Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...happy reading...
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
Amirul kurang fokus, kepalanya pusing, matanya kunang-kunang karena ia terlalu lapar dan lelah. Ia mencoba untuk memasak makan siang, tapi tangannya tidak bisa diajak kompromi. Amirul tak sengaja menumpahkan satu panci sup yang baru ia masak.
Trankk!
Rita yang sedang duduk di ruang tamu langsung berlari ke dapur, matanya meluas karena melihat sup yang tumpah di lantai.
"Amirullllllllll!" teriak Rita penuh dengan emosi, suaranya memekakkan telinga Amirul.
Amirul, yang terkejut, langsung berdiri dan mendekati Rita. "Ma-maaf ibu, aku... aku tak sengaja," katanya dengan suara yang lembut, sambil menundukkan kepalanya.
Rita dengan langkah lebar berjalan ke arah Amirul, lalu ia menarik telinga Amirul dengan kuat. "Kamu sengaja ya mau buang-buang makanan hah! Dasar tidak berguna! lebih baik kau pergi dari rumah ini sekarang! Capek banget aku melihat tingkahmu yang ada-ada saja! Membesarkan mu adalah penyesalan terbesar ku! Tidak tahu balas budi!" teriak Rita memekakkan telinganya, air matanya mulai mengalir.
Amirul merasa sakit, bukan hanya karena telinganya yang ditarik, tapi juga karena kata-kata Rita yang sangat menyakitkan. Ia merasa tidak berguna, tidak ada gunanya. Amirul menangis, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia merasa bahwa ia tidak memiliki tempat untuk pergi, tidak ada yang mau menerimanya.
Rita terus menerus mengumpat dan menarik telinga Amirul, sampai akhirnya telinga Amirul memerah, rasanya mau putus saja.
Amirul merasa hatinya hancur, ia melihat ke arah Siska dan Rio, berharap dapat pembelaan dari mereka. Tapi, mereka hanya menatap saja, tidak ada tanda-tanda akan membelanya. Kakak dan abang yang dulunya sangat menyayangi dia, kini mereka berubah menjadi acuh tak acuh. Amirul merasa bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi.
"Sudah! Kamu pergi dari rumah ini sekarang juga! Aku sudah tidak tahu melihat kamu di rumah ini lagi! Bereskan barang-barangmu dan pergilah jauh-jauh dan jangan kembali lagi!" kata Rita dengan nada yang keras dan dingin, sambil menunjuk ke arah pintu.
Amirul merasa bahwa ia tidak memiliki pilihan lain, ia harus pergi dari rumah itu. Ia berbalik dan berjalan ke kamarnya, mengambil tas kecil yang berisi beberapa pakaian dan barang-barang yang penting. Ia tidak tahu kemana ia harus pergi, tapi ia tahu bahwa ia harus pergi dari rumah itu.
Saat ia keluar dari kamar, Rita masih berdiri di ruang tamar, dengan wajah yang masih marah. "Pergi! Jangan kembali lagi!" katanya dengan nada yang keras.
Amirul merasa bahwa ia tidak ada gunanya, ia tidak memiliki tempat untuk pergi. Ia berjalan keluar dari rumah, meninggalkan keluarga yang tidak mau menerimanya lagi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi besok, tapi ia tahu bahwa ia harus terus berjalan, karena jika ia berhenti, ia akan jatuh.
Hujan mulai turun, Amirul berjalan di jalan yang basah, air mata dan air hujan bercampur menjadi satu. Ia merasa bahwa ia tidak memiliki tujuan, tidak ada yang mau menerimanya. Tapi, ia tidak menyerah, ia terus berjalan, karena ia tahu bahwa ia harus terus hidup.
Setelah berjalan tanpa tujuan, Amirul merasa lelah dan basah kuyup. Ia melihat sebuah gudang terbengkalai di depannya, dan tanpa pikir panjang, ia masuk ke sana untuk berlindung dari hujan. Gudang itu gelap dan bau, tapi setidaknya ia bisa berlindung dari hujan yang masih terus turun.
Amirul mencari tempat yang kering dan membersihkan lantai dengan tangannya. Ia merebahkan tubuhnya di lantai yang dingin itu, meletakkan tasnya sebagai bantal dan memeluk tubuhnya yang dingin. Ia merasa sangat lelah, tidak hanya fisiknya, tapi juga mentalnya.
Amirul menangis, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia merasa bahwa ia tidak memiliki tempat untuk pergi, tidak ada yang mau menerimanya. Ia merasa bahwa ia tidak berguna, tidak ada gunanya.
Hujan terus turun di luar, membuat suara yang monoton dan menenangkan. Amirul merasa bahwa ia bisa tidur, tapi ia tidak tahu apakah ia bisa tidur dengan perasaan yang seperti ini.
Tiba-tiba, ia mendengar suara benda yang jatuh, dan jatuhnya tidak jauh darinya dan tepat di sampingnya.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