NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Heryy Heryy

Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.

Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.

Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.

Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.

apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༿BAB༌༚24

Malam itu, setelah memutuskan untuk tinggal bersama Kim Min-seok, Park Sung-ah terbaring di kasur yang empuk di kamar tidur baru yang disiapkan untuknya di apartemen megah. Selimut yang tebal melindungi tubuhnya dari udara dingin di kamar, tapi rasa ketakutan yang mendalam masih membuatnya menggigil.

Dia tidak bisa tidur—mata dia terus terbuka, menatap langit-langit yang dihiasi lampu hias yang indah. Semua yang terjadi hari itu terus terngiang-ngiang di kepalanya: pemindahan ajaib ke Seoul, tawaran Min-seok agar dia tinggal bersama, dan kebenaran tentang kelereng rubah yang ada di dalam tubuhnya.

Bagaimana mungkin dia bisa tidur saat tinggal bersama dengan siluman rubah berekor sembilan? Setiap bunyi yang dia dengar dari luar kamar—suara angin yang bertiup, suara mobil yang lewat di jalan raya, suara hewan yang bersuara—membuatnya terkejut dan lebih waspada. Dia merasa seperti seorang anak kecil yang pertama kali tinggal di tempat yang baru, takut akan apa yang ada di kegelapan.

Jam demi jam lewat, dan matahari mulai terbit. Cahaya lemah masuk melalui jendela kamar tidur, menyinari wajahnya yang lelah. Sung-ah merasakan tubuhnya mulai terbangun, meskipun dia hanya tidur selama beberapa jam.

Dia membuka mata dengan perlahan, memutar kepala untuk melihat sekitar kamar. Dia masih merasa sedikit goyah, seolah-olah dunia itu masih berputar. Dia berdiri perlahan, mengenakan baju tidur yang lembut yang disiapkan Min-seok untuknya, dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu, dia keluar dari kamar, menuju ruang tamu yang luas.

Saat dia memasuki ruang tamu, dia terkejut sepenuhnya. Kim Min-seok berdiri di dapur yang terbuka, memegang sebuah pisau besar dan tajam di tangan kanannya.

Pisau itu berwarna perak yang mengkilap, ujungnya tajam seperti matahari yang terang. Sung-ah merasa nafasnya terhenti—dia berpikir bahwa Min-seok akan menggunakan pisau itu untuk membunuhnya. Dia mundur perlahan ke belakang, tubuhnya mulai menggigil lagi.

"Apa yang kamu lakukan, Dosen Kim? Mengapa kamu memegang pisau yang besar itu?" tanya Sung-ah dengan suara yang serak dan lemah, matanya penuh dengan ketakutan.

Min-seok menoleh ke arahnya dengan cepat, tersenyum lemah. Dia melihat wajah Sung-ah yang takut, dan dia menyadari bahwa dia telah membuatnya khawatir. "Jangan takut, Sung-ah. Aku hanya membuat sarapan untukmu," kata dia dengan suara yang lemah dan lembut, menunjukkan pisau itu ke arah talenan yang penuh dengan sayuran dan telur.

"Aku sedang memotong sayuran untuk membuat sup dan telur orak-arik. Pisau ini hanya untuk memasak, bukan untuk apa-apa yang buruk."

Sung-ah menghela nafas lega. Dia merasa bodoh untuk berpikir bahwa Min-seok akan membunuhnya. Dia melihat ke dapur, dan dia melihat meja makan yang sudah disiapkan dengan nasi hangat, sup sayuran, telur orak-arik, dan roti panggang yang hangat.

Bau makanan yang lezat menyebar di udara, membuat perutnya bergemuruh. Dia tidak makan apa-apa sejak kejadian di kuil, dan dia merasa sangat lapar.

"Maaf ya, Dosen Kim... aku khawatir kamu akan melakukan sesuatu yang buruk padaku," bisik Sung-ah dengan suara yang lemah, menundukkan kepala karena malu.

