NovelToon NovelToon
Paket Cinta

Paket Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Chicklit / Enemy to Lovers
Popularitas:800
Nilai: 5
Nama Author: Imamah Nur

Kabur dari perjodohan toksik, Nokiami terdampar di apartemen dengan kaki terkilir. Satu-satunya harapannya adalah kurir makanan, Reygan yang ternyata lebih menyebalkan dari tunangannya.

   Sebuah ulasan bintang satu memicu perang di ambang pintu, tapi saat masa lalu Nokiami mulai mengejarnya, kurir yang ia benci menjadi satu-satunya orang yang bisa ia percaya.

   Mampukah mereka mengantar hati satu sama lain melewati badai, ataukah hubungan mereka akan batal di tengah jalan?

Yuk simak kisahnya dalam novel berjudul "Paket Cinta" ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imamah Nur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Permintaan Maaf

Kata-kata Reygan dingin dan menusuk. Suaranya bahkan masih menggema di telinga Nokiami setelah pintu apartemen tertutup rapat.

Reygan pergi, meninggalkan keheningan dan penyesalan di hati Nokiami. Gadis itu berdiri mematung di tengah ruang tamu, menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutupnya. Tangan yang tadi dipegang Reygan kini terasa hampa, dingin, seolah kehangatan pria itu tak pernah ada. Luka gores di pangkal ibu jarinya terasa berdenyut, bukan karena perih fisik, tetapi karena goresan di hatinya.

Ia telah melewati batas. Ia tahu itu. Instingnya sudah berteriak saat ia mulai mengorek-ngorek masa lalu Reygan. Tapi ada apa dengan dirinya? Ada apa dengan semua yang terjadi belakangan ini, yang membuat ia begitu haus akan jawaban, begitu ingin memahami pria yang tadinya hanyalah kurir pengantar makanan? Pria yang ia benci, lalu ia jadikan tunangan palsu, dan kini ia telah menyakitinya.

Nokiami menghela napas panjang, sebuah embusan kekesalan yang bercampur dengan rasa bersalah yang menggerogoti. Reygan benar. Ia tidak punya hak. Ia adalah orang asing yang tiba-tiba muncul dalam hidup Reygan, menyeretnya ke dalam kekacauan, memaksanya berbohong, memaksanya berakting, dan sekarang ia mengorek luka lama pria itu. Seolah-olah masalahnya sendiri tidak cukup rumit, ia malah menambah beban baru. Beban rasa bersalah ini terasa lebih berat daripada kaki terkilirnya.

Ia melangkah gontai menuju jendela, menatap ke bawah. Motor Reygan sudah tidak ada. Pria itu sudah kembali ke dunianya yang penuh pesanan dan target, meninggalkan Nokiami sendiri dengan pikirannya yang kalut.

“Kenapa sih, aku ini?” bisiknya pada dirinya sendiri, suaranya serak. “Kenapa aku harus selalu merusak semuanya?”

Nokiami tidak bisa mengabaikan perasaan bersalah ini. Ini bukan sekadar rasa tidak enak hati karena telah menyinggung seseorang. Ini adalah kesalahan fatal yang dilakukannya terhadap orang yang selama ini selalu melindunginya.

Mengapa aku begitu peduli?Pertanyaan ini terus berputar di benaknya.

"Apakah aku menyukai Reygan?" Pertanyaan yang tiba-tiba melintas, membuat jantung Nokiami berdebar kencang.

"Tidak. Itu gila. Benar-benar gila. Reygan adalah pria paling menyebalkan, paling sinis, paling anti-sosial yang pernah aku temui. aku tidak punya waktu untuk drama romantis, apalagi dengan seorang kurir yang jelas-jelas membenci dunia." Nokiami menggeleng, menepis praduganya sendiri.

"Tapi ... ada sesuatu di balik semua itu. Ada kebaikan yang tersembunyi, ada rasa tanggung jawab yang kuat, ada cara menatapku yang tidak biasa, cara ia membersihkan lukaku. Ah, tidak-tidak. Aku tidak mungkin memiliki perasaan istimewa padanya. Ini pasti murni perasaan bersalah."

