Terbelenggu dalam pernikahan yang tidak diinginkan, mampukah pernikahan itu bertahan?
Bagaimana bila yang selalu berjuang justru menyerah saat keduanya sudah disatukan dalam ikatan suci pernikahan?
“Cinta kita seperti garis lurus. Bukan segitiga atau bahkan persegi. Aku mencintai kamu, kamu mencintai dia dan dia mencintai orang lain. Lurus kan?” ucap Yuki dengan tatapan nanar, air mata yang mulai merembes tertahan di pelupuk mata. “Akan lucu dan baru menjadi bangun datar segi empat bila sosok yang mencintai aku nyatanya dicintai orang yang kamu cintai.”
“Di kisah ini tidak ada aku, hanya kamu dan kita. Bukankah kita berarti aku dan kamu? Tapi mengapa kisah kita berbeda?” Ucapan lewat suara bergetar Yuki mampu menohok lawan bicaranya, membungkam bibir yang tiba-tiba beku dengan lidah yang kelu.
Ini adalah cerita klise antara pejuang dan penolak hadirnya cinta.
*
*
*
SPIN OFF Aara Bukan Lara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Hikari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sok Kenal Sok Dekat
Jam terus berdenting. Langit terus meredup bersama awan yang bergerak perlahan, berganti bentuk dan seolah beranjak pergi. Namun di sini Yuki masih terus termenung, bergeming menatap sosok menawan yang sayang dilewatkan meski hanya sekedar kedipan mata.
“Kok bisa sih jadi orang ganteng banget?” Gumam Yuki sambil terkekeh seorang diri. Tidak perduli disebut gila, karena sejatinya dia memang sedang gila, tepatnya tergila-gila pada sosok menawan yang sempat melirik sekilas ke arahnya.
Tersenyum menggelikan, Yuki layaknya terkena hukum karma. Tidak ada istilah jatuh cinta pada pandangan pertama karena dirinya justru jatuh cinta pada pandangan kedua. Jantungnya yang selalu berdegup normal tiba-tiba bekerja lebih cepat, seakan baru saja ada ledakan bom nuklir.
“Ngelamunin aku lagi ya?” Celetuk Saka yang tiba-tiba duduk di hadapan Yuki, mengejutkan Yuki dengan pemandangan wajah tampan Saka yang memenuhi lensa matanya.
“Kok Mas Saka udah ada di sini?” Tanya Yuki heran, menengok ke belakang Saka untuk memastikan bahwa yang duduk di depannya bukan hanya bayangan semu. “Loh beneran orang.. Mas Saka bisa teleportasi ya? Hebat.” Ucap Yuki dalam raut wajah lugu dan ibu jari teracung sejajar dengan matanya yang berbinar.
“Ada-ada aja kamu itu.” Terkekeh Saka pada sikap manis Yuki, rasanya ada sebuah hiburan baru yang mewarnai suasana restoran. Apa lagi kesehariannya bersama Keven yang banyak omong hanya pada waktu tertentu saja, misalnya marah-marah.
“Kamu gak baca pesan Mas ya? Di situ Mas bilang kamu bisa mulai kerja besok dari jam 4 sore sampai jam 9 malam. Tapi kamu baru bisa pulang jam 10 malam, soalnya satu jam setelah restoran tutup kita perlu bersih-bersih dulu.” Jelas Saka cukup panjang, mengulang kembali isi pesan yang sebelumnya sudah ia kirimkan kepada Yuki.
Menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, Yuki tersenyum canggung sebelum menjawab pertanyaan yang Saka ucapkan diawal ujaran itu. “Udah baca kok Mas. Maaf lupa dibalas.”
“Aku tau kok udah kamu baca. Tadi mancing aja. Aku pikir sengaja gak dibalas.” Ucap Saka sambil melipat tangan, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menatap nakal pada Yuki yang salah tingkah.
Srak.
Melempar sebuah map di hadapan Saka, Keven melirik sinis pada Saka yang sibuk tebar pesona. “Jangan ganggu pelanggan kita! Naik ke office kita bahas kerjaan.” Ucap Keven ketus dengan suara rendah. Dirinya tidak mungkin marah-marah di depan konsumen, tentunya Yuki tidak masuk dalam kategori konsumen yang Keven maksudkan, tapi orang-orang di meja lainnya yang sibuk menikmati santapan pilihan.
“Kerjaan apa lagi sih Kev? Kan kemarin udah kita bahas tuntas. Apa masalah supplier lagi?” Ujar Saka dengan suara seakan mengeluh, menaikkan sebelah alisnya menyiratkan kalimat penuh tanya. “Udah beres, gue udah ketemu sama orangnya langsung tadi pagi. Bahkan mulai besok malam bahan baku mulai dipasok.”
“Ck!” Berdecak kesal, Keven berlalu begitu saja meninggalkan Saka dan Yuki yang menatap heran.
Memilih menyusul Keven, Saka sudah berpamitan pada Yuki. Meninggalkan Yuki yang kini sibuk menghabiskan seporsi dessert yang kaya akan rasa strawberry. Saka benar-benar hafal tabiat Keven yang mudah kesal.