Min-seok mendekati dia dengan langkah yang lemah, menyentuh pipinya dengan jari-jari yang lembut. "Jangan malu, Sung-ah. Aku memahami perasaannya. Aku akan melakukan segalanya untuk membuatmu merasa aman di sini. Sekarang, mari kita makan sarapan. Kamu pasti lapar kan?"

Sung-ah mengangguk perlahan, mengikuti Min-seok ke meja makan. Dia duduk di kursi yang disiapkan untuknya, dan Min-seok menuangkan makanan ke dalam piringnya.

Dia memulai makan dengan hati-hati, dan dia merasa senang ketika rasa makanan yang lezat menyentuh lidahnya. Makanan yang dibuat Min-seok sangat enak—lebih enak dari makanan yang dia makan di rumah atau di kampus.

Setelah selesai makan, Min-seok menyantap makanan terakhirnya, lalu melihat langsung ke mata Sung-ah dengan pandangan yang serius. Kata-kata yang dia ucapkan membuat Sung-ah terkejut sepenuhnya. "Sung-ah... ada beberapa hal yang tidak boleh kamu lakukan selama tinggal bersama denganku. Aku ingin kamu mengingatnya dengan baik."

Sung-ah memutar kepala dengan cepat, matanya membesar dengan keheranan. "Apa itu, Dosen Kim?"

Min-seok mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk mengatakan larangan-larangan itu. "Pertama, kamu tidak boleh dekat dengan manusia yang lahir di tahun macan. Kedua, kamu tidak boleh dekat dengan seorang laki-laki selain diriku."

Sung-ah terkejut sepenuhnya. Matanya membesar lebih jauh, dan dia merasa mulutnya menjadi kering. Bagaimana mungkin ia tahu semua orang yang berada di kampus yang lahir di tahun macan? Dan apa lagi ia tidak boleh dekat dengan seorang laki-laki—bahkan teman-teman laki-laki yang dia kenal di kampus? Ini terasa seperti larangan yang tidak masuk akal dan terlalu ketat.

"Tapi... tapi Dosen Kim... bagaimana mungkin aku tahu siapa yang lahir di tahun macan di kampus? Dan mengapa aku tidak boleh dekat dengan laki-laki lain?" tanya Sung-ah dengan suara yang serak dan lemah, tubuhnya mulai menggigil lagi.

Min-seok melihatnya dengan pandangan yang dingin dan tegas. Dia tidak perduli dengan keheranan atau kekhawatiran Sung-ah—dia hanya ingin dia menyetujui larangan tersebut.

"Aku tidak peduli bagaimana caramu mengetahuinya, Sung-ah. Yang penting adalah kamu harus mengikuti larangan ini. Jika tidak, dirimu akan celaka karena kelereng rubah milikku berada di dalam tubuhmu.

Kelereng itu terhubung dengan nyawamu sekarang—jika kamu melanggar larangan ini, energi dari kelereng itu akan merusak tubuhmu dan membuatmu sakit parah. Bahkan mungkin membuatmu mati."

Sung-ah merasa hati dia berdebar kencang. Dia tidak ingin mati—dia baru saja selamat dari kematian di tangan Imugi, dan dia ingin hidup lebih lama.

Tapi larangan ini terasa seperti dia sedang kehilangan kebebasannya. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa bisa berbicara atau berinteraksi dengan laki-laki lain, bahkan teman-teman laki-laki yang dia kenal.

"Tapi... tapi mengapa larangan ini, Dosen Kim? Apa yang salah dengan manusia yang lahir di tahun macan dan laki-laki lain?" tanya Sung-ah dengan suara yang lemah, mencoba memahami alasan di balik larangan itu.

Min-seok menghela nafas panjang. Dia tidak ingin menjelaskan semuanya sekarang—dia khawatir bahwa Sung-ah akan lebih takut atau tidak percaya. "Nanti aku akan menjelaskan semuanya padamu, Sung-ah. Sekarang, yang penting adalah kamu mengikuti larangan ini. Aku melakukannya untuk melindungimu, bukan untuk menyakitimu."