Nokiami mendesah. Ia harus melakukan sesuatu. Ia harus meminta maaf. Tapi bagaimana? Reygan bukan tipe orang yang bisa diajak bicara dari hati ke hati, apalagi setelah ledakan amarahnya tadi. Ia butuh sesuatu yang lebih konkret, sesuatu yang bisa menjadi jembatan antara mereka, tanpa perlu banyak kata.

Sebuah ide melintas di benaknya, mengingatkannya pada kue yang pernah ia buat. Kue yang ia berikan sebagai "upeti", kue yang Reygan ambil meski dengan nada sinis. Kue. Itu bisa jadi awal.

Ia melangkah ke dapur, matanya menatap oven dengan binar harapan.

Keesokan hari, Nokiami bangun dengan semangat dan tekad baru. Tekad untuk memperbaiki kesalahannya. Ia tahu Reygan akan kembali bekerja. Ia harus menunggu waktu yang tepat. Ia harus membuat kue yang lebih baik, kue yang benar-benar bisa menunjukkan penyesalannya, tanpa perlu ia ucapkan.

Ia mulai mengaduk adonan, kali ini dengan perhatian lebih. Mencampurkan mentega, gula, telur, dan tepung dengan gerakan hati-hati, seolah setiap bahan adalah bagian dari permintaan maafnya. Aroma vanila dan cokelat memenuhi apartemen, sebuah aroma yang menenangkan dan menghibur. Ia memilih resep red velvet, kue favoritnya yang dulu sering ia buat sebelum Leo merenggut semua kesenangan kecil itu.

Sambil menunggu kue di oven, ia memikirkan apa lagi yang bisa ia lakukan. Kopi. Reygan suka kopi. Kopi hitam, tanpa gula, tanpa drama. Ia ingat pesanan Reygan di kafe lobi kemarin. Kopi pahit, pekat, efisien. Persis seperti Reygan.

Nokiami membuka aplikasi pengiriman makanan di ponselnya. Mencari kafe terdekat yang menjual kopi berkualitas tinggi. Ia menemukan sebuah toko kopi artisan yang terkenal dengan biji kopinya yang premium dan harganya yang lumayan mahal. Mahal. Reygan butuh uang tunai, bukan gelar. Ia tidak punya waktu untuk drama orang kaya. Kata-kata itu kembali terngiang. Mungkin, kopi mahal ini bisa menjadi simbol kecil. Bukan untuk pamer, tetapi untuk menunjukkan bahwa ia menghargai selera Reygan, dan bahwa ia bersedia mengeluarkan sedikit ‘uang drama’ untuknya.

Ia memesan Americano hitam, tanpa gula, dari kafe tersebut, dengan catatan khusus: "Tolong pastikan ini kopi paling pahit dan paling efisien yang pernah Anda buat." Ia tersenyum tipis, membayangkan ekspresi Reygan jika membaca catatan itu.

Kue red velvetnya matang sempurna, merah tua dengan lapisan cream cheese frosting putih yang menggiurkan. Ia memotong sepotong besar, meletakkannya dengan hati-hati dalam kotak kue kecil. Di sampingnya, ia menaruh secangkir kopi Americano yang masih hangat, yang baru saja diantar oleh kurir lain. Ia menulis sebuah catatan kecil, hanya beberapa kata, di atas secarik kertas dari buku catatan kecilnya.

Untuk kurir paling efisien. Maaf.

Bagaimana cara memberikannya? Ia tidak bisa hanya meninggalkannya di depan pintu. Reygan pasti akan mengabaikannya. Ia harus memastikan Reygan melihatnya, atau setidaknya tahu itu darinya.

Nokiami teringat jadwal Reygan. Pria itu selalu bekerja, siang dan malam. Pasti ada waktu di mana ia akan kembali ke lobi untuk beristirahat atau mengambil pesanan lagi. Ia bisa menunggu. Atau ia bisa memesan sesuatu lagi. Sesuatu yang konyol, yang akan memancing Reygan untuk datang.

