Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Cathleen menarik tangan Gerald dan meletakkan kotak perhiasan itu di telapak. “Aku membeli itu menggunakan uang sepuluh ribu euro yang kau berikan untukku. Jadi, ini tetap cincin pemberianmu,” beritahunya seraya membuka penutup box kecil tersebut.
“Dipersilahkan untuk saling bertukar cincin,” ucap petugas yang sudah membantu sepasang pengantin itu menikah.
Sebagai formalitas, toh dirinya juga tak perlu keluar tenaga untuk mempersiapkan pernikahan sementara ini, Gerald pun memutar tubuh sebanyak sembilan puluh derajat. Diikuti oleh Cathleen, hingga keduanya saling berhadapan.
Gerald mengambil satu cincin berukuran kecil. Tanpa berbicara sedikit pun, ia meraih jemari Cathleen dan melingkarkan perhiasan berwarna putih itu ke jari manis.
Ulasan senyum tercetak jelas di wajah manis Cathleen. Ia melakukan hal yang sama, memakaikan cincin ke jari manis Gerald.
“Silahkan untuk saling mencium satu sama lain,” ucap petugas yang bekerja di bawah naungan Badan Kependudukan itu.
Seketika itu juga Gerald langsung melirik ke arah orang tersebut. “Apakah itu harus?”
“Tidak, tapi sebagai bentuk penyatuan pengantin saja,” jelas orang yang ditanya oleh Gerald.
“Kalau begitu, aku memilih untuk tak menciumnya,” balas Gerald. Ia memberikan kotak perhiasan pada Cathleen supaya wanita itu yang menyimpan.
“Hei! Kau tak menghargai putriku sebagai istrimu? Kenapa kau tak mau menciumnya?!” tegur Papa Danzel yang tidak terima jika Cathleen seperti tak dianggap sebagai pasangan. Inilah salah satu kecemasannya kalau tak menguji keseriusan calon suami dari anak-anaknya. Sebagai orang tua, ia hanya takut putrinya dipermainkan.
“Pa, Gerald malu jika mencium di depan banyak orang. Dia tidak bermaksud seperti yang kau pikirkan.” Cathleen langsung mencoba menjelaskan dengan alasan yang dia buat. Walaupun sebenarnya Gerald tak mau menyatukan bibir karena tidak mencintainya, dan menikah dalam kondisi terpaksa.
“Apa benar yang Cathleen katakan?” tanya Mama Gwen pada Gerald. Ia hanya ingin memastikan.
Dan orang yang ditanya pun hanya menjawab dengan kedikan bahu. Ia melengos lagi untuk menandatangani dokumen pernikahan.
Tuan dan Nyonya Pattinson merasa kurang suka dengan suami Cathleen. Pria itu terlihat kurang bisa diandalkan sebagai sosok kepala rumah tangga. Di mata mereka, Gerald kurang mengayomi dan terkesan acuh.
Madhiaz yang melihat kedua orang tuanya menatap ke arah Gerald terus pun segera menepuk pundak Tuan dan Nyonya Pattinson secara bergantian. “Hargai pilihan Cathleen, mungkin suaminya memang tipe yang tidak senang menunjukkan kemesraan di depan orang.”
Pernikahan pun selesai. Suka tak suka, mau tak mau, semua orang yang tidak senang dengan bersatunya Gerald dan Cathleen tetap haris menerima kenyataan tersebut.
Kedua keluarga itu segera keluar dari ruang pernikahan setelah tak ada urusan lagi.
“Selamat, Cath.” Geraldine memeluk saudara iparnya dan meninggalkan tepukan di punggung. “Kau harus tahan dan jangan mau kalah dengan sifat dinginnya. Kalau Gerald membuatmu beku, maka kau balas dia dengan bara api supaya mencair.” Sebelum melepaskan rengkuhan tersebut, ia memberikan nasihat tepat di daun telinga.
“Semoga kalian bahagia.” Mommy Gabby juga memberikan ucapan selamat pada pengantin baru itu, tak lupa memeluk anak dan menantunya. Walaupun ia tahu kalau tak ada cinta diantara mereka. Tapi, menurutnya, tanggung jawab jauh lebih penting dibandingkan cinta yang bisa kapan saja memudar.
“Aku tahu kau terpaksa menikahi Cathleen, tapi jangan pernah merendahkan istrimu dengan tak menghargainya sebagai pasangan.” Jika Nyonya Giorgio dan Geraldine memberikan ucapan selamat, lain hal dengan Daddy George yang fokus memberikan wejangan pada sang putra. Tentu dengan cara berbisik supaya cukup mereka berdua yang bisa mendengar.
“Hm.” Ya begitulah Gerald kalau sudah malas, ia hanya membalas sebuah gumaman tak jelas.
...*****...
...Si Cathleen enak bener dah mau dapetin suami kek beli gorengan, kaga ada halangan dan tingangan yang sepanjang jalan tol. Tidak, tidak. Ini tidak adil dan tak boleh dibiarkan *tersenyum licik*...
😆😆😆😆😆😆
jgn semua lu embat