Sung-ah melihatnya dengan mata yang penuh kesedihan dan kekhawatiran. Dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan—dia harus mengikuti larangan itu jika dia ingin hidup. Dia mengangguk perlahan, menundukkan kepala. "Baiklah, Dosen Kim... aku akan mengikuti larangan ini."

Min-seok tersenyum lemah. Dia mengambil sebuah buku dari tas yang tergeletak di meja tamu, lalu memberikannya kepada Sung-ah. "Ini adalah buku yang berisi catatan siapa saja yang lahir di tahun macan di kota ini, termasuk di kampusmu. Kamu bisa membacanya untuk mengetahui siapa yang harus kamu hindari."

Sung-ah mengambil buku itu dengan hati-hati. Buku itu berwarna hitam, dengan kulit yang tebal dan tulisan emas di sampulnya. Dia membuka halaman pertama, dan dia melihat daftar nama orang yang lahir di tahun macan, lengkap dengan foto dan informasi tentang mereka. Saat dia membaca daftar nama itu, dia terkejut sepenuhnya.

Nama Baek Yi-jin ada di sana—mahasiswa yang dia sukai di kampus, mahasiswa yang selalu membantu dia saat dia kesulitan dengan tugas kuliah, mahasiswa yang membuat hatinya berdebar kencang setiap kali mereka bertemu.

Dia melihat foto Yi-jin yang tertulis di buku itu—wajahnya yang tampan dan tersenyum, mata yang cerah dan penuh semangat. Dia merasa hati dia hancur—bagaimana mungkin dia harus menghindari orang yang dia sukai?

"Apa? Yi-jin juga lahir di tahun macan?" bisik Sung-ah dengan suara yang lemah dan penuh kesedihan, air mata mulai menetes dari matanya.

Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa bisa melihat Yi-jin lagi, tanpa bisa berbicara dengannya, tanpa bisa merasa kebahagiaan yang dia rasakan setiap kali mereka bertemu.

Min-seok melihatnya dengan mata yang penuh kasih dan kekhawatiran. Dia tahu bahwa ini sangat sulit untuknya—dia juga akan merasa sedih jika dia harus menghindari orang yang dia sukai.

Tapi dia tidak punya pilihan—ini adalah satu-satunya cara untuk melindunginya dari bahaya yang akan datang. "Ya, Sung-ah. Yi-jin lahir di tahun macan. Kamu harus menghindarinya, bahkan jika itu sulit. Aku melakukannya untukmu."

Sung-ah menutup buku itu dengan cepat, menutup wajahnya dengan tangan. Air mata menetes deras dari matanya, jatuh ke buku itu. Dia merasa seperti dia sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga—sesuatu yang dia belum pernah miliki tapi selalu inginkan.

Dia tidak tahu bagaimana dia akan hidup dengan larangan ini, bagaimana dia akan menghindari Yi-jin dan laki-laki lain, bagaimana dia akan menjalani hidupnya yang baru yang penuh dengan pembatasan. Tapi dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan—dia harus mengikuti larangan itu jika dia ingin hidup.

1
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖
crezy up thr
Almahira
🤭🤭🤭 kisss lagi🤭
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖: ko kamu gak ada novel?
total 1 replies
Almahira
gue juga pengen 😭
Almahira
wah nafsunya memuncak, nih dosen 🤭
Almahira
wah udah Kiss kissan aja
Almahira
kaya adegan sinetron aja🤣
Almahira
pasti nangis lah jadi cewek kalo di kasih harapan palsu 😭😭
Almahira
wah di kasih harapan palsu,😭😭😭
Almahira
seneng banget tuh 🤭🤭
Almahira
kalau kaya gitu visualnya saya juga mau
Han Sejin: haaa🤣
total 1 replies
🐌KANG MAGERAN🐌
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!