Bukannya Saka tidak mengerti jika sebenarnya Keven mengkode agar dirinya tidak sok akrab dengan Yuki. Bagi Saka tidak ada salahnya, lagi pula berbincang dengan Yuki terasa cukup asik.
“Cemburu ya?” Ucap Saka tiba-tiba di ambang pintu ruangan yang diperuntukan untuk dirinya dan Keven.
“Cemburu kan?" Imbuh Saka lagi bertanya dengan nada menggoda. Sayangnya hanya ditanggapi dengan kerutan di dahi Keven.
“Gak jauh banget kok Kev umurnya. Dari form lamaran kerja dia sebentar lagi umurnya genap 21 tahun. Cuma beda 8 tahun aja sama kita.” Ucap Saka sambil mengusap dagu dengan jemarinya. Mengangguk pelan dan memainkan kedua alis naik turun serentak.
“Lo mau godain calon pegawai baru kita?” Tanya Keven sambil menatap tajam pada Saka.
“Pura-pura gak tau nih? Atau beneran gak tau?” Ucap Saka yang justru melontarkan pertanyaan. Ia berjalan masuk ke arah kursi kebesarannya yang terletak di sudut berlawanan dari posisi meja Keven.
Memutar tubuhnya menghadap pada Keven yang fokus membolak-balik lembaran perjanjian kerja, Saka tidak langsung mendudukkan dirinya di kursi, melainkan lebih memilih sudut meja yang cukup tinggi untuk menopang bobot tubuh atasnya.
Menatap lekat pada Keven yang tidak memberinya respon balasan, Saka kembali bertanya sembari mengutarakan dugaannya. “Naksir gak sama pegawai baru kita? Gue lihat dia kayaknya suka sama lo.”
“Gak usah aneh-aneh.” Balas Keven ketus tanpa menatap lawan bicaranya.
“Serius, Kev. Dari awal juga gue udah bilang kan kalau Yuki itu kayaknya naksir sama elo.” Ucap Saka lagi dengan menggebu-gebu yang hanya ditanggapi gelengan kecil sarat akan ketidakpercayaan dan senyum miring oleh Keven.
“Paling juga elo yang diam-diam naksir dia.” Gumam Keven lirih, namun terdengar jelas menyeruak pendengaran Saka. Suara berintonasi ketus dan lirikan sinis seolah menuduh tepat sasaran.
“Gak ya! Cuma ada Alia di sini..!!” Tolak Saka kuat, memukul pelan dada miliknya seakan menunjukkan eksistensi Alia dalam hidupnya.
“Gak percaya sama kadal.” Ucap Keven dengan tatapan remeh nya pada Saka yang kini mendelik sebal atas ucapan Keven.
Beralih meninggalkan kedua sahabat dengan pembicaraan seputar anak gadis yang baru mengisi posisi pramusaji, kini sosok yang sedang dibicarakan justru sedang mengintip pada bangunan lain yang masih terhubung dengan bangunan restoran yang berdiri megah.
Terletak di bagian belakang restoran, memiliki jalan yang muat jika diisi sebuah mobil box. Tampak beberapa pekerja dapur sibuk berlalu-lalang memindahkan barang yang dikemas dalam kotak kayu berukuran sedang.
“Sini Kak aku bantuin.” Ucap Yuki tiba-tiba pada seorang perempuan yang kesusahan mengangkat sebuah kotak seorang diri.
“Gak usah Kak, ini memang kerjaan saya kok.” Ucapnya cepat meski sempat terperanjat pada kehadiran Yuki yang mendadak layaknya sebuah penampakan.
Mengabaikan penolakan sosok perempuan itu, Yuki tetap membantu dengan perasaan senang, langkah ringan yang teramat riang. “Santai aja Kak. Besok aku mulai kerja di sini juga, jadi anggap aja ini tes pendekatan ke senior. Hehe..”
“Oya?” Tanyanya dengan pupil mata melebar penasaran.
“Baru masukin lamaran kerja pramusaji ya?” Imbuhnya lagi bertanya pada Yuki.
“Hehe.. Iya, Kak. Katanya mau di tes satu minggu kerja dulu. Gak kebayang kalau setelah satu minggu malah didepak.” Jawab Yuki yang sudah pasang mode SKSD alias sok kenal sok dekat.
“Sejauh yang saya tau belum ada yang didepak sama Pak Bos. Semua lolos-lolos aja. Mungkin hanya sekedar bahasa formalitas aja.” Jelasnya yang membuat Yuki langsung tersenyum sumringah dengan manik mata berbinar seolah akan muncul ratusan juta kerlipan bintang di mata Yuki.
...****************...
*
*
*
Kalau hari ini tata bahasanya agak gak enak maaf ya. Nanti kalau sempat di revisi lagi.🙏
Ini diketik lebih dadakan dari sekedar tahu bulat. Alasannya? Ada di bab selanjutnya.😄