Ia membolak-balik menu aplikasi, mencari sesuatu yang remeh, sesuatu yang pasti akan membuat Reygan mengomel. Sebuah permen lolipop rasa stroberi. Ya, itu sempurna.

Dengan jantung berdebar, ia menekan tombol pesan.

Satu lolipop stroberi.

Ditambah catatan:

Tolong antarkan ke apartemenku. Dan tolong, kalau kurirnya Reygan, bilang ada kotak kue dan kopi spesial di lobi untuknya. Jangan lupa bilang itu dari pelanggan yang suka drama.

Ia kemudian mengambil kotak kue dan cangkir kopi, lalu berjalan terpincang-pincang menuju lift. Di lobi, ia meletakkan kotak itu di meja kecil dekat resepsionis, memastikan itu cukup mencolok agar Reygan melihatnya, tetapi tidak terlalu mencurigakan. Ia bersembunyi di balik pilar, mengamati.

Waktu terasa berjalan sangat lambat. Lima menit, sepuluh menit. Tidak ada Reygan. Apakah ia terlalu berlebihan? Terlalu dramatis? Mungkin ia hanya akan mengabaikannya. Mungkin ia akan berpikir Nokiami mencoba menyogoknya lagi, seperti yang pernah ia tuduhkan.

Rasa malu mulai menyelimutinya. Ini konyol. Ia telah bertindak seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta? Lagi-lagi pikiran itu muncul. Ia menghela napas, berusaha mengusirnya. Ini bukan cinta. Ini adalah rasa bersalah yang diwarnai dengan sedikit rasa ingin tahu.

Tiba-tiba, ia melihat Reygan masuk dari pintu utama, jaket hijaunya masih sedikit basah dengan helm di tangannya. Matanya menyapu sekeliling lobi, seperti biasa, mencari sesuatu. Pandangannya jatuh pada kotak kue dan cangkir kopi di meja resepsionis. Alisnya terangkat sedikit, ekspresi datar yang begitu khas.

Nokiami menahan napas. Ia berharap Reygan akan mengambilnya. Ia berharap Reygan tidak akan mengabaikannya.

Reygan melangkah mendekat. Ia mengambil cangkir kopi terlebih dahulu, mengangkatnya, mengendus aromanya. Sebuah senyum tipis, nyaris tak terlihat, melintas di bibirnya. Senyum itu membuat jantung Nokiami berdebar tak karuan. Lalu, ia mengambil kotak kue. Ia tidak membukanya. Ia hanya memegangnya, tatapannya kini tertuju pada catatan kecil yang Nokiami tinggalkan.

Ia membaca catatan itu. Wajahnya kembali tanpa ekspresi, tetapi Nokiami bisa melihat sedikit kerutan di antara alisnya. Apakah ia kesal? Marah? Bingung?

Reygan menyimpan catatan itu di saku jaketnya. Lalu, tanpa melirik ke arah pilar tempat Nokiami bersembunyi, ia berbalik dan berjalan keluar dari lobi, membawa kopi dan kue itu bersamanya. Ia pergi, dan Nokiami merasa sebuah beban terangkat dari dadanya, digantikan oleh keraguan yang lain.

"Apakah artinya aku sudah dimaafkan?" Gadis itu menggaruk kepala.

"Ah, sudahlah. Yang penting aku sudah minta maaf." Nokiami kembali ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Setidaknya, Reygan tidak mengabaikannya dan mengambil pemberiannya.

Beberapa jam kemudian, ketika Nokiami sedang membalut kembali pergelangan kakinya yang masih terasa sedikit nyeri, ponselnya berdering. Bukan panggilan, melainkan sebuah notifikasi pesan dari aplikasi kurir. Pesan anonim.

Jantung Nokia melompat. Ia membuka pesan itu, jari-jarinya sedikit gemetar.

Kue itu lebih baik daripada ulasan bintang satu, tapi masih belum sebanding dengan drama yang kau buat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!