭
Reni Anjarwani
semanggat up terus kak karyanya bagus
lyani
nah kan siap2 kau bel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!